“Akibat cara kerja sistem Dajjal, sudah pasti banyak orang yang
menderita dan diperbudak olehnya, tetapi mereka tidak menyadari apa
penyebab penderitaan ataupun bagaimana hakikat penjara yang mengungkung
mereka. Sebagai hasil dari pengkondisian, mereka terus berperan aktif
dan terkadang berperang penting dalam menjalankan sistem yang tanpa
mereka sadari merupakan sumber kesakitan dan dinding penjara maya bagi
diri mereka sendiri”
Ucapan di atas penulis kutip dari tulisan Syekh Ahmad Thompson, dalam buku fenomenalnya berjudul Dajjal The Anti Christ. Buku tersebut menjelaskan secara baik lagi rinci mengenai konspirasi Freemason dalam menaklukan dunia lewat hal-hal yang tidak kita fikirkan sama sekali. Bisa dikata, inilah curhatan Syekh Ahmad Thompson yang memang hidup di negeri masonik, Inggris, dan melihat ketelanjangan begitu rupa mengenai bobroknya sistem sekular.
Dalam
bukunya itu, ia menjelaskan bahwa sejak hampir satu abad yang lalu dunia
makin hari makin membentuk dirinya menjadi sebuah Sistem Kafir yang
lebih cocok disebut sebagai Sistem Dajjal.
Syekh Ahmad
Thomson berkeyakinan bahwa dewasa ini Dajjal sebagai gejala sosial
budaya global dan kekuatan gaib yang tidak tampak kasat mata sudah
mewujud. Tinggal Dajjal sang individu atau oknum yang belum muncul.
Seluruh nilai-nilai yang berlaku dalam sistem Dajjal secara diameteral
pun bertentangan dengan nilai-nilai Sistem Kenabian. Sebab sistem Dajjal
mutlak berisi nilai-nilai kekafiran sedangkan sistem Kenabian
mengandung nilai-nilai keimanan.
Media Kafir dan Cara Kerja Sistem Dajjal
Salah
satu yang menjadi isu penting dalam buku yang sudah tidak dicetak lagi
itu adalah media. Kata Syekh Ahmad Thompson, pada dasarnya para
pengusung sistem Dajjal adalah orang-orang yang mengendalikan media
untuk bisa terus menciptakan ilusi apapun sekehendak mereka. Maka
siapapun yang mempercayai peristiwa di media-media massa, sejatinya kata
Syekh Ahmad Thompson justru mereka tidak mengetahui masalah yang
sebenarnya.
Jika kita flash back ke bangsa
kita, maka akan kita dapatkan bahwa secara bertubi-tubi Indonesia
ditimpa “bencana” dan kasus yang datang silih berganti. Mata kita pun
diajak untuk tidak dari lepas layar kaca mulai Skandal Bank Century,
Mafia Pajak Gayus, Korupsi Menpora, Anas Urbangingrum, LHI, Djoko
Susilo, dan serentetan kasus lainnya tidak putus-putus.
Dengan
memunculkan serangkaian kasus ini, sebenarnya kita sedang digiring
untuk berlelah mata dan pikiran hingga melupakan esensi utama dalam
permasalahan ini. Kita diajak untuk hanya –sekali lagi hanya-
memperbincangkan kasus, namun dijauhkan pada aksi dan tindakan nyata
meretas masalah.
Ketika kita, sebagai umat Islam
melontaran wacana untuk kembali ke hukum Allah sebagai pintu keluar dari
drama problematika ini. Maka pada saat itu pula, cara kerja Sistem
Dajjal akan beraksi, dimana sebisa mungkin peluang perbincangan itu akan
ditutup. (Pembicara) Islam hanya akan ditampilkan seorang diri,
sedangkan pembicara yang mengusung ide Sistem Dajjal berupa sekularisme
akan dihadirkan sebanyak-banyaknya untuk menenggelamkan suara Islam.
Pada
gilirannya, untuk mengalihkan masyarakat dari isu kembali kepada Islam
sebagai jalan solusi, maka perangkat Sistem Dajjal pun akan memunculkan
masalah baru, kasus baru, dan isu baru.
Kita memang
sekarang sedang digiring untuk mengikuti pola pikir mereka, dan di saat
bersamaan mereka sedang melakukan aksi-aksi lain mengantar kita kepada
pola pikir yang murni demokratis.
Selain itu menggilir
berbagai kasus secara beruntutan akan menyuburkan para analis-analis
sekular dari Australia dan Amerika untuk mendekatkan masyarakat dengan
sistem anti Tuhan. Kita digiring hanya untuk memperbicangkan masalah,
menjadi pembicara, analis, pengamat, dan pencermat tapi minus solusi,
terlebih solusi Islami.
Dua buah mata pun sehari-harinya diisi oleh perdebatan, chaos, konflik,
tanpa diinisiasi mencari jalan keluar persoalan. Bahkan ada sebuah
acara yang menghadirkan para hukum ternama, uniknya tidak ada solusi
berarti dari para tokoh yang katanya paling mengerti hukum itu. Tidak
jarang acara itu hanya berujung pada perdebatan dan masyarakat kembali
dibingungkan.
Maka itu, kita dapat melihat bahwa pada
sistem media saat ini semakin banyak acara-acara diskusi dari mulai
pagi, siang, sore hingga ketemu pagi kembali. Bahkan melibatkan begitu
banyak manusia. Semuanya serempak berbicara rumus-rumus dunia dan kita
lupa apa yang sedang terjadi.
“Siapapun yang
mempercayai peristiwa-peristiwa menurut media massa kafir, mustahil bisa
mengetahui masalah yang sebenarnya,” kata Syekh Ahmad Thompson.
Yang
kedua, hadirnya kasus ini seakan-akan lahir untuk mempertebal keyakinan
masyarakat kepada demokrasi. Apa hubungannya? Bukankah citra demokrasi
akan semakin bobrok dengan banyak kejadian ini? Pada kenyataannya
sebaliknya, justru warna demokrasi semakin terang menyala. Masyarakat
digiring untuk semakin yakin bahwa Negara kita belum sepenuhnya
demokratis.
Akhirnya dari akumulasi dari itu semua,
maka Sistem Dajjal akan melahirkan berbagai lapisan untuk mengerahkan
keyakinan masyarakat tentang demokrasi. Muncullah KPK, Satgas Mafia
Hukum, dan produk-produk pelaksana hukum buatan manusia lainnya yang
tidak akan menyentuh akar persoalan. Semua elemen ini diciptakan untuk
menarik kembali minat masyarakat kepada ide bahwa kedaulatan ada di
tangan rakyat itu.
Padahal cara kerja lembaga-lembaga
ini sangat dikontrol oleh penampuk kebijakan. Ia tidak serta merta akan
menjamin perubahan. Lihatlah nasib KPK saat ini. Apa yang bisa kita
harapkan dari lembaga yang tebang pilih dalam menyelesaikan kasus itu?
Lihatlah pula Mahkamah Konstitusi yang bertikai dengan salah satu kader
partai penguasa.
Maka bagi Sistem Dajjal, mudah saja
untuk menarik harapan masyarakat kembali tentang ilusinya tentang
demokrasi, yakni menguatkan lembaga-lembaga tersebut ketika kondisi
negara mulai genting hingga kemudian ada pemikiran bahwa di zaman
reformasi ini, ide Demokrasi pun masih lebih baik ketimbang orde baru.
“Salah
satu dalih yang sering dikemukakan politisi kafir, jika sistem kafir
yaitu Sistem Dajjal dihujat adalah bahwa sistem ini mungkin tidak
sempurna tapi masih lebih baik dari anarki,” kata Syekh Ahmad Thompson.
Kasus
ini sama dengan kejadian agar para pekerja setia pada kapitalisme
perusahaan. Untuk menutupi ketakutan para perkerjanya, maka perusahaan
dalam basis sistem Dajjal akan memback-up pekerjanya dengan segala
fasilitas agar mereka tetap bertahan disana, atau minimal terus loyal
kepada kapitalisme dan materialisme.
“Sekecil apapun
rasa aman pada pekerjaan, akan diluluhkan oleh pemberlakukan tawaran
kontrak kerja jangka pendek dan ancaman PHK, dan ketakutan ini dijadikan
sarana untuk menumbuhkan semangat kerja,” ujar Syekh Ahmad Thompson.
Ironisnya,
umat Islam kini berbondong-bondong terperangkap pada jaring ini.
Terperangkap cara kerja Sistem Dajjal yang berjalan dengan baik dan
sempurna. Sebagian umat Islam meminta umat Islam lainnya untuk tidak
berdiam diri (baca: ikut di parlemen). Bagi mereka diam adalah mati dan
ramai-ramai menduduki kursi kuasa gengsi adalah keniscayaan. Padahal
inilah yang memang diinginkan The New World Order dimana Umat
Islam akan bertarung di panggung yang memang mereka ciptakan. Sebab
bermain di kandang akan semakin mudah untuk menaklukkan sembari
merekayasa lawan. Tak jarang kita lihat terkikisnya iman beberapa
petinggi muslim yang masuk karena politik parlemen lewat kasus-kasus
korupsi dan amoral.
“Kenyataan yang langgeng ini
menandakan tidak saja tingginya kesangkilan para freemason, tapi juga
menandakan betapa tingginya derajat pengendalian mereka atas rakyat
banyak. Mungkin big brother tidak sedang mengawasi anda, tapi yang pasti
dia sedang memprogram dan mengkondisikan anda.” tandas Syekh Ahmad
Thompson.
Menyulap Penjahat Menjadi Malaikat
Selain
itu, salah satu trik ampuh yang juga dilakukan sistem Dajjal adalah
mengubah penjahat menjadi “malaikat” lewat jalur media. Mereka dengan
begitu mudah merekayasa empedu menjadi madu. Trik inilah diperkenalkan
oleh founding father dunia marketing, Edward Bernays. Y,a tokoh Yahudi sekaligus kemenakan langsung Sigmund Freud.
Ia
menunjukkan (lebih tepatnya mengajari) bagaimana caranya perusahaan
bisa membuat orang-orang ingin hal-hal yang sebenarnya mereka tidak
perlu dengan cara sistematis lewat keinginan sadar mereka. Persis
seperti saat kita gajian dan kita seakan terhipnotis untuk membeli
produk yang sebenarnya tidak kita perlukan.
Bukti keberhasilan mind control Bernays
adalah kampanye rokok perempuan di tahun 1920-an. Saat itu, Bernays
berhasil membantu industri mengatasi salah satu tabu sosial terbesar
masyarakat Amerika kala itu, yakni larangan perempuan merokok di depan
publik. Dengan “cantiknya”, Bernays menampilkan seorang wanita muda
sedang memegang rokok. Lewat teknik pemintalan kata-kata dan gambar film
tentang ratusan wanita yang sedang merokok, maka sontak saja penjualan
rokok di Amerika melambung tinggi dan para wanita pun seolah tersihir
untuk merokok.
Maka itu Bernays pernah berkata dalam
bukunya ‘Propaganda’, yakni “Kalau kita mengerti mekanisme dan
motif-motif pikiran kelompok tertentu, kini mungkinlah untuk mengontrol
dan mengarahkan massa menurut keinginan kita tanpa mereka
mengetahuinya,”
Bernays memang memiliki track record
mengendalikan opini politik publik. Peningkatan pesat Partai Nazi di
Jerman tidak lain adalah hasil dari cara-cara marketing “brilian”
Bernays. Ketika tokoh Nazi Joseph Goebbels meninggal, para aparat
menemukan buku Propaganda karya Bernays di kamarnya. Bernays
sendiri mendadak kaya raya. Berkat temuannya itu ia naik daun menjadi
konsultan berbagai perusahaan besar Amerika.
Dalam
negeri ini, kita masih ingat bagaimana SBY pernah naik daun setelah
dipecat sebagai tampuk Menteri di rezim Mega. Keran simpati masyarakat
pun mulai mengalir dan sedikit banyak mengantarkannya ke kursi Presiden
RI tahun 2004.
Hal ini pula yang pernah terjadi pada
naiknya Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Presiden tahun 1999. Dilihat
dari berbagai sisi, sebenarnya tokoh ini tidak terlalu istimewa.
Bahkan, Gus Dur pernah menjadi anggota MPR dari Golkar, ketika Soeharto
masih dekat dengan Moerdani CS. Masih banyak tokoh yang lebih baik dari
Gus Dur. Namun kepentingan asing yang sangat bertumpu kepada Gus Dur,
mengingat Gus Dur terbuka pada ide liberalisasi, membawanya dapat
melenggang mengungguli rival lainnya.
Begitu juga
rekayasa citra Obama di Indonesia, yang hanya mengucapkan “nasi goreng
dan bakso” publik pun tersihir. Obama pun diundang bicara tentang masa
kecilnya, dan segenap pandangan kita terhadap aktor Zionis itu ikut
memudar meski Invasi Obama terhadap negeri-negeri muslim masih
berlangsung hingga kini.
Dan jangan aneh bisa para
koruptor yang kini dihujat bisa sekejap mata menjadi pahlawan. Hanya
dengan satu cara: membuka aib-aib kawan-kawannya, dan kita kembali
terjebak pada diskusi-diskusi.
Terapkan Islam Seluruhnya Atau Tidak Sama Sekali
Maka
itu, salah satu cara untuk mengenyahkan Sistem Dajjal adalah sebuah
komitmen dalam diri umat muslim untuk menerima Islam sepenuhnya atau
tidak sama sekali. Sebab komitmen ini akan sangat menakutkan bagi
penampuk Sistem Dajjal. Inilah yang pernah terjadi kepada Sayyid Quthb.
‘Pembunuhan’ Sayyid Quthb adalah cara terakhir yang dilakukan Barat
karena tidak juga berhasil merobah pola pikir Asy Syahid meski sudah
digoda berkali-kali, dengan jalan kekuasaan, pendidikan, sampai wanita.
Namun apa dampak dari itu semua? Semangat militansi untuk kembali kepada
Islam yang sesungguhnya menjadi sangat besar pasca buku-buku Sayyid
Quthb diterbitkan seusai kematiannya.
Oleh karenanya,
benturan Islam vis a vis Sistem Dajjal belum akan usai. Islam akan terus
dirongrong oleh media sistem Dajjal lewat berbagai arah. Pertama, Islam
akan disudutkan sebagai agama teroris dan bukan bagian dari solusi.
Kedua, Islam akan dilihat dari tindak-tanduk keburukan akhlak yang
diciptakan oleh oknum-oknum Islam itu sendiri.
Hal ini
lah yang pernah disinggung Sayyid Quthb, ketika Barat tidak fair dalam
melihat Islam. Ketika Islam diperintahkan oleh Barat menyelesaikan
masalah-masalah yang justru diciptakan oleh Demokrasi, Sosialisme, dan
Kapitalisme. Oleh karenanya, dalam Bab Ambil Islam Seluruhnya atau tidak sama sekali dalam buku Dirosah Islamiyah-nya, Sayyid Quthb menulis,
“Tetapi
yang aneh setelah itu, adalah bahwa Islam banyak sekali diminta
pendapatnya mengenai persoalan-persoalan itu. Islam diminta untuk
mengemukakan penyelesaiannya. Jadi tidak logis dan juga tidak adil,
kalau dari suatu sistem tertentu diminta menyelesaikan dari
masalah-masalah yang tidak ditimbulkannya sendiri, tetapi ditimbulkan
oleh sistem lain yang berbeda watak dan metodenya dari sistem itu.”
Atas tantangan Barat itu, dengan pintarnya Sayyid Quthb membalas,
“Laksanakan
Islam sebagai suatu keseluruhan dalam sistem hukum pemerintahan, dalam
dasar perundang-undangan, dan dalam prinsip-prinsip pendidikan. Baru
setelah itu kita dapat melihat apakah masalah-masalah yang ditanyakan
itu masih ada dalam masyarakat atau hilang dengan sendirinya.”
Akhirnya semua ini seperti lagu masonik The Beatles yang berjudul Across the Universe, dimana John Lennon berkata, “Nothing Gonna Changes My Wolrd.”
Ya tidak ada yang boleh merubah Sistem Dajjal dan media mereka akan
terus bergerak sesuai tata kerjanya: penuh rekayasa dan manipulasi.
“Kita
harus berusaha agar opini umum tidak mengetahui permasalahan
sebenarnya. Kita harus menghambat segala yang mengetengahkan buah
pikiran yang benar. Hal itu bisa dilakukan dengan memuat berita lain
yang menarik di surat kabar. Agen-agen kita yang menangani sektor
penerbitan akan mampu mengumpulkan berita semacam itu.” Protokol of Zion
ke 13.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar