Indikasi bahwa pemerintahan SBY banyak dipengaruhi oleh kepentingan
Amerika Serikat, sebenarnya sudah cukup lama menjadi perbincangan
masyarakat. Dokumen kawat-kawat berita Kedutaan Besar Amerika Serikat
yang dikirim ke Washington, sebagaimana dalam rilis terbaru Wikileaks
menjadi penegasan faktual.
Pengamat intelijen, Mulyo Wibisono, bahkan sudah jauh-jauh hari
melihatnya. Menurut mantan Kepala BAIS (Badan Intelijen Strategis) ini,
sejak pemerintahan reformasi berjalan, Indonesia sudah digiring ke
arah yang lebih liberal. Ekonomi kapitalis yang berbasis pasar bebas
menggeser ekonomi berbasis keadilan sosial.
Hal itu, dalam pencermatan Mulyo, terlihat dari amandemen terhadap
UUD 1945. Ia mempertanyakan sekarang ini UUD 1945 yang sudah
diamandemen masih berkeadilan sosial? Atau menjadi kolonialis atau
kapitalis?
Semuanya itu, ditambahkan purnawirawan Laksamana Madya ini, sejalan
dengan orang-orang yang ada di pemerintahan SBY sekarang ini. Hampir
semuanya jaringan Amerika Serikat.
Mulyo Wibisono menjelaskan, bahwa kondisi seperti itu cukup
berbahaya. Semestinya, di tengah situasi balance of power dunia yang
baru sekarang ini (Amerika, Cina, Rusia, Eropa - red) menjadi
kesempatan dunia ketiga, termasuk Indonesia untuk membangun. Saat ini,
dunia tidak mungkin perang konvensional, tapi perang intelijen.
“Kesempatn ini harus kita gunakan. Tapi pemimpin kita tidak
mengerti. Ditambah lagi intelijennya lemah. Padahal intelijen itu
perannya sangat berhubungan dengan perkiraan keadaan dan hakekat
ancaman”, pungkas Mulyo.
http://www.intelijen.co.id/warta/1346-mulyo-wibisono-pemerintahan-sekarang-ini-jaringan-as
http://www.intelijen.co.id/warta/1346-mulyo-wibisono-pemerintahan-sekarang-ini-jaringan-as
Tidak ada komentar:
Posting Komentar