oleh
: Taufik Suhendar
Uga
Wangsit Siliwangi:
"Suatu
saat nanti, apabila tengah malam terdengar suara pembawa panji, nah itu adalah
tandanya."Sosok "Satria Piningit" memang masih misterius. Banyak
sudah yang mencoba untuk menemukannya dengan caranya sendiri-sendiri. Alhasil,
ada yang yakin telah menemukannya, bahkan juga ada yang mengaku dirinyalah si
Satria Piningit tersebut. Apabila diteliti maka sosok yang telah ditemukan itu
masih bisa diragukan apakah memang dia si calon Ratu Adil?
Budak Angon atau
"Penggembala" sesungguhnya merupakan konsepsi tentang kehidupan dan
kemanusiaan. Dalam konteks diri manusia, Budak Angon merupakan konsep tentang
penemuan jati diri dan pengendalian diri untuk apa sesungguhnya kita dicipta.
Selain jasad kita yang sesungguhnya hanyalah "tunggangan" yang harus
ditundukkan, dikendalikan, dan diarahkan melalui proses "penggembalaan",
dalam diri kita juga terdapat kumpulan "sasatoan" yang tidak untuk
dimatikan melainkan untuk digembalakan sehingga menjadi potensi dan energi
positif bagi penemuan misi hidup kita.
Dalam konteks kehidupan sesama,
Budak Angon menjelaskan suatu upaya dan proses "penertiban",
pembangunan kesadaran, serta pengarahan hubungan antarsesama yang dilandasi
cinta dan kasih sayang. Suatu tatanan kehidupan yang lebih berkeadilan. Dalam
konteks sosok, pribadi-pribadi yang bekerja keras dalam upaya dan proses yang
demikianlah disebut Budak Angon.
Keragu-raguan yang muncul mendorong untuk menelaah dan
mempelajari kembali apa yang telah diungkapkan dalam naskah-naskah leluhur
mengenai sosok Satria Piningit sejati. Salah satu naskah yang biasa kita
gunakan sebagai rujukan yaitu Uga Wangsit Siliwangi. Prabu Siliwangi dalam Uga
Wangsitnya menyebut si calon Ratu Adil dengan sebutan Bocah Angon atau Pemuda
Penggembala. Beberapa hal yang disebutkan dalam Uga Wangsit Siliwangi mengenai
Bocah Angon yaitu :
1. Suara minta tolong.
Dalam Uga Wangsit Siliwangi
disebutkan “Suatu saat nanti, apabila tengah malam, dari gunung Halimun
terdengar suara para pembawa panji, nah itu adalah tandanya. Semua keturunan
kalian dipanggil oleh yang mau menikah di Lebak Cawéné.” Kata “suara minta
tolong” sepertinya sama dengan ungkapan Joyoboyo dalam bait 169 yaitu “senang
menggoda dan minta secara nista, ketahuilah bahwa itu hanya ujian, jangan
dihina, ada keuntungan bagi yang dimintai artinya dilindungi anda sekeluarga“.
Bocah Angon di awal kemunculannya akan beraksi melakukan hal-hal
sebagai pertanda kedatangannya. Salah satunya adalah meminta tolong kepada
orang di sekitar daerah Gunung Halimun. Tidak jelas mengapa dia minta tolong
kepada orang lain, apakah dia dalam kesulitan ataukah keperluan lainnya. Yang
pasti bila telah terjadi hal demikian berarti itu pertanda akan
kemunculannya.Sementara dikaitkan dengan Ramalan Joyoboyo paba bait 169
disebutkan bila Bocah Angon tersebut “suka minta secara nista sebagai ujian”.
Kalimat tersebut mengindikasikan bahwa minta tolong itu hanya sebatas ujian
bagi yang dimintai pertolongan. Ujian apakah itu? belum diketahui ujian apa
yang suka dilakukan Bocah Angon pada orang. Sebaiknya kita tunggu saja
kejadiannya.
2. Mencari sambil melawan, melawan
sambil tertawa.
Dalam Uga Wangsit Siliwangi
disebutkan “Suatu saat nanti akan banyak hal yang ditemui, sebagian-sebagian.
Sebab terlanjur dilarang oleh Pemimpin Pengganti! Ada yang berani menelusuri
terus menerus, tidak mengindahkan larangan, mencari sambil melawan, melawan
sambil tertawa. Dialah Anak Gembala.” Kata terlanjur dilarang ini apa
maksudnya? Apakah dilarang dalam mengungkap fakta-fakta, atau dilarang
meluruskan sejarah? sepertinya masih butuh penafsiran lagi.
Yang pasti Bocah Angon sepertinya
tidak peduli dengan larangan pemimpin. Bahkan bukan hanya tidak peduli dengan
larangan tersebut, tetapi lebih dari itu Bocah Angon melawan larangan si
pemimpin itu sambil tertawa. Tidak bisa dibayangkan bagaimana perasaan si
pemimpin bila dilawan sambil tertawa. Bisa-bisa Bocah Angon dalam situasi
bahaya nih karena kerjanya selalu melawan sang pemimpin pengganti.
Kata banyak yang ditemui sebagian-sebagian karena terlanjur
dilarang pemimpin baru, menunjukkan bahwa yang akan ditemukan masyarakat memang
hanya sebagian saja. Oleh karena sebagian saja maka yang ditemukan tersebut
belumlah lengkap dan tentunya belum sempurna hasilnya. Tetapi tidak bagi Bocah
Angon, dia terus saja mencari sambil melawan. Bisa jadi temuan si Bocah Angon
ini kelak merupakan temuan yang paling lengkap dan mendekati kebenaran.
3. Dia
gembalakan ranting daun kering dan sisa potongan pohon.
Dalam Uga Wangsit Siliwangi
disebutkan “Apa yang dia gembalakan? Bukan kerbau bukan domba, bukan pula
harimau ataupun banteng. Tetapi ranting daun kering dan sisa potongan pohon.
Dia terus mencari, mengumpulkan semua yang dia temui. Tapi akan menemui banyak
sejarah/kejadian, selesai jaman yang satu datang lagi satu jaman yang jadi
sejarah/kejadian baru, setiap jaman membuat sejarah. setiap waktu akan berulang
itu dan itu lagi.”
Bocah Angon memiliki kebiasaan mengumpulkan daun dan ranting.
Kata daun dan ranting yang disebutkan Uga Wangsit Siliwangi dalam bahasa asli
Sundanya yaitu “Kalakay jeung Tutunggul“. Kalakay merupakan daun lontar yang
biasa digunakan oleh orang kita pada jaman dulu kala sebagai lembaran daun
untuk menulis. Sementara Tutunggul merupakan ranting pohon yang biasa digunakan
orang kita pada jaman dulu kala sebagai pena untuk menulis. Sehingga Kalakay
dan Tutunggul bisa diartikan sebagai kertas dan pena.
Si Bocah Angon ini memiliki
kegemaran suka menggembalakan kertas dan pena. Dia terus mengumpulkan dan
mengumpulkan kedua barang tersebut sebagai gembalaannya. Tidak jelas kenapa dia
suka menggembalakan kertas dan pena. Kata mengumpulkan itu berarti kertas dan
pena tersebut tidak hanya 1 buah, tetapi jumlahnya banyak dan itu menjadi
barang kegemarannya.
Selanjutnya disebutkan “Dia terus
mencari, mengumpulkan semua yang dia temui. Tapi akan menemui banyak
sejarah/kejadian“. Kalimat tersebut bisa berarti bahwa Bocah Angon
menggembalakan kertas dan pena untuk menemukan sejarah dan kejadian. Entah
sejarah dan kejadian apa yang dia kumpulkan, tetapi bisa dimengerti bahwa di
Nusantara banyak sekali sejarah yang dirubah, mungkin hal tersebut bisa juga
terkait dengan pelurusan sejarah kita.
Dia akan terus mengumpulkan sejarah dan kejadian-kejadian
penting tentunya untuk menyelesaikan masalah di Nusantara. Wajar saja bila
sejarah ditelusuri karena memang untuk menyelesaikan suatu masalah tidak bisa
tidak harus mengetahui awal sejarahnya bagaimana bisa terjadi. Dengan
kegemarannya menelusuri sejarah dan kejadian yang dituangkan dalam kertas dan
pena tersebut kelak masalah di Nusantara akan bisa dibereskan dengan mudah.
Semoga.
4. Rumahnya di ujung sungai yang
pintunya setinggi batu.
Dalam Uga Wangsit Siliwangi
disebutkan “lalu mereka mencari anak gembala, yang rumahnya di ujung sungai
yang pintunya setinggi batu”. Kata di ujung sungai menunjukkan bahwa rumah
Bocah Angon letaknya berada dekat dengan hulu sungai. Siliwangi tidak
memberikan gambaran berapa jarak antara rumah dengan sungai tersebut. Bisa jadi
hanya beberapa meter dari sungai, tetapi bisa jadi puluhan meter dari sungai.
Prabu Siliwangi juga tidak
menyebutkan nama dari sungai tersebut sehingga rada menyulitkan untuk
menentukan letak sungainya. Di Jawa terdapat banyak sekali sungai membentang
dari utara hingga selatan. Dan rata-rata di pinggir sungai terdapat banyak
rumah penduduk dan ini tentunya sangat menyulitkan untuk menentukan letak
sungainya yang sesuai kata Prabu Siliwangi. Namun yang pasti Bocah Angon
rumahnya dekat sungai sehingga bila ada yang mengaku dirinya Bocah Angon tetapi
rumahnya jauh dari sungai berarti itu tidak sesuai dengan Uga Wangsit
Siliwangi.
Kemudian untuk kata pintunya
setinggi batu masih perlu dipertanyakan, apakah atap rumahnya terbuat dari
batu? dan juga apakah pintu rumahnya juga terbuat dari batu? kok seperti rumah
nenek moyang kita dulu. Bisa jadi demikian tetapi mungkin juga tidak demikian.
Kalimat tersebut bisa dipahami bahwa
rumah Bocah Angon tidak hanya 1 lantai, namun bertingkat rumahnya. Hal ini
diperkuat dengan ungkapan Joyoboyo dalam bait 161 yaitu “berumah seperti Raden
Gatotkaca, berupa rumah merpati susun tiga“. Dari ungkapan Joyoboyo menunjukkan
ada 3 lantai rumah dari Bocah Angon. Tentunya bukan rumah biasa, bisa jadi
rumah tingkat ekonomi menengah atau memang Bocah Angon dari keluarga kaya?
belum bisa dipastikan.
Oleh karena untuk membuat suatu rumah yang bertingkat dengan
bahan semen untuk lantai 2nya, maka dari bahan semen yang padat otomatis akan
membentuk batu yang keras. Sehingga bisa dipahami bila pintu lantai pertama
akan setinggi batu (setinggi cor semen lantai 2). Memang kebanyakan rumah orang
yang bertingkat pintunya pasti akan setinggi lantai 2, tepat di bawah cor semen
yang telah menjadi batu tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa rumah Bocah
Angon memang bertingkat yang pintunya setinggi lantai tingkat 2-nya.
5. Tertutupi pohon handeuleum dan
hanjuang.
Dalam Uga Wangsit Siliwangi
disebutkan “rumahnya di ujung sungai yang pintunya setinggi batu, yang rimbun
oleh pohon handeuleum dan hanjuang”. Kata rimbun oleh pohon Handeuleum dan
Hanjuang berarti di depan rumah Bocah Angon terdapat 2 pohon yang sangat subur
dan menjadi ciri khas rumahnya. Dalam hal ini hanya disebutkan 2 buah pohon
saja, artinya memang hanya ada 2 buah pohon di depan rumahnya sebagai pembeda
dari rumah lainnya.
Apabila ditelusuri kedua jenis pohon
tersebut dalam istilah bahasa Indonesianya memang belum diketahui apa namanya.
Kedua kata tersebut sepertinya bahasa kuno dari daerah Sunda tempat Prabu
Siliwangi berada. Hingga kini belum ada pihak yang merasa mengetahui kedua
jenis pohon tersebut. Bahkan orang-orang asli Sunda pun juga mengaku tidak
mengetahui kedua jenis pohon itu. Kita tunggu saja kelak akan kita ketahui
juga.
Sementara itu beberapa kalangan
justru menafsirkan kata Handeuleum dan Hanjuang sebagai simbol saja. Benarkah
kedua pohon itu sebenarnya bukan pohon hidup di atas tanah, tetapi sekedar
simbol saja? Coba anda lihat kembali Prabu Siliwangi menyebut Pemuda
Penggembala dengan “Apa yang dia gembalakan? Bukan kerbau bukan domba, bukan
pula harimau ataupun banteng. Tetapi ranting daun kering dan sisa potongan
pohon.”
Kata pemuda penggembala itu cuma simbol dari Prabu Siliwangi. Kemudian
simbol tersebut dijelaskan bila yang digembalakan bukan binatang, tetapi daun
dan ranting. Sementara kata Handeuleum dan Hanjuang tidak ada kalimat
penjelasan selanjutnya. Sehingga kedua kata tersebut dapat dipastikan memang
dua buah pohon yang tumbuh di atas tanah. Apabila simbol tentunya Prabu
Siliwangi akan menjelaskan maksudnya.
6. Pergi bersama pemuda berjanggut.
Dalam Uga Wangsit Siliwangi
disebutkan “Semua mencari tumbal, tapi pemuda gembala sudah tidak ada, sudah
pergi bersama pemuda berjanggut, pergi membuka lahan baru di Lebak Cawéné!”
Siapakah pemuda berjanggut itu? Penyebutan pemuda berjanggut ini masih perlu
dipertanyakan. Apakah pemuda tersebut merupakan kerabat atau keluarga atau
teman ataukah pengasuh si Bocah Angon? Belum jelas diketahui karena memang
dalam Uga Wangsit Siliwangi tidak menyinggung mengenai hal tersebut.
Dalam naskah-naskah lain
memberitahukan bahwa Ratu Adil memiliki pengasuh yaitu Sabdo Palon. Mungkinkah
pemuda berjanggut tersebut adalah Sabdo Palon? Sepertinya tidak karena Sabdo
Palon merupakan sosok Jin, sementara penyebutan kata pemuda menunjukkan dia
adalah manusia. Jadi pemuda berjanggut bukanlah Sabdo Palon.
Misteri ini masih sulit untuk diungkap yang sebenarnya. Pada
saat Bocah Angon masih menjadi sosok yang misteri, pada saat yang sama pula ada
sosok lain yaitu pemuda berjanggut yang jati dirinya juga masih misteri. Namun
yang pasti pemuda tersebut memiliki janggut dan kelak akan kita ketahui setelah
tiba waktu kemunculan Bocah Angon.
7. Pergi membuka lahan baru di Lebak
Cawéné!
Dalam Uga Wangsit Siliwangi
disebutkan “Semua mencari tumbal, tapi pemuda gembala sudah tidak ada, sudah
pergi bersama pemuda berjanggut, pergi membuka lahan baru di Lebak Cawéné!”
Bocah Angon sepertinya tidak akan ditemukan sebelum kemunculannya. Ketika
orang-orang sudah menemukan rumahnya yang di ujung sungai, dia telah pergi
bersama pemuda berjanggut ke Lebak Cawéné.
Prabu Siliwangi tidak menyebutkan kemudian orang-orang akan
berhasil menemukan Bocah Angon di Lebak Cawéné setelah gagal menemukan di
rumahnya. Tidak ada kalimat tersebut dalam Uga Wangsit Siliwangi. Karena tidak
ada kata itu maka bisa disimpulkan bahwa jarak antara rumah dengan Lebak Cawéné
tidak dekat bahkan mungkin sangat jauh.Prabu Siliwangi juga tidak menyebutkan
setelah pergi ke Lebak Cawéné si Bocah Angon kemudian kembali lagi ke rumahnya.
Karena tidak ada kalimat yang menyebutkan hal tersebut berarti Lebak Cawéné
merupakan tempat baru yang ditinggali Bocah Angon setelah rumahnya yang di
ujung sungai di tinggal pergi. Apabila Bocah Angon kembali lagi ke rumahnya
yang di ujung sungai, maka tentunya Prabu Siliwangi akan menyebutnya berhasil
ditemukan di rumahnya. Sudah pasti bila orang telah menemukan rumahnya maka
akan ditunggui kapan kembalinya. Tetapi ternyata tidak ada kalimat tersebut
dalam Uga Wangsit Siliwangi.
Sampai saat ini belum diketahui
dimana letak Lebak Cawéné berada. Dalam peta Jawa maupun peta Indonesia, tidak
ada daerah yang diberi nama Lebak Cawéné. Oleh karena namanya yang masih asing
inilah maka banyak kalangan menafsirkan menurut keyakinannya masing-masing.
Ada yang menafsirkan Lebak Cawéné
berada di lereng sebuah gunung. Ada juga yang mengatakan berada di petilasan
Joyoboyo. Yang lain mengatakan berada di tempat yang ada guanya dan sebagainya
membuat semakin tidak jelas saja letak Lebak Cawéné dimana. Tetapi apabila anda
meyakini sebuah tempat merupakan Lebak Cawéné, maka bisa dipastikan anda akan
memaksakan kehendak untuk menentukan 1 orang di daerah tersebut sebagai calon
Ratu Adil. Wah jadi kasian pada orangnya kena sasaran.
Ketahuilah bahwa Prabu Siliwangi tidak menyebutkan Bocah Angon
akan berhasil ditemukan di Lebak Cawéné. Di sisi lain Prabu Siliwangi juga
tidak memberikan ciri-ciri Lebak Cawéné yang dia katakan sehingga mustahil
Lebak Cawéné bisa diketahui sebelum Ratu Adil muncul, kecuali anda lebih sakti
dari Prabu Siliwangi.
8. Gagak berkoar di dahan mati.
Dalam Uga Wangsit Siliwangi disebutkan “Semua mencari tumbal,
tapi pemuda gembala sudah tidak ada, sudah pergi bersama pemuda berjanggut, pergi
membuka lahan baru di Lebak Cawéné! Yang ditemui hanya gagak yang berkoar di
dahan mati”. Kata Gagak berkoar mungkinkah memang burung Gagak yang suka
berkicau, ataukah itu merupakan simbol saja.Banyak kemungkinan mengenai Gagak
berkoar tersebut. Namun dalam naskah-naskah lain seperti yang diungkap
Ronggowarsito dan Joyoboyo bahwa Bocah Angon sebelum menjadi Ratu Adil hidupnya
menderita, dia sering dihina oleh orang. Apabila dikaitkan dengan hal tersebut
maka Gagak berkoar itu bisa juga diartikan sebagai orang-orang yang suka
menghina si Bocah Angon.Oleh karena hidupnya yang selalu saja dihina orang,
maka akhirnya Bocah Angonpun pergi meninggalkan rumahnya. Kemudian dia bersama
pemuda berjanggut menuju ke Lebak Cawéné untuk membuka lahan baru disana. Semua
mencari tumbal bisa saja diartikan sebagai mencari berita dan ketika yang
dicari si Bocah Angon sudah tidak ada, maka tidak bisa tidak mencari berita
dari para Gagak yang berkoar tersebut.
9. Ratu Adil sejati.
Dalam Uga Wangsit Siliwangi disebutkan “Baik lagi semuanya.
Negara bersatu kembali. Nusa jaya lagi, sebab berdiri ratu adil, ratu adil yang
sejati. Tapi ratu siapa? darimana asalnya sang ratu? Nanti juga kalian akan
tahu. Sekarang, cari oleh kalian pemuda gembala.” Kita disuruh Siliwangi untuk
mencari Bocah Angon, karena dialah yang kelak akan menjadi Ratu Adil
sejati.Sepertinya Prabu Siliwangi bermaksud memberikan pesan untuk berhati-hati
dalam mencari Bocah Angon. Hal ini dikarenakan banyak sekali Bocah Angon palsu
akan bermunculan di Jawa ini. Kemunculan Bocah Angon palsu bisa jadi karena
dukungan orang lain akan dirinya sehingga dipaksa cocok menjadi Ratu Adil,
tetapi juga bisa jadi karena terburu-buru meyakini dirinyalah si Bocah
Angon.Lihatlah saat ini telah banyak terdengar dimana-mana dari Jawa bagian
barat hingga Jawa bagian timur, orang-orang yang muncul diyakini sebagai Ratu
Adil. Bahkan juga bermunculan dimana-mana orang yang mengakui dirinyalah Ratu
Adil tersebut. Apabila dimintai bukti maka orang-orang tersebut akan
mencocok-cocokkan diri dengan naskah-naskah yang ada untuk meyakinkan orang.
Padahal kenyataan tidak semuanya cocok.Untuk itulah Prabu Siliwangi berpesan
agar kita mencari Ratu Adil sejati, karena Ratu Adil sejati hanya satu
sementara Ratu Adil palsu banyak sekali. Walaupun banyak Ratu Adil palsu, hal
itu tidak akan mengubah kepastian munculnya yang asli. Apabila yang asli telah
muncul maka semua akan terbukti mana yang asli dan mana yang palsu sesuai kata
Siliwangi “Tapi ratu siapa? darimana asalnya sang ratu? Nanti juga kalian akan
tahu. Sekarang, cari oleh kalian pemuda gembala.”Demikianlah beberapa hal
mengenai Bocah Angon sesuai yang disebutkan dalam naskah Uga Wangsit Siliwangi.
Prabu Siliwangi sengaja tidak begitu jelas menggambarkan si Bocah Angon dalam
naskahnya sehingga sangat menyulitkan kita untuk menemukannya. Kesengajaan ini
dimengerti karena memang akan banyak pihak-pihak yang tentunya menghalangi
kemunculan Ratu Adil dengan berbagai alasannya.
Pada saat Prabu Siliwangi tidak
memberikan gambaran yang jelas mengenai Bocah Angon. Di waktu yang sama pula
kita disuruh untuk mencari si Bocah Angon tersebut, memangnya kita ini terlahir
sebagai detektif semua. Namun yang pasti kelak akan diketahui juga mana Ratu
Adil palsu dan mana Ratu Adil yang sejati tentunya setelah tiba waktu
kemunculannya. Untuk itu baik ditunggu, dicari maupun tidak sama sekali
sepertinya hasilnya tetap sama. Waktunya akan segera tiba.
Semoga Indonesia akan menemukan
titik akhir tujuan, menjadi negara yang damai, tentram dan maju.......
"WANGSIT" untuk Raden Prabu Joyoboyo dan Kanjeng Prabu he he he
BalasHapusaku lebih suka dengan bahasa kata untuk kedua pesan manusia dimuliakan Allah SWT itu dengan bahasa kata "Ilham/ Firasat". kenapa itu bisa didapat oleh mereka berdua. karena mereka itu punya kerisauan yang tinggi terhadap ummat/ rakyat. Mereka "ISLAM" (Insun Sejati Lan Amale Mumpuni)
he he he,
aku sampaikan ini bukan tidak ada resiko nih, aku siap dibilang Bocah gendeng, kafir, bid'ah, sok tahu dll, I DON'T CARE lagian sudah sarapanku sehari-hari nih sebagai musafir
sampaikan ini kepada mereka wahai saudaraku, terutama yang ngaku Satrio Piningit, Para amanat pinisepuh, Pembela Rakyat dkk, ada pr nih buat mereka yaitu "2015HAUR GELIS2020" he he he he he
ora ngertos mas....opo iku "2015HAUR GELIS2020"...KAREPE DEWELAH
Hapuscoba dicek om kok ayahku di bilang banyak orang dan para kyai mempunyai ciri ciri spt itu tapi ayahku cuma tertawa beliau bilang ciri ciri boleh tapi kalo tdk dikehendaki alloh swt tdk bisa ini tugas yg tdk masuk akal lihat blok pusat kekalifahan torekot sadzaliyah qodiriyah yogyakarta ciri ciri budak ongon masuk keturunan mufti hamengkubuwono 7 dari garis ibu dari garis ayah dari hammengkubuwono 7 kan pas sbg ratu amisan dlm joyoboyo bertempat tinggal ditepi sungai dan sebelah barat tempuran opok dan kali gawe hidupnya dulu terlunta lunta di juluki oleh gurunya sbg kyai semar yo gatot koco ya prabu romo ini julukan daru guru mursitnya abuya dimyati banten dan di kasih tongkat komando milik prabu siliwangi dari abuya dimyati banten yg semua orang tau kwalitas kemursidan abuya dimyati tp beliau merasa tdk mampu dan tdk mungkin bukan spt orang orang yg mengaku diriya ratu adil justru dia malah tertawa karena merasa aneh dan tdk mampu
BalasHapusSekedar membantu untuk menjelaskan beberapa hal yang belum diketahui penjelasannya di tulisan ini.
BalasHapusHANJUANG adalah sebuah pohon yang berdaun runcing menyerupai pandan tapi berbatang tegak, pohon ini merupakan khas Sunda dan sebagai tanaman Hias yang paling disukai salah satu Raja di Sumedang Larang.
HANDEULEUM, adalah sebuah pohon perdu berdaun merah dan rapuh, daunnya seukuran telapak tangan, berbatang agak keras, bercabang dan beranting namun tak berbunga. Pohon ini biasa tumbuh di daerah pegunungan.
BOCAH ANGON, dalam uga di sebut BUDAK ANGON sesuai dengan penggunaan bahasa dasar dari Uga tersebut yaitu Sunda Buhun, atau Bahasa Sunda asli yang belum teralkulturisasi dengan bahasa lain.
SILIWANGI, adalah gelar keprabuan yang digunakan raja-raja Pajajaran sejak Prabu Aji Jaya Dewata hingga raja terakhir Pajajaran Prabu Ragamulya Surya Kancana. Bila menilik sebuah kalimat bahwa nanti akan berdiri Pajajaran Anyar di Uga itu maka kemungkinan besar BUDAK ANGON itu adalah Trah dari Raja Pajajaran yang membuat Uga Wangsit tersebut. Tapi apa pun itu dan siapa pun itu semoga Allah selalu menjaganya hingga waktunya tiba. Amiin..
Terima kasih, semoga masukannya bermanfaat.
komentar yang bagus
HapusDalam kalimat lain Prabu Siliwangi mengatakan "urang Sunda disarambat, urang Sunda ngahampura" dst. itu artinya orang Sunda sangat dicari(diperlukan) kiprahnya untuk membangun kembali negeri yang telah carut-marut tak karuan, dan membawa seluruh komponen bangsa bersatu menuju kejayaan, setelah sekian lama cuma menjadi penonton, sudah saatnya orang Sunda bangkit dan berdiri mempersembahkan yang terbaik.
HapusSebagai tambahan, hanjuang bisa anda google, nama lainnya adalah Andong, berdaun merah hijau, tapi ada juga yang merah saja atau hijau saja. Sedangkan Handeuleum bahasa Indonesianya Daun Ungu dengan warna daun hijau kecoklatan hingga ungu dan bunganya ungu, Andong dan Handeuleum biasa digunakan sebagai obat sakit pencernaan. Handeuleum terbukti efektif untuk sakir mah dan disentri.
Hapussejarah akan trulang kembali..
BalasHapussemua tanda-tanda sudah bisa dilihat..
sebaiknya kita mulai mawas diri..
denga prilaku dan budi pekerti..
mari saling menghormati..
tanpa ada rasa iri dengki..
karena semua ada didalam diri.
mari saatnya benahi diri...
sabdo palon dan bocah angon dimanapun dirimu kini..
sepatlah kembali..
untuk benahi bumi kami..
bumi nisantara dr ibu pertiwi..
ambil hikmah aja kawan..oke..hehehe
https://mercusuardunia2020.wordpress.com/
Hapus"KELAK NEGRI INI AKAN DIPIMPIN OLEH SEORANG YANG ADIL DARI TITISAN (KETURUNAN) SOEKARNO YANG MUNCUL DARI BANTEN", Insya Allah...
BalasHapusbudak angon yg asli itu membawa misi serta membawa warisan harta dari pajajaran untuk dibagi kan kepada yg butuh/membutuhkan setiap yg di jumpai ..jd budak angon membawa bnyk harta pajajaran karen la lahir'a beliau menjalankan amanah ..
BalasHapushttps://mercusuardunia2020.wordpress.com/
HapusMendekati jwbnnya kang....
HapusYa benar..
BalasHapusUdah tiba masanya
InsyaAllah
https://mercusuardunia2020.wordpress.com/
HapusYa benar..
BalasHapusUdah tiba masanya
InsyaAllah
https://mercusuardunia2020.wordpress.com/
BalasHapuskata Siliwangi “Tapi ratu siapa? darimana asalnya sang ratu? Nanti juga kalian akan tahu. Sekarang, cari oleh kalian pemuda gembala.
BalasHapusAneh.. Sudah jelas disebutkan di atas bahwa ratu adil dan budak angon itu orang yang berbeda, tp masih aja kesimpulannya ratu adil dan budak angon itu orang yg sama.
Sibuk neneangan bocah angon nu eta,geus puguh urg kabeh ge gs boga roh atw jatidiri nu disimpen ku alloh swt dina raga urang.nu aslina roh eta suci bersih,bener tara salah,nu takwa ka alloh ngan hanjakal katutup ku kapi trran diri,kakasepan diri,pangaboga diri jst nu datangna ti setan/nafsu.
BalasHapusSok tepungan eta roh urang ku cara dikir ka alloh unggal renghapan nafas urang nu ahirna urg bisa wawuh jeung roh urang,rek kumaha urang,rek kamana urang,keur kumaha urang ayeuna eta bisa di jawab lamun gs bisa wawuh jeung roh urang...
mun roh eta gs bisa ngasuh ka diri/raga pasti bakal hadr lampah,someah ka sasama,handap asor,teu adigung jsb..(sifat2 setan bakal jauh).
Geus ah cape ngetikna ...
Sok atuh wakcakeun cara jeung tartib dikirna nu eces ngarah manfaat ka balarea. Salam
HapusAku Dak percayo omongan kalian
BalasHapuspercayo dg ramalan dak jelas
Omongan dak masok akal dak masok logika
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapushttps://youtu.be/9kEb6h2wc1g
BalasHapushttps://youtu.be/KAbMYFRmbIo
BalasHapushttps://youtu.be/rbPB3a0Sbos
BalasHapussaya mau nanya Naskah asilnya ada dimana ya? seengganya tahun pasti nya itu kapan?
BalasHapus