Betapa sekarang terjadi "The Real Battle" (perang yang nyata) antara
para pemilik dinasti yang ingin mempertahankan kekuasaannya secara
turun-temurun di Indonesia. Mereka saling menyerang dengan berbagai cara
yang sengaja ingin menghancurkan lawan-lawan politiknya.
Saling
serang diantara para pemilik dinasti kekuasaan ini, semakin terasa
menjelang pemilu 2014. Mereka terus melakukan langkah-langkah secara
sistematis, bagaimana agar lawan-lawan politiknya hancur. Sekarang
seperti antara Golkar dengan SBY, atau SBY dengan Mega.
SBY,
layaknya Soeharto yang menggunakan pilar kekuasaannya melalui Golkar,
militer dan pengusaha, selama tiga dekade (tiga puluh tahun), dan
berusaha melestarikan kekuasaannya, dan menciptakann dinasti melalui
anak-anaknya dan kroninya, tetapi Presiden Soeharto yang berusaha
membangun dinasti kekuasaan, gagal karena semua skenario yang dibangun,
ibaratnya seperti tumpukkan pasir. Rezim KKN (Korupsi Kolusi dan
Nepotisme) Soeharto itu, berakhir di tahun 1998.
Betapa
rapinya SBY membangun jaringan dinasti kekuasaan dengan menggunakan
Partai Demokrat, jaringan militer, dan pengusaha, selama dua periode,
kenyataannya menjelang akhir kekuasaannya, porak-poranda.
Kekuasaan
SBY perlahan-lahan seperti puncak gunung es. Meleleh. Di mana SBY
sebagai pemilik dinasti kekuasaan yang berusaha terus melanggengkan
kekuasaannya, perlahan-lahan runtuh. Akibat keserakahanan mereka.
Seperti mereka menghancurkan dirinya sendiri.
Seperti
Soeharto, runtuh karena KKN yang sangat menggerogoti tubuhnya. Jaringan
KKN sudah seperti penyakit "cancer" stadium 4, perlahan-lahan melemahkan
tubuh kekuasaan rezim Orde Baru, dan akhirnya dinastsi kekuasaan
Soeharto roboh dan mati.
Sisa-sisa dinastinya yang ingin
membangun kembali jaringan kekuasaan, seperti melalui anak-anaknya,
kroninya, militer, dan pengusaha, tak dapat langgeng. Seperti anaknya
Tutut dan Tomy, berusaha membangun kembali kekuasaannya, berkolaborasi
dengan sejumlah jenderal dan pengusaha, membangun partai politik, dan
gagal.
SBY, realitas yang dialami sama dengan Soeharto,
dan SBY lebih pendek lagi umur kekuasaannya. Karena konstitusi yang
membatasi kekuasaannya.
Sekalipun, pernah ada wacana
melakukan amandemen terhadap konstitusi, dan mengembalikan konstitusi
seperti di zaman Soeharto, tetapi rakyat dan kekuatan-kekuatan politik
lainnya menolak. Selama dua periode SBY berkuasa, ingin membangun
politik dinasti melalui keluarga, tetapi kenyataannya tidak bisa
berlangsung efektif.
SBY, benar-benar "copy paste"
Soeharto, di mana dia menjadi Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat,
anaknya Ibas menjadi Sekjen Partai Demokrat, dan sejumlah keluarganya
memiliki posisi strategis, secara politik, dan bisnis. Istrinya, Ani
yang menjadi anak Jenderal Sarwo Edi, sangat berpengaruh.
SBY
berbesan dengan Hatta Rajasa, yang menjadi Menko Ekuin. Sementara,
sekarang langkah-langkah sedang dipersiapkan menghadapi perubahan
politik, di tahun 2014, di mana akan terjadi sirkulasi kekuasaan. SBY
akan berakhir kekuasaannya. Siapa yang harus menggantikannya? Ini
sekarang sedang menjadi agenda SBY?
Ini akan nampak nanti
dari keputusan konvensi calon presiden (Capres) Partai Demokrat. Jika
yang dimunculkan yaitu Jenderal Edi Pramono, mantan Kasad, ini sudah
dapat di simpulkan, memang SBY ingin melanggengkan kekuasaannya. Ingin
melanggengkan dinasti kekuasaan melalui keluarganya.
Tetapi,
sebelum sampai kepada keputusan menetapkan calon presiden bagi Partai
Demokrat, tentu langkah-langkah yang dilakukan SBY, menghancurkan
kekuatan-kekuatan politik yang menjadi lawannya.
Demokrat
yang sudah luluh-lantak, sejak korupsi yang menghancurkannya, dan
terbongkarnya kasus-kasus korupsi yang melibatkan para tokoh dan
pemimpin Partai Demokrat, seperti Ketua Umum, Anas Urbaningrum, Wakil
ketua, Andi Mallarangeng, Bendahara Umum, Nazarurddin, dan Wakil Sekjen,
Engelina Sondakh, dan sejumlah tokoh lainnya, sekarang ini, SBY
menghancurkan Golkar yang menjadi lawan politiknya.
Kasus
sogok terhadap Akil Mochtar, Chairun Nisa, dan Atut, benar-benar
menjadikan Golkar "mimpi buruk" (nightmare), dan menghabiskan harapan
rezim dinasti Golkar yang masih bermimpi tentang kekuasaan.
MK
(Mahkamah Konstitusi) yang menjadi lambang tertinggi bidang hukum dan
pencari keadilan, runtuh dan hancur, akibat kasus sogok, dan menimpa
Akil Mochtar. Akil Mochtar, Chairun Nisa, dan Atut dikenal, sebagai
orang-orang Golkar.
Seperti serangan yang menggunakan
senjata pamungkas (pemusnah massal) yang terjadi di Suriah, gas sarin,
yang digunakan rezim Bashar al-Assad, serangan yang terjadi terhadap
Golkar saat ini.
Di mana terbongkarnya kasus sogok
terhadap Akil Mochtar, sulit akan dapat menyelamatkan Golkar di tahun
2014. Apalagi, posisi Aburizal Bakri yang berobsesi menjadi presiden,
itu seperti mimpi di siang bolong.
Efek damage
(kerusakannya) akibat kasus Akil Mochtar, Chairun Nisa, dan Atut itu,
sejatinya adalah : "game is over" alias "power game is over" (permainan
kekuasaan sudah usai).
Seperti dikatakan oleh Indra
J.Piliang, salah satu fungsionaris Golkar, yang menuduh SBY, sengaja
mengarahkan opini terhadap Golkar, terkait dengan politik dinasti, Ratu
Atut.
Bukan hanya Indra yang memberikan komentar, tetapi
Ketua Umum Golkar, Aburizal Bakri, Ketua Dewan Pembina Golkar, Akbar
Tanjung, mengatakan, bahwa kekuasaan Ratu Atut, sah secara konstitusi,
karena ia dipilih melalui pemilu.
Ditangkapnya Akil
Mochtar, Chairun Nisa, dan adik Ratu Atut - Wawan, tidak dapat
dipungkiri membuat kegelisahan di internal Golkar, terutama dikalangan
elite partai warisan Soeharto. Seperti senja kala yang sedang memyelimut
partai itu.
Karena, seperti dikemukakan oleh Indra
J.Piliang, Banten menjadi satu-satunya wilayah yang dinasti dan
kekuasaan Golkar masih tetap kokoh. Di Jawa, tidakk ada lagi kekuatan
dan pengaruh Golkar, kecuali hanya tinggal di Banten.
Akibat
kasus Akil Mochtar, Chairun Nisa, dan Ratu Atut, perlahan-lahan,
kekuatan Golkar terpereteli dan akan menjadi ringkih. Siapapun tahu,
bahwa Pulau Jawa, wilayah yang paling padat penduduknya di Indonesia.
Karena, sejak zaman Soeharto, Jawa selalu menjadi perhatian khususnya.
Sesudah
Demokrat luluh lantak, skenario yang dihancurkan adalah PKS, dianggap
menjadi kekuatan baru, representasi kalangan Islam modern, sekarang PKS,
menjadi puing. Akibat belitan sapi, dan berbagai kasus, yang sangat
destruktif. PKS tidak diinginkan akan menjadi kekuatan politik masa
depan di Indonesia.
Sehingga, banyak kalangan yang sangat
skeptis, terhadap masa depan PKS. Seperti dikatakan oleh mantan Presiden
PKS, Luthfi Hasan Ishak, sejatinya dirinya hanya korban, dan sengaja
ada keinginan SBY menghancurkan PKS. Karena, menurut Luthfi, PKS tidak
mau nurut dengan SBY, sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudi Silalahi
kepada dirinya.
Tetapi, tak kalah dahsyatnya, serangan yang
dilontarkan oleh Luthfi Hasan Ishak, saat berlangsung sidang di
Pengadilan Tipikor, Kamis (10/10/2013), di Jakarta. Di mana Luthfi
menyebutkan bahwa seorang tokoh yang menggunakan anonim, Bunda Putri,
menjadi orang dekatnya SBY. Pernyataannya Luthfi di depan Pengadilan
Tipikor itu, membuat Istana kocar-kacir, dan sampai hari ini, tak dapat
menjelaskan siapa Bunda Putri.
Bahkan, Bunda Putri bukan
hanya memiliki kedekatan semata, tetapi sampai ke tingkat masalah
politik, termasuk adanya rencana reshuffle kabinet. Inilah yang terus
menjadi persoalan pelik bagi SBY, dan terus menghantuinya. Berbagai
kalangan berspekulasi, siapa sejatinya Bunda Putri itu? Adakah benar
teman dekatnya SBY, dan Bunda Puteri itu operatornya Ani Yudhoyono?
Sekarang
yang belum dihancurkan tinggal PDIP dan Megawati. Jika Mega ingin
menjadikan Jokowi calon presiden bagi PDIP, ini sebuah langkah politik
baru bagi Mega. Setidaknya, Mega akan melakukan "deal" politik dengan
kekuatan regional atau multilateral.
Mega kemungkinan akan
mencari dukungan politik dari Chinese Overseas (China Perantauan), yang
sekarang ini menguasai 80 persen asset ekonomi Indonesia, atau dengan
China daratan, yang sekarang posisinya sudah menggantikan Amerika
Serikat.
Di kawasan Asia Pasific sedang terjadi perebutan
pengaruh antara China dan Amerika Serikat, dan Indonesia masih tetap
penting bagi kepentingan China dan Barat.
Siapapun yang
akan menjadi penguasa di Indonesia pasti tidak akan terlepas dari
tangan-tangan kepentingan dua raksasa itu. Apakah Mega akan menggandeng
Jokowi dengan dukungan China? Sebaliknya, SBY akan terus membangun
dinasti kekuasaannya dengan dukungan Amerika? Kita lihat nanti. syh/hh
[1]
Berikut adaah daftar dinasti dan kroni jabatan politik SBY dan Ani Sarwo Edhie Wibowo.
- Edhie Baskoro Yudhoyono (anak SBY) Dapil Jatim VII, telah menjadi Sekjen Partai Demokrat di usia 30 Tahunan, Sang Istri, Aliya Rajasa aktif di Rotaract / Rotary Club Jakarta.
- Jend. (Purn) Pramono Edhie Wibowo, Adik Ani Yudhoyono (adik Ipar SBY), mantan petinggi TNI AD yang langsung menjabat menjadi Dewan Pertimbangan Partai Demokrat
- Sartono Hutomo (sepupu SBY) Dapil Jatim VII
- Hartanto Edhi Wibowo (adik ipar SBY) Dapil Banten III
- Agus Hermanto (adik ipar SBY) Dapil Jateng I
- Nurcahyo Anggorojati (anak Hadi Utomo yang juga ipar SBY) Dapil Jateng VI
- Lintang Pramesti (anak Agus Hermanto) Dapil Jabar VIII
- Putri Permatasari (keponakan Agus Hermanto) Dapil Jateng I
- Dwi Astuti Wulandari (anak Hadi Utomo) Dapil DKI Jakarta I
- Mexicana Leo Hartanto (keponakan SBY) Dapil DKI Jakarta I
- Decky Hardijanto (keponakan Hadi Utomo) Dapil Jateng V
- Indri Sulistiyowati (keponakan Hadi Utomo) Dapil NTB
- Sumardani (suami Indri Sulistiyowati) Dapil Riau I
- Agung Budi Santoso (keluarga Hadi Utomo) Dapil Jabar I
- Sri Hidayati (adik ipar Agung BS) Dapil di Jawa Barat III
- Putut Wijanarko (suami Sri Hidayati) Dapil Jatim VI
Selamat datang di Kerajaan Dinasti AtutPahit versus Sriwi-SBY (Rio. C/Abdullah/voa-islam) [2]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar