ads

Rabu, 19 Februari 2014

Korupsi adalah Penjajahan Bangsa Sendiri

Salah satu alasan mengapa Indonesia didirikan adalah untuk memajukan kesejahteraan umum sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD ’45. Betapa tidak, pada masa kolonial dulu, para sejarawan ekonomi mencatat bahwa pada tahun 1928, 12% pendapatan nasional Belanda diperoleh dari Indonesia dan 1 dari 5 penduduk Belanda sangat bergantung secara finansial dari perdagangan Indonesia. Sementara pada saat yang sama, rakyat Indonesia sebagai pemilik sah atas kekayaan negeri ini hanya bisa makan, yang dalam istilah Soekarno hanya "sebonggol sehari".

Mengapa penjajahan bisa berlangsung sangat lama dan kemelaratan terlestarikan dengan begitu luar biasa? Seorang sejarawan mengatakan "penjajahan terjadi karena ada bangsa yang mau dijajah". Rasionalitas kita mungkin akan berkata "tidak mungkin ada bangsa didunia ini yang mau dijajah". Tentu pernyataan ini benar bahwa tidak ada bangsa yang mau terlantar, sengsara dan lestari dalam kemelaratan dan penderitaan.

Tetapi jangan lupa, di setiap bangsa, di setiap kelompok seringkali ada pengkhianat-pengkhianat yang mau berkerjasama dengan para penjajah untuk menyengserakan bangsa sendiri. Alasannya sederhana, "toh yang sengsara orang lain, sementara saya dan keluarga bisa hidup terhormat dan berkelimpahan". Orang-orang seperti inilah yang pada dasarnya telah menjual bangsa sendiri untuk kepentingan dan kenikmatan pribadi. Orang-orang seperti inilah yang sesungguhnya telah membantu melestarikan penjajahan. Orang-orang seperti ini biasanya memiliki kuasa atau dibuat supaya berkuasa oleh para penjajah, sehingga para penjajah tidak perlu repot-repot berhadapan dengan rakyat jajahan karena sudah ada anak negeri yang menjalankan tugas tersebut.

Pada jaman penjajahan dulu, para penjajah datang dan bekerjasama dengan raja-raja, tuan-tuan tanah, dan orang-orang kaya serta para jawara di masyarakat. Mereka berkolaborasi dalam merampas tanah-tanah rakyat, memaksa rakyat bekerja untuk tanah-tanah mereka, dan merampas hasil-hasilnya untuk kesejahteraan mereka. Kerakusan dan sikap hanya mementingkan kenikmatan sendiri membuat anak negeri rela menyakiti bangsanya sendiri.

Apakah kondisi ini sudah berubah setelah kita mendeklarasikan kemerdekaan? Ternyata tidak. Profesor Veth seorang peneliti Indonesia di awal abad 20 pernah mengatakan Indonesia sejak awalnya selalu menjadi bangsa yang terjajah. Dalam tulisannya ia menyitir sebuah syair seperti di bawah ini:
"dipantainya tanah jawa rakyat berdesak-desakan datang selalu tuan-tuannya setiap masa mereka beruntun-runtun bagai runtunan awan tapi anak pribumi sendiri tak pernah kuasa"
Ya! Itulah yang terjadi sampai hari ini. Para penjajah boleh pergi secara fisik, tapi penjajahan tidak pernah pergi dari bumi pertiwi. Hari ini kita justru dijajah oleh bangsa sendiri. Mereka menentukan aturan, membuat keputusan yang menyangkut hajat hidup rakyat banyak namun demi kepentingan penguasa, orang-orang kaya atau para "jawara". Di jaman Orde Baru, Suharto memproduksi aturan yang sengaja ditujukan untuk membantu orang-orang kaya. Ada aturan tentang Mobil Nasional yang menguntungkan anaknya, ada aturan subsidi pajak impor gandum sebesar Rp2,1 Trilyun untuk pengusaha China penguasa Bogasari, dan masih banyak lagi.

Di era reformasi, kita juga menyaksikan pemerintah membuat aturan-aturan yang memudahkan para koruptor merampas uang negara melalui Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Begitu juga sampai hari ini, modus kolaborasi orang kaya dan pemerintah untuk membuat aturan yang berpihak pada orang-orang kaya masih saja dengan mudah terlaksana. Bank Century adalah salah satu contoh yang sangat nyata, meski pemerintah berusaha setengah mati untuk memanipulasi dan menutup-nutupi.
Saat orang-orang kaya, para "jawara" dan penguasa dengan mudah membuat aturan-aturan yang hanya menguntungkan mereka, rakyat malah terus didera oleh berbagai derita dan tragedi atas nama hukum. Rakyat miskin sangat mudah diadili sementara koruptor besar sangat disayangi. Uang negara untuk subsidi rakyat kecil terus dihabisi, tapi pengusaha besar yang lari keluar negeri membawa uang rakyat di Century malah disubsidi.

Korupsi pada hakikatnya adalah penjajahan terhadap bangsa sendiri. Karena korupsi yang merajalela dan dilindungi penguasa atas nama aturan yang mereka buat sendiri telah menyebabkan rakyat kehilangan kesempatan untuk menikmati kekayaan negeri ini. Rakyat kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kesejahteraannya dan itu artinya negara telah kehilangan relevansinya karena salah satu alasan dari berdirinya negara ini adalah untuk memajukan kesejahteraan umum, kesejahteraan seluruh rakyatnya.

Salah satu tujuan utama dari penjajahan adalah proses pemiskinan bangsa jajahan dan pengayaan bangsa penjajah dengan cara menjarah semua kekayaan yang ada di negeri jajahan, baik secara kasar dengan senjata, maupun secara "kooperatif" dengan membuat aturan-aturan yang merugikan rakyat. Korupsi sesungguhnya sangat identik dengan penjajahan, karena merupakan proses pemiskinan rakyat yang dilakukan melalui penjarahan terhadap kekayaan rakyat untuk memperkaya para koruptor. Oleh karena itu selama pemimpin kita, pengusaha-pengusaha kita dan para aparat kita bermental korup, maka penjajahan terhadap bangsa sendiri akan terus terjadi.

Inilah negeri di mana kita harus semakin meningkatkan energi dan keberanian untuk terus melakukan perlawanan, karena ketidakadilan, penindasan dan penjajahan sepertinya masih akan terus kita temukan. Kita harus selalu melakukan pembaruan tekad untuk lebih berkomitmen lagi dalam memperjuangkan kebebasan negeri dari korupsi, berkomitmen untuk mengusir penguasa dan pengusaha yang ingin menjarah dan menjajah negeri untuk kepentingan sendiri, agar kesejahteraan umum benar-benar bisa tercipta di negeri ini.

Selasa, 18 Februari 2014

Pemerintahan Sekarang Ini Jaringan AS

Indikasi bahwa pemerintahan SBY banyak dipengaruhi oleh kepentingan Amerika Serikat, sebenarnya sudah cukup lama menjadi perbincangan masyarakat. Dokumen kawat-kawat berita Kedutaan Besar Amerika Serikat yang dikirim ke Washington, sebagaimana dalam rilis terbaru Wikileaks menjadi penegasan faktual.

Pengamat intelijen, Mulyo Wibisono, bahkan sudah jauh-jauh hari melihatnya. Menurut mantan Kepala BAIS (Badan Intelijen Strategis) ini, sejak pemerintahan reformasi berjalan, Indonesia sudah digiring ke arah yang lebih liberal. Ekonomi kapitalis yang berbasis pasar bebas menggeser ekonomi berbasis keadilan sosial.

Hal itu, dalam pencermatan Mulyo, terlihat dari amandemen terhadap UUD 1945. Ia mempertanyakan sekarang ini UUD 1945 yang sudah diamandemen masih berkeadilan sosial? Atau menjadi kolonialis atau kapitalis?

Semuanya itu, ditambahkan purnawirawan Laksamana Madya ini, sejalan dengan orang-orang yang ada di pemerintahan SBY sekarang ini. Hampir semuanya jaringan Amerika Serikat.

Mulyo Wibisono menjelaskan, bahwa kondisi seperti itu cukup berbahaya. Semestinya, di tengah situasi balance of power dunia yang baru sekarang ini (Amerika, Cina, Rusia, Eropa - red) menjadi kesempatan dunia ketiga, termasuk Indonesia untuk membangun. Saat ini, dunia tidak mungkin perang konvensional, tapi perang intelijen.

“Kesempatn ini harus kita gunakan. Tapi pemimpin kita tidak mengerti. Ditambah lagi intelijennya lemah. Padahal intelijen itu perannya sangat berhubungan dengan perkiraan keadaan dan hakekat ancaman”, pungkas Mulyo.

http://www.intelijen.co.id/warta/1346-mulyo-wibisono-pemerintahan-sekarang-ini-jaringan-as

Indonesia belum merdeka

Oleh: Ahmad Ismail
Assalamualaikum Wr. Wb, dan salam sejahtera.

Saya kira ada yang hilang dalam diskursus mengenai problem-problem kebangsaan mengenai krisis, mengenai transpormasi, mengenai kepemimpinan , pengangguran dan sebagainya. Bahkan dalam renungan atau pemikiran yang saya lakukan, kehilangan itu sudah tidak hanya terjadi dalam bidang informasi, fakta-fakta historis sudah sampai pada ada problem juga dengan mainset kita dalam cara kita memikirkan masalah-masalah dan solusi-solusinya.

Jadi kira-kira dalam bahasa seorang kalau seorang dokter saya kira lebih mudah memahami cara begini, kalau kita sakit sebelum melakukan terapi kita melakukan diagnosa, hanya diagnosa yang benar menghasilkan terapi yang benar. Kalau diagnosanya sudah salah biasanya terapinya pasti salah. Nah problem kita sekarang adalah tidak hanya fakta data ini itu hilang tidak lengkap tetapi alat atau instrumen untuk melakukan diagnosa pun sudah ada yang hilang itu. Sudah kaya begitu keadaannya. Jadi  walapun kita prihatin, sedih, marah dan sebagainya tapi karena alat yang bisa kita pakai  untuk mendiagnosa itu enggak lengkap ya enggak mungkin kita bisa mendapatkan gambaran apalagi dengan terapi yang benar.

Nah kondisi historisnya sudah seperti itu. Persisnya seperti apa? Persisnya saya ingin menguraikan ini, problem tidaknya banyak masalah disana. Tapi juga ada masalah dalam melihat masalah, ini saya akan meletakannya dalam kerangka historis dalam setiap perkembangan ekonomi politik di tanah air.

Saya ingin mengingatkan dan ini saya lakukan dimana-mana, salah satu hal kecenderungan yang selama ini hilang adalah kecenderungan kita untuk cepat-cepat melupakan bahwa kita ini lahir dari rahim koloniallisme. Jadi entah bagaimana ceritanya generasi sekarang atau mungkin kaka-kakanya sudah begitu saja menerima teks and probiotik bahwa kita sudah merdeka  wong kita sudah bisa pemilu, sudah bisa jadi bupati, gubernur ini sudah gak dipikirin lagi, dengan begitu diasumsikan bahwa kita ini sudah negara yang merdeka, tapi tidak probiotik betul bagaimana proses kolonialisme dan menjadi merdeka seperti  apa hakekat kolonialisme dan apa yang telah berubah setelah proklamasi itu gak pernah dilihat. Satu hal yang kemudian menjadi penting kalau kembali ke kolonialisme adalah kata-kata Bung Karno yang mengatakan kalau kita bicara kolonialisme, kolonialisme itu bukan politik, kolonialkisme bukan kebidayaan, bukan militer, kolonialisme itu ekonomi.

Masalah kolonialisme itu masalah bisnis, masalah mencari untung. Dan fakta historis itu jelas-jelas menyatakan kepada kita bahwa yang menjajah kita itu adalah sebuah serikat dagang yaitu yang namanya VOC. Jadi implikasinya apa? ketika kita menyadari bahwa kolonialisme itu adalah ekonomi, kolonialisme itu adalah bisnis adalah soal untung rugi, mestinya kalau kita bicara merdeka, merdeka nggak bisa hanya  bicara politik, merdeka nggak bisa hanya dengan selembar kertas, sebuah pemerintahan, sebuah  proses pemilihan kepala pengadilan nggak  bisa

Indonesi dulu merdeka sebelum bisa melakukan koreksi terhadap struktur ekonomi yang diwariskan oleh kolonial. Itu substansi merdeka 100% itu ada disitu. Kenapa? Karena kolonialisme itu sudah berlangsung 3,5 abad maka praktis dia sudah mewariskan sebuah streuktur ekonomi yang bercorak kolonial. Itu bisa kita lihat baik dalam hubungan kita keluar atau hubungan kita kedalam
Bung Karno menjelaskan itu dalam beberapa kiteria. Kalau keluar katanya ciri-ciri ekonomi yang berwatak kolonial adalah
1. Kita cenderung diposisikan sebagai eksportir bahan mentah
2. Kita cenderung diposisikan sebagai pasar barang-barang jadi
3. Kita cenderung menjadi tempat memutar kelebihan kapital sebagai akumulasi dari proses .

penciptan ide tambah yang ada diluar.
Sekarang kita lihat saja kalau Indonesia bicara eksport, eksport Indonesia apa? Money....primer? Tetap saja mungkin produknya saja yang berbeda. Kalau dulu mungkin rempah-rempah, produk –produk pertanian, kalau sekarang mungkin tambang, gas tapi tetap saja produk primer. Kedua pertanyaannya kita ini produsen kakao yang besar tapi coklatnya dibuat dimana dan kita mengkonsumsi lagi nah ini kakau kita. contoh yang lain lagi apa? Kita produsen karet ban di dunia dan kita juga konsumen ban yang besar nah pertanyaan pabrik bannya ada dimana dan seterusnya. Termasuk kalau kita bicara masalah sawit dan sebagainya-dan sebagainya. Jadi dari situ praktis belum kelihatan tanda-tanda 60 sekian tahun setelah proklamasi sudah terjadi koreksi inprastruktur ekonomi yang bercorak kolonialisme itu. Sekarang yang kita kita dijadikan tempat memutar kelebihan kapital, nah ini malah menjadi terbalik-balik sekarang. Kenapa?

Sekarang ini malah justru menjadi maintry, menjadi pola pikir yang tumbuh, justru kita yang sangat membutuhkan investor, nah ini yang menjadi aneh, jadi bukan pihak sana lagi yang mencoba memanfaatkan kita sebagai tempat  investasi. Justru kita yang sibuk, semua, dari pusat sampai daerah menggelar karpet merah seolah-olah kesejahteraan rakyat republik ini tidak bisa diperbaiki tanpa ukluran tangan investor.

Jadi hidup matinya bangsa ini sangat tergantung kepada kepercayaan investor.  Sudah terjungkir balik itu artinya. Saya sekedar tambahkan saja sedikit, bung Hatta juga sebenarnya punya kriteria tetapi lebih banyak kedalam. Bung Hatta mengatakan bahwa salah satu ciri ekonomi yang bercorak kolonial itu adalah terbaginya masyarakat Indonesia atas tiga lapis. Lapis atas Eropa waktu itu ditengah timur asing lalu kaum pribumi itu ada dilapisan paling bawah.

Nah cita-cita kita setelah merdeka ini kalau memang mau mengoreksi struktur ekonomi kolonial itu tidak hanya keluar tapi harus kedalam artinya seperti yang sudah kita dengar bagai mana rakyat menjadi tuan dinegeri sendiri.pertanyaannya adalah setelah 60 sekian proklamasi apa yang sudah terjadi? Apakah benar rakyat telah menjadi tuan di negeri sendiri? bahwa ada yang menjadi anggota parlemen ada yang menjadi gubernur ada yang menjadi presiden memang yah.

Tapi coba lihat satu hak rakyat saja, setiap warga negara berhak mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai dengan ............. sudah terpenuhi belum? Rakyat kita sudah terbelenggu bukan hanya menjadi kuli di negeri sendiri tapi bahkan telah diekspor menjadi kuli dinegara-negara lain. Itu sebenarnya jauh dari apa yang kitya cita-citakan sebenarnya.
Makanya kalau saya berdiskusi dengan pejabat, pejabat-pejabat daerah segala macam yang mengenai kebanggan mereka mengirim tenaga kerja, mengirim TKI kemana-mana keluar negeri, pak sebenarnya kita keliru, sebenarnya yang harus kita banggakan itu adalah pembantunya kita ini sudah bule baru, kalau pembatu dirumah saya itu orang amerika orang mana baru kita boleh bangga.
Ini ngirim TKI aja bangga ini jungkir balik, nah itu yang sederhana. Jadi setelah sekian puluh tahun kita proklamasi tidak terjadi koreksi pada struktur ekonomi kolonial bahkan mungkin kondisinya jauh lebih parah dari pada era colonial.

Pertanyaannnya sekarang adalah kok bisa begitu kejadiannya? Siapa yang salah? Apa yang salah? Saya buka dokumen-dokumen sejarah dan ini ketemu lagi hal-hal yang hilang itu sedikit-sedikit ketemu dampaknya saja bahkan misalkan begini  memang benar kita proklamasi 17 Agustus 1945, tetapi dari sejarah kita tahu persis bahwa yang namanya menjadi merdeka itu enggak bisa sepihak, nggak cukup hanya kita punya kemauan menjadi negara merdeka, masyarakat internasional perlu dan pihak kolonial sendiri tentunya perlu atau pihak-pihak lain siapapun jadi gak bisa dipahami hanya kita saja. Dan terbukti dari sejarah setelah kita proklamasi ternyata tidak semua pihak setuju. Bahkan seperi yang kita ketahui setelah 1945 proklamasi 1947-1948  itu segera terjadi agresi pertama dan agresi kedua. Dan ini membuktikan jelas Belanda sendiri belum siap untuk itu.

Akhirnya apa ternyata setelah perang persoalan lalu diselesaikan disebuah konferensi yaitu Konferensi Meja Bundar. Nah saya nggak tau bagaimana ceritanya jalan-jalan ketempat buku loak, nggak nyari maksudnya nyari buku lain, terus ketemu buku rekaman konferensi meja bundar. Saya pelajari, saya buka, dan saya terkejut kok bisa begini ya? Ternyata setelah saya baca buku itu pernyataan di KMB bahwa pengakuan kedaulatan Indonesia oleh PBB itu  nggak geratis. Cukup menyengsarakan beberapa hal yang penting yang berkaitan dengan ekonomi yaitu:
Kita harus mengikuti garis IMF. Itu sudah ada didalam KMB 1949 sudah ada didalam KMB.  IMF itu berdiri 44 kita proklamasi 45 waktu KMB 49 kita dinyatakan bahwa Indonesia harus mengikuti IMF.
Kita harus mempertahankan struktur ekonomi, itu sudah ada ini di KMB.

Bahwa kita harus bersedia  mewarisi hutang-hutang Hindia belanda. Jadi penjajah yang berutang kita yang disuruh membayar. Itu di KMB ada semua. Ini bukan karangan saya, tapi ketika saya baca buka di buku KMB tetapi di buku-buku yang lain ternyata sudah banyak yang mencium bau terjadinya transisi dari kolonialisme kepada neokolonialismemelalui peristiwa KMB itu. Sudah banyak yang mencium bahwa Belada waktu tahun 1949 itu orang sudah bersiap-siap, ok lah kalau upaya yang dilakukan kolonial gak bisa-bisa saya akan bertransformasi melakukan neokolonisme itu sudah banyak yang mencium bau itu.

Cuman kita gak pernah berpikir itu kan? nah akibatnya apa? tahun 49 sampai tahun 1956 kita terus menerus mengangsur impian Belanda. Lalu IMF masuk PBB masuk konsultan alternatif masuk bahkan Fakultas Ekonomi UI berdiri tahun Berapa? Ya itu setelah KMB itu. Jadi bahwa seorang Widjojo Nitisastro masuk Fakultas Ekonomi tahun itu, itu hanya sebuah kebetulan sejarah saja sebetulnya. Dia lulus SMA lalu FE UI berdiri lalu dia masuk.

Sementara sebenarnya FE UI itu didesain dalam konteks itu tadi itu sudah dengan tujuan yang berbeda. Dosen-dosennya masih kebanyakan belanda lalu karena kita pengatur kedaulatan lalu segera juga PBB, IMF masuk, jadi mahasiswa pada waktu itu kuliah 2-3 tahun sudah bisa jadi asisten, jadi dikampus belajar dengan orang Belanda diluar jadi asisten orang Amerika. Hasil awal sebelum bicara terlalu jauh hasil awal dari proses ini adalah pada tahun 55 Widjojo sudah bisa membuat artikel yang mencoba mengevaluasi dan mengoreksi tafsir mengenai pasal 33. dan samapai sekarang dokumen itu tersimpan di............ karena dianggap sebagai sebuah karya penting pada tahun 1955.  Nah jadi jelaskan situasi yang kita pikirkan sekarang itu dulu juga kontroversi, 49, 50, 51, 52 dst-nya itu, kalau kita buka lagi koran jaman itu banyak sekali terjadi keributan, yang kecewa betul dengan KMB, kenapa kita harus banyar utang dan seterusnya.

Buktinya apa? Klimaks dari semua ini terjadi pada tahun 56 ketika kabinet di bawah ........... Harahap secara setia memutuskan untuk membatalkan KMB, ini sebetulnya sebuah revolusi besar tahap dua setelah proklamasi kemudian dicekal oleh seluruh dunia tetapi mencoba untuk merdeka kembali itu tahun 1956. Jadi kita membatalkan KMB 49, kita stop membayar utang-utang Hindia Belanda dan saya kira kita semua tahu kita melakukan nasionalisasi terhadap perusahan-perusahaan belanda. Untuk sekedar menambah pengetahuan kita lebih banyak Bung Hatta berhenti jadi wakil Presiden tahun berapa? Tahun 56.

Yang tanda tangan KMB siapa? Bung Hatta . Saya tidak bicara baik dan buruk ya! Saya tidak melakukan penilaian dalam hal ini tapi perbedaannya lebih kurang begini, bahwa Bung Hatta sadar betul kalau kita melawan pada pihak kolonial pasti kita digebuk dan kita hancur. Maka jika Bung Hatta berkomentar tentang bung Karno, bahwa Bung Karno itu sering punya niat baik tapi hasilnya jelek. Saya kira konteksnya itu bahwa menjadi negara yang merdeka dan berdaulat itu memang baik, tapi kalau misalnya kita harus berhadapan dengan pihak kolonial itu bisa tambah kacau.

Saya kira intinya, konteksnya disitu. Akibatnya adalah memang betul 56 kita stop bayar utang, 56 juga langsung mennasoinalisasi tapi terbukti kemudian 58 gangguan itu sudah mulai datang. Pecah PRRI Semesta dan PRRI saya kira  sudah banyak yang tahu. Tahun 1958 setelah kita ribut-ribut internal sedikit tentang piagam Jakarta dan seterusnya lalu akhirnya bung Karno memutuskan dekrit, kembali ke UUD 45. Lalu setelah itu Bung Karno maju lebih jauh lagi menuntaskan proses kedaulatan itu dengan melakukan merebut Irian Jaya, trikora.

Saya mencoba untuk mengajak sementara jangan melupakan tolong disimpan dulu cerita politiknya aspek militernya dalam Orde Baru. Saya ingin mengajak mencoba untuk mengetahui bahwa kelimaks dari semua proses ini ialah pada 16 Agustus 1965,  Bung Karno menandatangani sebuah undang-undang yang isinya mengakhiri keterlibatan semua modal asing di Indonesia. Jadibukan lagi ngempalng utang, bukan lagi tidak bayar utang tanggung jawab anda, bukan lagi nasionalisasi tapi sudah sampai kepuncaknya bahwa bagaimanapun yang namanya modal asing pasti tetap membawa kepentingan kolonial oleh sebab itu harus segera dihentikan.

Tanggal 16 Agustus 1965 terbitlah undang-undang yang berisi stopnya modal asing. Setelah itu peristiwa penting sebulan kemudian yaitu peristiwa G 30 S PKI. Jadi harus kita letakan dalam konteks, gak  biasa dilihat aktornya siapa,  ini siapa,Angkatan laut, angkatan udara,konplik militer ke Soekarno, sistem gak cukup lagi penjelasan dari segi politik saja harus dilihat secara ekonomi politik bahkan sejarah. Kenapa? Karena begini saya mendapatkan bukti-bukti berikutnya, ada bukti-bukti pra ada bukti-bukti pasca.

Pranya seperi Konperensi Meja Bundar dengan kelimaks keluarnya undang-undang 1965. Pascanya apa? November 1966 terbit tiga undang-undang sekaligus, Agustus 1965, September 1965 kemudian November 1966, terbit tiga undang-undang sekaligus. Undang-undang no.7, undang-undang no.8, undang-undang no.9 tahun 1966. Isinya apa? Undang-undang no.7 sepakat kembali mengansur utang-utang Hindia Belanda. Undang-undang no.8 mendaptar menjadi anggota ASEAN di parlement Bank, undang-undang no.9 mendaptar kembali menjadi anggota IMF dan World Bank.

Soekarno udah terlihat nggak beres itu ya? Kekuatannyanya juga udah copot kan udah ada Supersemar, terus dia sudah menjadi tahanan rumah kali. Dan juga banyak yang nggak tahu karena mungkin gak ngecek sampaai kedetilnya dan sengaja digelapain. Ternyata undang-undang no.1 tahung 1967 mengenai penanaman modal asing itupun yang tandatangan masih Soekarno. Tolong dijelaskan deh gak usah pakai tinggi-tinggi pakai pemikiiran biasa saja. Bagaimana mungkin Agustus 65 mengakhiri modal asing kemudian tiba-tiba november menjadi terbalik-balik semua bahkan lalu Februari 67 mengundang kembali masuknya modal asing. Jelskan peristiwa 30 September apa yang sebenarnya terjadi? Boleh saja ada versi militer ini itu, tapi saya justru mencurigai bahwa semua versi yang selama ini menggema menjelaskan versi 65 justru dengan jelas-jelas berusaha mengaburkan dari pokok masalahnya. Kenapa? Karena telah digeret dari luar pokonya, karena ditarik untuk urusan militer, urusan politik, urusan ini itu dan sebagainya.

Tapi tidak ada yang mencoba meletakkan dalam konteks kolonialisme ekonomi dan kemudian neokolonialisme. Ini penguat saja dari segi tadi, pengembangannya kemudian kebetulan setelah Soeharto berkuasa sebelumnya maka nggak perlu diperebutkan kekuasaan itu, kebetulan satu demi satu Dosen-dosen FE UI yang diterbangkan ke Amerika itu 9 bulan, itu kebetulan apa nggak? Silahkan jelaskan sendiri. Widjoyo berangkat 67 disusul oleh Sadli kemudian disusul Emil kemudian Aliwardana tapi ditengah-tengah sebelum peristiwa itu mereka sudah pulang satu persatu. Sehingga ketika Soeharto resmi tekover kekuasaan mereka sudah ada didalam pemerintahan.

Ini bukti yang lebih kongkritnya Undang-undang PMA jelas-jelas yang diminta menyiapkan drafnya itu adalah Sadli, dan diakui sendiri oleh pihak yang sudah menyelesaikan undang-undang itu bahwa Sadli walaupun sudah Bsc nggak bisa bikin undang-undang, karena nggak diajarkan bikin undang-undang. Akhirnya apa? Dibantulah oleh USAID untuk menyelesaikan undang-undang PMA itu. Yang menariknya adalah yang tanda tangan Soekarno. Jadi  bukan  hanya soal ditandatangan, tapi yang buatin sampai yang menyelesaikan sudah kelihatan.

Jadi saya dengan terpaksa kalau ditanya mengomentari bahwa cita-cita proklamasi dan amanat konstitusi itu tidak kunjung terlaksana itu bukan semata-mata rezim domestik yang bobrok, bukan karena Soeharto, karena militer, karena korupsi, itu nggak cukup.Karena memang pihak yang ingin mengeruk Indonesia itu tidak pernah ingin kita bisa melaksanakan. Dan mereka melakukan itu dengan berbagai macam cara.

Termasuk dengan menentukan atau mengatur proses rekruitmen elit yang berkuasa dinegeri ini itu sudah mereka atur semua.Bahkan karena sudah masuk juga ke unsur Fakultas Ekonomi lalu ke .....bp dan lain sebagainya bahkan sekarang ini pihak kolonial sudah masuk ke  mainted kita.Jadi ibaratnya ginilah cara menjelaskannya itu, kalau dulu kita telpon harus pakai kabel, nonton tv harus tunjuk-tunjuk apa gitu sekarang semua bisa pakai remote, kolonialisme juga berubah.
Inilah yang namanya neokolonialisme yaitu pakai remote kontrol. Skipnya saja yang belum kita masukan melalui proses edukasi, kurikulum pendidikan.Dan celakanya skipnya itu masuk tidak hanya pada para ekonom, karena banyak juga tentara-tentara kita sekolahnya di Westpoint berarti kemasukan skip juga jadi sudah selesai.

Jadi mungkin saja banyak korupsi, saya setuju. Mungkin saja rezimnya gak betul semua benar saja tapi proses rekrutmen elite itu bagian dari paket penguasaan pihak asing terhadap Indonesia.Mereka tidak akan pernah mengijinkan muncul pemimpin yang benar-benar ingin melaksanakan cita-cita proklamasi dan amanat konstitusi. itulah penyebab pokonya.

Bahkan ini saya kaitkan sedikit dengan soal pemilu, begini bahwa setelah 1998 kita melakukan reformasi, kekuasaan Soharto diakhiri, dan lalu kita sekarang menjadi negara demokrasi terbesar, bahkan demokrasi kita melebih-lebihi demokrasi Amerika,pemilihan presiden langsung. Nah mereka senang itu.  Saya sejak awal menolak model demokrasi yang sekarang kita selenggarakan, kenapa?Ini sebenarnya sudah teori lama, dan pak Amir Mahmud menyadari itu Soekaro tahu, Hatta tahu bahkan teksbook-teksbook klasik sudah mengatakan itu, jika disebelah demokrasi politik tidak ada demokrasi ekonomi rakyat belum merdeka.

Dan kata Ganskin Demokrasi liberal hanya akan jadi sarana bagi kaum kapital untuk merebut jabatan-jabatan publik.Soekarno mengalami itu, Hatta mengalami itu, dan mereka sudah mengatakannya sebelum tahun 20-30 mereka sudah nulis itu.

Jadi sekarang ini kita ini tersesat, sama sekali tidak mesti ada hal-hal tertentu merasa bangga hebat kenapa? bukti-biktinya sudah jelas kok dengan model demokrasi seperti ini akibatnya apa?Terjadi proses industri politik, industrialisasi politik. proses politik jadi sangat mahal artinya hanya orang-orang yang punya kapital yang  bisa ikut. Untuk bikin baliho, bikin ini, suap ini, beli kursi, beli nomor urut dan sebagainya.

Akhirnya apa? Kita lihat anggota legislatif didaerah direbut oleh para pengusaha, anggota DPR pusat juga kemasukan pengusaha, Bupati, Walikota Gubbernur, menteri, Wakil presiden juga sudah  pernah pengusaha. Dan andaikatapun presidennya paling tidak sekalipun citranya seolah-olah bukan pengusaha terserahlah bisa militer bisa apa, tapi dibelakang mereka siapa semua?
Saya kira dari cerita sehari-hari kita semua tahu apa yang namanya pilkada, pilpres apa namanya semua. Jadi ibaratnya demokrasi yang kita selenggarakan ini, itu memang hanya mekanisme yang  dilembagakan untuk menjadi jalan/ chanel rekrutmen elit-elit yang condong pada kapitalisme. Kalau diatas sana ada tuan-tuan kapitalisme nah ketemu kan? Ini ibarat kwali ketemu dengan tutupnya. Selesai!.

Dia sudah beli sistem jadi neokolonialisme itu sudah dari sistem jadi orang melihatnya bingung udah nggak jelas lagi, sudah disistem dia.Oleh karena itu kita pusing. Karena apa? Karena alatnya pun sudah diambil sama dia. Dia sudah masukin ke kurikulum, kesilabus, buku-buku itu semua sudah habis.
Maka lalu dalam situasi seperti ini konstitusi menjadi barang asing dan saya kira kita semua tahu bukan hanya kita bisa membuktikan bahwa sejumlah undang-undang terbukti melanggar konstitusi. itu sudah beberapa kali kita buktikan, undang-undang pendidikan, undang-undang migas, undang-undang penanaman modal, bahkan kita tahu pasal 33 itu sendiri sudah pernah dicoba diamandemen.
Jadi ini prosesnya sudah sampai ke jantungnya. Jadi sudah banyak beritanya ada KMB, ada pembantaian massal, ada pelarangan partai, ada penjaliman penguasa, sampai kemudian itu tadi persoalannya belum akan selesai sebelum pasal 33 itu disingkirkan.

Apa sih sebenarnya persoalan pokok cita-cita demokrasi kita ini. Itu persoalannya apa sih?. Satu cerita sederhana saja yang secara tak sengaja ketemu, jadi begini saya suatu ketika waktu itu kebetulan saya jadi staf ahli Mendiknas. Sore hari saya mau ke Jogya dibandara Cengkareng itu ketemu dengan pak Budiono yang sekarang menjadi wakil presiden, pas ketemu dibandara dia bilang mas anda itu bisa kesasar di diknas itu gimana? Karena anda itu bagian filsafat tapi tiba-tiba jadi ngurusin pendidikan? Saya kaget terus saya bilang pak pendidikan itu kan ada filsafatnya juga. oh gitu ya. Jadi pak Budiono itu gak tahu ya dikiranya filsafat itu hanya badan, gak tahu kalau filsafat itu juga mengurusi sosial, budaya dan ekonomi, padahal dia Bsc lulusan Amerika.

Selang seminggu kemudian kebetulan saya mengikuti konferensi pendidikan di Denmark dan Irlandia kemudian habis itu kita ke Inggris London ada jamuan makan, saya ketemu dengan temannya pak Budiono ini, Dosen di SOA di  London, namanya Bu Endos yang bukunya dulu cukup populer secara luas beredar adalah ekonomi orde baru. Sambil makan kemudian saya ceritakan cerita lucu waktu ketemu pak Budiono itu, dan saya tanyakan Bu apa memang ekonom itu gak tau saya bilang kalau di diknas itu juga ada filsafat pendidikan? Dan seorang Frofesor di London, bukan orang Indonesia lagi dan bukan orang kaki lima lagi ya itu marah, mukanya merah, benar gak ada itu filsafat pendidikan itu kerjaan orang-orang komunis saja katanya.

Jadi jelas ya masalah ya? Jadi kita gak heran kalau pak Budiono itu gak tahu. Karena dalam pandangan mereka lain, persepsinya beda sama sekali. Bertolak belakang betul dengan apa yang tercantum dalam konstitusi bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak dan itu gak ada dalam pemikiran mereka, pakir miskin dan anak terlantar itu gak ada.  Dalam pikiran mereka, itu bertentangan dengan kepentingan pihak kolonial pasal-pasal kaya begitu itu. Belum lagi pasal 33 ayat 2 perusahaan-perusahaan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara, itu gak ketemu semua, itu bertentangan semua dengan kepentingan kolonialisme.

Jadi saya kira kalau sudah seperti itu, tadi juga saya sempat ngomong dengan teman jurnalis yang sempat tanya begini: sebenarnya dalam situasi seperti ini apa yang perlu perlu kita lakukan? Jawabnya sederhana kok, orang kalau terjajah no satu apa yang dikerjakan? Merdeka dulu kan?. Bukan menunggu perbaikan ekonomi, memerangi inflasi, menurunkan suku bunga atau menambah utang, wah tambah kacau nanti dan bukan pemilu juga tapi merdeka dulu. Jadi yang paling kita butuhkan sekarang ini adalah bagaimana merebut kembali kemerdekaan yang hilang itu, menyempurnakan proses merdeka itu. Lebih spesifiknya bagaimana kita merdeka dalam bidang ekonomi, dan ini sebenarnya kata kuncinya. Dan detailnya tentu saja banyak apakah dalam konteks utang, konteks pertambangan, konteks ini itu, IMF, World Bank dan macam-macam, tapi yakin dan percaya dengan saya musuh yang kita hadapi dalam melaksanakan ini bukan hanya rezim yang berkuasa, bukan hanya elit politik lokal maupun domestik. Yang kita hadapi jaringan kapital internasional  yang kita sebut neokapitalisme itu. Mungkin itu saja sebagai pengantar diskusi ini dan mudah-mudahan tidak membuat kita jadi pesimis atau frustasi dan saya kesini tidak bermaksud menyebar pesimisme tetapi yang ingin saya nyatakan adalah kalau memang kita betul-betul dan serius ingin merubah keadaan dan perbaikan kehidupan rakyat dibutuhkan keberanian, kemauan untuk mengorbankan bahkan nyawa sekalipun. Kalau nggak tidak akan terjadi perubahan apa-apa.
Terimaksih, Wassalammualaikum Wr  Wb.

DISINYALIR ADA 60 RIBU AGEN INTELIJEN ASING BEROPERASI DI INDONESIA

Pernyataan mantan kepala staf TNI Angkatan Darat (AD) Jendral (purn) Ryamizard Ryacudu beberapa tahun lalu soal adanya 60 ribu agen asing di Indonesia mendapat konfirmasi pemerintah. Staf Ahli Menteri Pertahanan Mayjen TNI Hartind Asrin menjelaskan, meski pernyataan tersebut hanya berbentuk opini publik, namun bukan berarti data itu tidak valid. "Boleh jadi jumlah mereka mencapai angka tersebut. Kita semua harus waspada," ujar Ryamizard, Senin, 27 Mei 2013.

Untuk penanganan intel tersebut, Hartind menegaskan, 'bola' ada di tangan Badan Intelijen Nasional (BIN). Sedangkan, pemerintah hanya sebatas membuat kebijakan. Tidak hanya itu, dia menjelaskan, media juga bisa berperan untuk membantu pengungkapan keberadaan agen asing ini. Menurutnya, mereka menggunakan beragam profesi seperti wartawan, peneliti, pejabat hingga Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Direktur kontra terorisme dan sparatisme, Pusat HAM Islam Indonesia (PUSHAMI), Muhammad Yusuf Sembiring, SH, MH menyatakan sudah sejak lama Indonesia jadi target asing untuk dikuasai. Maka tak heran jika puluhan ribu intelijen asing ada di negeri ini. Yusuf juga mengingatkan, dampak operasi intelijen asing begitu berbahaya. Untuk itu harus ada sikap tegas terhadap para intel asing tersebut. Dampaknya tentu mereka akan mengincar untuk menguasai sumber daya alam. Lalu isu-isu lain seperti terorisme itu termasuk dalam agenda intelijen asing. Lalu isu Narkoba juga demikian. Bahkan isu kesehatan, kita tadinya tidak pernah ada flu burung, tiba-tiba ada sejumlah orang yang mati karena flu burung,” tandasnya.

Indonesia Sudah Diobok-obok

Intelijen Asing  Timor-Timur terlepas dari NKRI, Sipada Ligitan dicaplok Malaysia, gejolak di Aceh oleh sparatis GAM, gejolak di Papua oleh OPM, konflik Ambon, konflik Poso dan deretan kasus-kasus sparatis lainnya yang merongrong kedaulatan negara. Di bidang ekonomi nilai rupiah semakin terpuruk. Harga sembako naik. Minyak tanah langka dipasaran. Terigu, kedelai hingga daging harganya terus naik. Minyak goreng juga setiap saat bisa terus merangkak naik. Di bidang ekonomi nilai rupiah semakin terpuruk. Harga BBM dan sembako naik. Harga tepung, kedelai, daging hingga buah-buahan terus naik. Listrik juga  setiap bulan terus merangkak naik. Kemunculan ajaran-ajaran sesat yang memicu konflik, pertikaian antar kelompok agama, serta munculnya ulama/dai baru dalam masyarakat yang gemar memamerkan kekayaannya dan membuat harta sebagai bahasa dakwahnya. Para pejabat korup dibiarkan bebas beraksi bahkan  cenderung dilindungi untuk konsumsi kampanye kelompok politikus tertentu yang didukung pemerintah asing. Negara-negara asing selalu khawatir jika Indonesia semakin besar dan kuat. Mereka berupaya menjadikan negeri ini kerdil, negeri yang rakyatnya rendah diri. Mereka takut jika Indonesia besar akan menjadi ancaman bagi mereka. Hal ini tidak terlepas dari jasa para penghianat anak negeri ini yang mengutamakan gaji dan penumpukan harta mereka dibanding kesejahteraan bangsanya.

Intelejen Singapura yang membonceng agen-agen intelejen Zionis-Israel juga masuk ke negeri ini. Mereka banyak melatih intelejen Indonesia. Bahkan Singapura meminta tempat di Baturaja Sumsel sebagai tempat latihan berperangnya. Kekuatan Islam di Indonesia menjadi sasaran mereka untuk dipecah belah. Bersama intelejen Amerika mereka memasuki kelompok-kelompok Islam yang akhirnya memunculkan banyak ajaran-ajaran sesat di dalam Islam. Pendek kata, Indonesia saat ini sedang diaduk-aduk oleh para intelejen asing dengan kepentingan mereka masing-masing. Celakanya lagi, pergerakan intelejen asing ini menggunakan kaki-kaki orang Indonesia sendiri. Dengan kata lain, saat ini ribuan warga Indonesai sudah menjadi mata-mata intelejen asing. Ironis sekali! Demikian yang ditulis dalam blog Jaringan Intel Indonesia atau dikenal j-sebelas.

Pengawasan Intelijen Asing

Pengakuan Kementerian Pertahanan soal adanya operasi intelijen asing di Papua mendapat respons dari parlemen. Anggota Komisi I DPRRI Nuning Kertopati menjelaskan, bekal data tersebut harus dimanfaatkan oleh intel negara memperketat pengawasan. Terlebih, adanya eskalasi ancaman di daerah konflik seperti Papua. "Maka pengawasan perlu ditingkatkan,"ujarnya, Senin (27/5/2013)
malam. Menurutnya, intelijen asing biasanya datang ke satu negara dengan cara
pengelabuan. Hal tersebut juga berlaku untuk para agen asing di Papua. "Misalnya intelijen asing di Papua bisa saja berkedok agama, bisnis atau pun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan masih banyak lagi," jelasnya.  Dia mengungkapkan, intelijen negara memang seharusnya dapat mengidentifikasi keberadaan mereka. Kemudian, mengelola informasi tersebut dengan cara meningkatkan komunikasi dengan pemuka agama atau adat budaya setempat. Sehingga, bentuk gerakan separatis atau terorisme bisa dicegah.Istana Diminta 'Berbicara' dengan Sandi  

Istana Kepresidenan diminta untuk menggunakan sandi negara agar pembicaraan di Istana tak disadap oleh pihak asing. Anggota Komisi I DPRRI Saifullah Tamliha
menjelaskan, tidak ada yang bisa menjamin kalau istana tidak steril dari agen intelijen asing. Oleh karena itu, ujarnya, di istana seharusnya dipasang sandi negara agar pembicaraan di istana tidak bisa disadap oleh pihak asing, terutama AS dan Israel.


Dia pun mengimbau kepada pemerintah untuk segera membuat Rancangan
Undang-undang (RUU) tentang kerahasiaan negara. Menurutnya, RUU tersebut dapat menjadi landasan hukum agar pemerintah dapat menindak agen-agen asing. "Pemerintah harus bersikap tegas kepada agen asing agar mereka tidak mudah memata-matai Tanah Air," katanya, di Jakarta, Senin (27/5/2013). Harus Berani Tangkap Agen Asing  

Anggota Komisi I DPR RI Saifullah Tamliha mengatakan, pemerintah harus berani menangkap agen-agen intelijen asing yang berkeliaran di Indonesia. Agen asing yang ditangkap harus dipublikasikan. "Publikasi perlu dilakukan sebagai shock terapi bagi negara yang mengirimkan agen-agennya tersebut ke Indonesia. Sehingga mereka malu mengirimkan agennya ke Indonesia lagi," ujar Saifullah di Jakarta, Senin (27/5/2013).
Agen intelijen asing yang ditangkap, terang Saifullah, sebelum dideportasi harus diselidiki dulu, informasi apa saja yang mereka peroleh, apa saja yang mereka kerjakan selama menjadi mata-mata di Indonesia. "Indonesia harus mendapatkan data-data yang mereka ambil dulu," terangnya. 

Kementerian Pertahanan sebelumnya menyebut adanya aktivitas intelijen asing
yang terendus di Papua. Mereka tinggal di Papua dengan 'menyamar' dengan berbagai profesi, seperti aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), wartawan
dan peneliti.


Bom Bali Rekayasa Intel Asing, Diduga CIA Susupi Kelompok Islam

Kasus peledakan bom Bali yang menewaskan lebih 180 orang dinilai sebagai rekayasa intelijen asing dalam sebuah skenario besar. Amrozy (alm) sendiri disebut-sebut sebagai agen yang dikorbankan dalam peristiwa tersebut. Terlalu mengada-ada jika disebut Amrozy sebagai aktor intelektual dalam tragedi Bali.

Adanya peran "aktor intelektual" dalam kasus Bom Bali sangat kental. Bahkan kalau ada tuduhan AS merekayasa kasus bom di Bali, kami dapat membenarkan adanya tuduhan itu," kata anggota Komisi I Permadi SH dalam Raker Komisi I dengan Kapolri Jenderal Pol Da'i Bachtiar di Gedung DPR/MPR, Jakarta.

Demikian pula Aisyah Aminy menyambut baik keberhasilan Polri mengungkap kasus bom di Bali, namun yang lebih penting adalah aktor intelektualnya. "Kita hendaknya menitik beratkan siapa yang merekayasa kasus ini sehingga kelompok-kelompok Muslim harus 'dihabisi'," katanya. AM Luthfi mengatakan berdasarkan pengamatan dan kecepatan Polri mengusut kasus bom Bali, tampak Polri mendapat tekanan dari pihak asing. "Tekanan dari luar itu disampaikan Daniel S Lev di Australia bahwa AS dan Australia ingin kampanye anti-terorisme didukung Indonesia," katanya.  

Kesaksian Seorang Mantan Intelejen Asing di Indonesia

Pengakuan mantan Kapten USAF (AU Amerika Serikat) Jerry Duance Gray yang kini membelot ke Indonesia dan menjadi aktifis anti Chemtrail (perang senjata biologis Amerika Serikat), penulis buku Dosa-dosa Media Amerika, Demokrasi Barbar Ala Amerika, Deadly Mist dsb) banyak menceritakan tentang operasi intelejen asing di Indonesia, serta dosa-dosa apa yang sudah dilakukan Amerika Serikat kepada orang-orang di Indonesia, diantaranya program imunisasi balita, pasangan pengantin & calon jemaah haji di Indonesia untuk melemahkan (dengan memasukan materi haram & virus-virus yang akan aktif menyerang antibody yang diaktifkan dengan gelombang elektromagnetik (HAARP) menjadi kanker ganas (penyebab kenapa 30% dokter Amerika menolak anaknya divaksin imunisasi)), vaksin Haji, vaksin pengantin, penyebaran virus flu burung melalui udara (Chemtrail), virus AIDS, virus kuku & mulut, virus sapi gila dan aneka jenis peracunan kesehatan lainnya. Jerry juga banyak mengungkapkan peran AS dalam campur tangan pada politik di Indonesia semisal peristiwa G30S/PKI, Reformasi Mei 1998 hingga kasus-kasus korupsi yang kini ramai di Indonesia adalah ulah kegiatan agen-agen intel asing yang banyak menyusup dalam jajaran birokrasi, anggota parlemen, wartawan, media masa, peneliti, dosen, pelajar hingga preman-preman yang direkrut dan dilatih oleh agen-agen seniornya dalam susunan hirarki komando pyramida.

Pemakaian gas saraf yang disebarkan melalui udara dibenarkan oleh Jerry ketika mengikuti misi USAF menebarkan virus flu burung di langit Jakarta hingga penyebaran gas saraf penyebab rasa kegelisahan, ketakutan, tidak sabar, rendah diri, mual, insomnia (susah tidur) dan mimpi buruk, nafsu birahi tinggi, mandul, stress, rasa lapar berlebihan dan gangguan kejiwaaan lainnya (pelupa, kegilaan dan kerakusan). Game-game online yang kini merebak dikalangan anak-anak, remaja, mahasiswa juga hasil sukses agen intelejen asing dalam usaha membodohkan, merangsang ketidakpedulian sosial, semakin lemah fisiknya, daya juang rendah, tidak berguna, miskin dan hidup ketergantungan dengan bangsa lain. Inilah penyebab Indonesia bukan menjadi target perang fisik bersenjata karena cukup dengan perang intelejen dan senjata biologis, serta dibantu kerakuasan harta rakyat Indonesia sudah sangat efektif dan murah membuat Indonesia keok duluan sebelum berperang fisik.


Sumber:
ww.voa-islam.com

20 Strategi Perang Orang Sunda - Abad 16

Strategi orang Sunda dulu dalam berperang, belumlah banyak dibahas, Naskah Sanghyang Siksakandang Karesian hanya menyebutkan nama-nama strategi perang yang diterapkan paling tidak sampai abad ke-16.
Dalam Sanghyang Siksakandang Karesian disebutkan, hanya panglima peranglah yang tahu 20 strategi ini. (Saleh Danasasmita, dkk., 1987)
1. Makarabihwa.
Cara mengalahkan musuh dengan tidak berperang. Mengalahkan musuh dari dalam musuh itu sendiri, dengan menggunakan kekuatan pengaruh. Praktik merusak kekuatan musuh dari dalam agar merasa kalah sebelum berperang.
2. Katrabihwa
Posisi prajurit saat menyerang musuh, ada yang ditempatkan di atas, biasanya dengan menggunakan senjata panah, dan prajurit yang di bawah, biasanya menggunakan tombak dan berkuda.
3. Lisangbihwa
Sebelum perang dimulai, Panglima Perang/Hulu Jurit mengumpulkan pasukan tempurnya agar seluruh prajurit berteguh hati menjadi pasukan yang berani dan bersemangat berperang untuk mengalahkan musuh walaupun kekuatan lebih kecil.
4. Singhabihwa
Mengalahkan pertahanan musuh dengan cara menyusup. Para penyusup merupakan tim kecil yang jumlahnya hanyalimaorang, terdiri atas ahli perang, ahli strategi, dan ahli memengaruhi musuh.
Musuh terpengaruh oleh strategi yang kita lancarkan sehingga pada tahap ini musuh hancur oleh pikirannya sendiri. Waktunya sangat lama.
5. Garudabihwa
Memusatkan kekuatan pasukan pada posisi yang tersebar di beberapa titik penting yang telah ditentukan untuk pertempuran. Kekuatan di setiap titik jumlahnya 20 orang. Dengan simbol-simbol khusus, prajurit yang tersebar itu akan menyerang secara berbarengan dan sekaligus, kemudian menyebar kembali untuk mempersiapkan penyerangan berikutnya.
6. Cakrabihwa
Menyusupkan beberapa orang prajurit ke benteng pertahanan musuh dengan cara rahasia dengan tujuan utama untuk menyusupkan persenjataan yang kelak akan digunakan oleh pasukan saat bertempur.
Mereka harus prajurit yang sangat terlatih dan mengetahui medan, serta mengetahui cara-cara penyusupan.
7. Sucimuka
Upaya pembersihan musuh setelah perang usai sebab biasanya masih ada musuh yang berdiam di persembunyian. Para prajurit harus mengetahui daerah-daerah yang pantas digunakan sebagai tempat berlindung dan menjadi persembunyian musuh yang sudah tercerai-berai.
Prajurit harus mengetahui jalan-jalan yang dijadikan tempat untuk meloloskan diri. Pembersihan ini sangat penting agar musuh tidak menghimpun kekuatannya kembali.
8. Brajapanjara
Mendidik beberapa orang musuh agar bekerja untuk pihak kita.
Setelah dianggap tidak membahayakan, mereka dilepas kembali ke daerahnya untuk dijadikan mata-mata.
Orang itulah yang akan mengirimkan informasi mengenai kekuatan musuh, seperti jenis dan jumlah senjata yang mereka miliki, dan strategi perang apa yang akan digunakan.
Harus sangat hati-hati saat mendidiknya.
9. Asumaliput
Setiap prajurit harus mengetahui tempat berlindung atau bersembunyi serta tidak akan diketahui musuh, seperti di dalam gua, tetapi harus pandai melihat situasi.
10. Meraksimpir
Cara berperang ketika prajurit berada di daerah yang lebih rendah, sedangkan musuh berada di daerah yang lebih tinggi. Bila posisinya demikian, pasukan dipersenjatai dengan tombak dan berkuda.
11. Gagaksangkur
Cara berperang ketika prajurit berada di daerah yang lebih tinggi, sedangkan musuh berada di bawah.
Cara mengalahkan musuh dari atas, seperti cara meloncat atau menghadang.
12. Luwakmaturut
Gerakan untuk memburu musuh yang kabur dari lapangan pertempuran.
Prajurit harus tahu cara pengejaran yang paling cepat di berbagaimedanyang berbeda.
Pengejaran musuh harus sampai di tempat persembunyiannya, apakah di air, atau yang lari ke dalam hutan.
13. Kudangsumeka
Cara menggunakan pedang yang lebih kecil.
Bila menyusup ke daerah musuh, prajurit harus mengetahui cara-cara menyembunyikan pedang/senjata itu agar tidak diketahui musuh.
14. Babahbuhaya
Cara menghimpun kekuatan prajurit pada saat pasukan tertekan dan terjepit musuh, seperti cara/upaya memulihkan mental, semangat, dan kekuatan prajurit.
Dilatihkan ke mana harus berlari, jangan sampai berlari ke daerah kekuatan musuh.
Cara bagaimana bila saat berlari ada musuh di depan, atau musuh yang terus mengejar, serta cara bagaimana memilih tempat perlindungan.
Bila terlihat aman, prajurit merundingkan upaya penyelamatan dan merencanakan penyerangan balik.
15. Ngalinggamanik
Prajurit yang sudah terlatih dipersenjatai dengan senjata rahasia, atau senjata keramat kerajaan, seperti tombak. Prajurit dilatih untuk mengendalikan senjata keramat itu, bila tidak, bisa-bisa prajurit itu yang terpental atau pingsan.
16. Lemahmrewasa
Cara berperang di hutan belantara atau di tempat-tempat yang rimbun, terutama ketika pasukan dalam keadaan terdesak dengan senjata pasukan yang sudah tidak mampu melayani kekuatan persenjataan musuh.
Semua potensi yang bisa digunakan sebagai senjata dimanfaatkan, seperti batu atau batang pohon.
17. Adipati
Teknik untuk melatih prajurit yang akan dijadikan prajurit dengan kemampuan khusus.
Pasukan komando yang mempunyai kemampuan perseorangan yang tangguh dan dapat diandalkan.
18. Prebusakti
Setiap prajurit dibekali latihan keahlian khusus seperti tenaga dalam agar senjata lebih berisi, lebih matih, punya kekuatan mengalahkan musuh secara luar biasa.
19. Pakeprajurit
Sering kali raja menitahkan untuk tidak berperang.
Prajurit terpilih, yaitu prajurit yang sudah terlatih untuk berunding, mengadakan perundingan-perindingan sehingga musuh dapat dikalahkan tanpa berperang. Namun, Panglima Perang/Sang Hulu Jurit, sesungguhnya menghendaki kemenangan dengan cara berperang.
20. Tapaksawetrik
Cara-cara berperang di air. Bagaimana cara mengelabui musuh agar tidak mengetahui pergerakan prajurit, serta cara-cara menggunakan senjata di air, seperti di sungai. Prajurit harus terlatih untuk mendekati musuh melalui jalan air.
Persenjataan yang digunakan dalam perang pada zaman itu pada umumnya sudah berupa senjata dari logam, apakah itu tombak ataupun pedang. Peninggalan senjata yang ditemukan di beberapa tempat di Jawa Barat, masih dapat dilihat di Museum Nasional di Jakarta (Lihat Dr. N.J. Krom, Laporan Kepurbakalaan Jawa Barat 1914). Sementara itu, kendaraan yang digunakan saat bertempur pada umumnya adalah kuda.
Tulisan ini merupakan upaya pendahuluan untuk mengetahui deskripsi dari setiap istilah strategi perang yang terdapat dalam Sanghyang Siksakandang Karesian. 


Budak Angon Menurut Uga Wangsit Siliwangi

oleh : Taufik Suhendar

Uga Wangsit Siliwangi:
 "Suatu saat nanti, apabila tengah malam terdengar suara pembawa panji, nah itu adalah tandanya."Sosok "Satria Piningit" memang masih misterius. Banyak sudah yang mencoba untuk menemukannya dengan caranya sendiri-sendiri. Alhasil, ada yang yakin telah menemukannya, bahkan juga ada yang mengaku dirinyalah si Satria Piningit tersebut. Apabila diteliti maka sosok yang telah ditemukan itu masih bisa diragukan apakah memang dia si calon Ratu Adil?

Budak Angon atau "Penggembala" sesungguhnya merupakan konsepsi tentang kehidupan dan kemanusiaan. Dalam konteks diri manusia, Budak Angon merupakan konsep tentang penemuan jati diri dan pengendalian diri untuk apa sesungguhnya kita dicipta. Selain jasad kita yang sesungguhnya hanyalah "tunggangan" yang harus ditundukkan, dikendalikan, dan diarahkan melalui proses "penggembalaan", dalam diri kita juga terdapat kumpulan "sasatoan" yang tidak untuk dimatikan melainkan untuk digembalakan sehingga menjadi potensi dan energi positif bagi penemuan misi hidup kita.
Dalam konteks kehidupan sesama, Budak Angon menjelaskan suatu upaya dan proses "penertiban", pembangunan kesadaran, serta pengarahan hubungan antarsesama yang dilandasi cinta dan kasih sayang. Suatu tatanan kehidupan yang lebih berkeadilan. Dalam konteks sosok, pribadi-pribadi yang bekerja keras dalam upaya dan proses yang demikianlah disebut Budak Angon.
Keragu-raguan yang muncul mendorong untuk menelaah dan mempelajari kembali apa yang telah diungkapkan dalam naskah-naskah leluhur mengenai sosok Satria Piningit sejati. Salah satu naskah yang biasa kita gunakan sebagai rujukan yaitu Uga Wangsit Siliwangi. Prabu Siliwangi dalam Uga Wangsitnya menyebut si calon Ratu Adil dengan sebutan Bocah Angon atau Pemuda Penggembala. Beberapa hal yang disebutkan dalam Uga Wangsit Siliwangi mengenai Bocah Angon yaitu :

1. Suara minta tolong.
Dalam Uga Wangsit Siliwangi disebutkan “Suatu saat nanti, apabila tengah malam, dari gunung Halimun terdengar suara para pembawa panji, nah itu adalah tandanya. Semua keturunan kalian dipanggil oleh yang mau menikah di Lebak Cawéné.” Kata “suara minta tolong” sepertinya sama dengan ungkapan Joyoboyo dalam bait 169 yaitu “senang menggoda dan minta secara nista, ketahuilah bahwa itu hanya ujian, jangan dihina, ada keuntungan bagi yang dimintai artinya dilindungi anda sekeluarga“.
Bocah Angon di awal kemunculannya akan beraksi melakukan hal-hal sebagai pertanda kedatangannya. Salah satunya adalah meminta tolong kepada orang di sekitar daerah Gunung Halimun. Tidak jelas mengapa dia minta tolong kepada orang lain, apakah dia dalam kesulitan ataukah keperluan lainnya. Yang pasti bila telah terjadi hal demikian berarti itu pertanda akan kemunculannya.Sementara dikaitkan dengan Ramalan Joyoboyo paba bait 169 disebutkan bila Bocah Angon tersebut “suka minta secara nista sebagai ujian”. Kalimat tersebut mengindikasikan bahwa minta tolong itu hanya sebatas ujian bagi yang dimintai pertolongan. Ujian apakah itu? belum diketahui ujian apa yang suka dilakukan Bocah Angon pada orang. Sebaiknya kita tunggu saja kejadiannya.

2. Mencari sambil melawan, melawan sambil tertawa.
Dalam Uga Wangsit Siliwangi disebutkan “Suatu saat nanti akan banyak hal yang ditemui, sebagian-sebagian. Sebab terlanjur dilarang oleh Pemimpin Pengganti! Ada yang berani menelusuri terus menerus, tidak mengindahkan larangan, mencari sambil melawan, melawan sambil tertawa. Dialah Anak Gembala.” Kata terlanjur dilarang ini apa maksudnya? Apakah dilarang dalam mengungkap fakta-fakta, atau dilarang meluruskan sejarah? sepertinya masih butuh penafsiran lagi.
Yang pasti Bocah Angon sepertinya tidak peduli dengan larangan pemimpin. Bahkan bukan hanya tidak peduli dengan larangan tersebut, tetapi lebih dari itu Bocah Angon melawan larangan si pemimpin itu sambil tertawa. Tidak bisa dibayangkan bagaimana perasaan si pemimpin bila dilawan sambil tertawa. Bisa-bisa Bocah Angon dalam situasi bahaya nih karena kerjanya selalu melawan sang pemimpin pengganti.
Kata banyak yang ditemui sebagian-sebagian karena terlanjur dilarang pemimpin baru, menunjukkan bahwa yang akan ditemukan masyarakat memang hanya sebagian saja. Oleh karena sebagian saja maka yang ditemukan tersebut belumlah lengkap dan tentunya belum sempurna hasilnya. Tetapi tidak bagi Bocah Angon, dia terus saja mencari sambil melawan. Bisa jadi temuan si Bocah Angon ini kelak merupakan temuan yang paling lengkap dan mendekati kebenaran.

3. Dia gembalakan ranting daun kering dan sisa potongan pohon.
Dalam Uga Wangsit Siliwangi disebutkan “Apa yang dia gembalakan? Bukan kerbau bukan domba, bukan pula harimau ataupun banteng. Tetapi ranting daun kering dan sisa potongan pohon. Dia terus mencari, mengumpulkan semua yang dia temui. Tapi akan menemui banyak sejarah/kejadian, selesai jaman yang satu datang lagi satu jaman yang jadi sejarah/kejadian baru, setiap jaman membuat sejarah. setiap waktu akan berulang itu dan itu lagi.”
Bocah Angon memiliki kebiasaan mengumpulkan daun dan ranting. Kata daun dan ranting yang disebutkan Uga Wangsit Siliwangi dalam bahasa asli Sundanya yaitu “Kalakay jeung Tutunggul“. Kalakay merupakan daun lontar yang biasa digunakan oleh orang kita pada jaman dulu kala sebagai lembaran daun untuk menulis. Sementara Tutunggul merupakan ranting pohon yang biasa digunakan orang kita pada jaman dulu kala sebagai pena untuk menulis. Sehingga Kalakay dan Tutunggul bisa diartikan sebagai kertas dan pena.

Si Bocah Angon ini memiliki kegemaran suka menggembalakan kertas dan pena. Dia terus mengumpulkan dan mengumpulkan kedua barang tersebut sebagai gembalaannya. Tidak jelas kenapa dia suka menggembalakan kertas dan pena. Kata mengumpulkan itu berarti kertas dan pena tersebut tidak hanya 1 buah, tetapi jumlahnya banyak dan itu menjadi barang kegemarannya.
Selanjutnya disebutkan “Dia terus mencari, mengumpulkan semua yang dia temui. Tapi akan menemui banyak sejarah/kejadian“. Kalimat tersebut bisa berarti bahwa Bocah Angon menggembalakan kertas dan pena untuk menemukan sejarah dan kejadian. Entah sejarah dan kejadian apa yang dia kumpulkan, tetapi bisa dimengerti bahwa di Nusantara banyak sekali sejarah yang dirubah, mungkin hal tersebut bisa juga terkait dengan pelurusan sejarah kita.
Dia akan terus mengumpulkan sejarah dan kejadian-kejadian penting tentunya untuk menyelesaikan masalah di Nusantara. Wajar saja bila sejarah ditelusuri karena memang untuk menyelesaikan suatu masalah tidak bisa tidak harus mengetahui awal sejarahnya bagaimana bisa terjadi. Dengan kegemarannya menelusuri sejarah dan kejadian yang dituangkan dalam kertas dan pena tersebut kelak masalah di Nusantara akan bisa dibereskan dengan mudah. Semoga.

4. Rumahnya di ujung sungai yang pintunya setinggi batu.
Dalam Uga Wangsit Siliwangi disebutkan “lalu mereka mencari anak gembala, yang rumahnya di ujung sungai yang pintunya setinggi batu”. Kata di ujung sungai menunjukkan bahwa rumah Bocah Angon letaknya berada dekat dengan hulu sungai. Siliwangi tidak memberikan gambaran berapa jarak antara rumah dengan sungai tersebut. Bisa jadi hanya beberapa meter dari sungai, tetapi bisa jadi puluhan meter dari sungai.
Prabu Siliwangi juga tidak menyebutkan nama dari sungai tersebut sehingga rada menyulitkan untuk menentukan letak sungainya. Di Jawa terdapat banyak sekali sungai membentang dari utara hingga selatan. Dan rata-rata di pinggir sungai terdapat banyak rumah penduduk dan ini tentunya sangat menyulitkan untuk menentukan letak sungainya yang sesuai kata Prabu Siliwangi. Namun yang pasti Bocah Angon rumahnya dekat sungai sehingga bila ada yang mengaku dirinya Bocah Angon tetapi rumahnya jauh dari sungai berarti itu tidak sesuai dengan Uga Wangsit Siliwangi.
Kemudian untuk kata pintunya setinggi batu masih perlu dipertanyakan, apakah atap rumahnya terbuat dari batu? dan juga apakah pintu rumahnya juga terbuat dari batu? kok seperti rumah nenek moyang kita dulu. Bisa jadi demikian tetapi mungkin juga tidak demikian.
Kalimat tersebut bisa dipahami bahwa rumah Bocah Angon tidak hanya 1 lantai, namun bertingkat rumahnya. Hal ini diperkuat dengan ungkapan Joyoboyo dalam bait 161 yaitu “berumah seperti Raden Gatotkaca, berupa rumah merpati susun tiga“. Dari ungkapan Joyoboyo menunjukkan ada 3 lantai rumah dari Bocah Angon. Tentunya bukan rumah biasa, bisa jadi rumah tingkat ekonomi menengah atau memang Bocah Angon dari keluarga kaya? belum bisa dipastikan.
Oleh karena untuk membuat suatu rumah yang bertingkat dengan bahan semen untuk lantai 2nya, maka dari bahan semen yang padat otomatis akan membentuk batu yang keras. Sehingga bisa dipahami bila pintu lantai pertama akan setinggi batu (setinggi cor semen lantai 2). Memang kebanyakan rumah orang yang bertingkat pintunya pasti akan setinggi lantai 2, tepat di bawah cor semen yang telah menjadi batu tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa rumah Bocah Angon memang bertingkat yang pintunya setinggi lantai tingkat 2-nya.

5. Tertutupi pohon handeuleum dan hanjuang.
Dalam Uga Wangsit Siliwangi disebutkan “rumahnya di ujung sungai yang pintunya setinggi batu, yang rimbun oleh pohon handeuleum dan hanjuang”. Kata rimbun oleh pohon Handeuleum dan Hanjuang berarti di depan rumah Bocah Angon terdapat 2 pohon yang sangat subur dan menjadi ciri khas rumahnya. Dalam hal ini hanya disebutkan 2 buah pohon saja, artinya memang hanya ada 2 buah pohon di depan rumahnya sebagai pembeda dari rumah lainnya.
Apabila ditelusuri kedua jenis pohon tersebut dalam istilah bahasa Indonesianya memang belum diketahui apa namanya. Kedua kata tersebut sepertinya bahasa kuno dari daerah Sunda tempat Prabu Siliwangi berada. Hingga kini belum ada pihak yang merasa mengetahui kedua jenis pohon tersebut. Bahkan orang-orang asli Sunda pun juga mengaku tidak mengetahui kedua jenis pohon itu. Kita tunggu saja kelak akan kita ketahui juga.
Sementara itu beberapa kalangan justru menafsirkan kata Handeuleum dan Hanjuang sebagai simbol saja. Benarkah kedua pohon itu sebenarnya bukan pohon hidup di atas tanah, tetapi sekedar simbol saja? Coba anda lihat kembali Prabu Siliwangi menyebut Pemuda Penggembala dengan “Apa yang dia gembalakan? Bukan kerbau bukan domba, bukan pula harimau ataupun banteng. Tetapi ranting daun kering dan sisa potongan pohon.”
Kata pemuda penggembala itu cuma simbol dari Prabu Siliwangi. Kemudian simbol tersebut dijelaskan bila yang digembalakan bukan binatang, tetapi daun dan ranting. Sementara kata Handeuleum dan Hanjuang tidak ada kalimat penjelasan selanjutnya. Sehingga kedua kata tersebut dapat dipastikan memang dua buah pohon yang tumbuh di atas tanah. Apabila simbol tentunya Prabu Siliwangi akan menjelaskan maksudnya.

6. Pergi bersama pemuda berjanggut.
Dalam Uga Wangsit Siliwangi disebutkan “Semua mencari tumbal, tapi pemuda gembala sudah tidak ada, sudah pergi bersama pemuda berjanggut, pergi membuka lahan baru di Lebak Cawéné!” Siapakah pemuda berjanggut itu? Penyebutan pemuda berjanggut ini masih perlu dipertanyakan. Apakah pemuda tersebut merupakan kerabat atau keluarga atau teman ataukah pengasuh si Bocah Angon? Belum jelas diketahui karena memang dalam Uga Wangsit Siliwangi tidak menyinggung mengenai hal tersebut.
Dalam naskah-naskah lain memberitahukan bahwa Ratu Adil memiliki pengasuh yaitu Sabdo Palon. Mungkinkah pemuda berjanggut tersebut adalah Sabdo Palon? Sepertinya tidak karena Sabdo Palon merupakan sosok Jin, sementara penyebutan kata pemuda menunjukkan dia adalah manusia. Jadi pemuda berjanggut bukanlah Sabdo Palon.
Misteri ini masih sulit untuk diungkap yang sebenarnya. Pada saat Bocah Angon masih menjadi sosok yang misteri, pada saat yang sama pula ada sosok lain yaitu pemuda berjanggut yang jati dirinya juga masih misteri. Namun yang pasti pemuda tersebut memiliki janggut dan kelak akan kita ketahui setelah tiba waktu kemunculan Bocah Angon.

7. Pergi membuka lahan baru di Lebak Cawéné!
Dalam Uga Wangsit Siliwangi disebutkan “Semua mencari tumbal, tapi pemuda gembala sudah tidak ada, sudah pergi bersama pemuda berjanggut, pergi membuka lahan baru di Lebak Cawéné!” Bocah Angon sepertinya tidak akan ditemukan sebelum kemunculannya. Ketika orang-orang sudah menemukan rumahnya yang di ujung sungai, dia telah pergi bersama pemuda berjanggut ke Lebak Cawéné.
Prabu Siliwangi tidak menyebutkan kemudian orang-orang akan berhasil menemukan Bocah Angon di Lebak Cawéné setelah gagal menemukan di rumahnya. Tidak ada kalimat tersebut dalam Uga Wangsit Siliwangi. Karena tidak ada kata itu maka bisa disimpulkan bahwa jarak antara rumah dengan Lebak Cawéné tidak dekat bahkan mungkin sangat jauh.Prabu Siliwangi juga tidak menyebutkan setelah pergi ke Lebak Cawéné si Bocah Angon kemudian kembali lagi ke rumahnya. Karena tidak ada kalimat yang menyebutkan hal tersebut berarti Lebak Cawéné merupakan tempat baru yang ditinggali Bocah Angon setelah rumahnya yang di ujung sungai di tinggal pergi. Apabila Bocah Angon kembali lagi ke rumahnya yang di ujung sungai, maka tentunya Prabu Siliwangi akan menyebutnya berhasil ditemukan di rumahnya. Sudah pasti bila orang telah menemukan rumahnya maka akan ditunggui kapan kembalinya. Tetapi ternyata tidak ada kalimat tersebut dalam Uga Wangsit Siliwangi.
Sampai saat ini belum diketahui dimana letak Lebak Cawéné berada. Dalam peta Jawa maupun peta Indonesia, tidak ada daerah yang diberi nama Lebak Cawéné. Oleh karena namanya yang masih asing inilah maka banyak kalangan menafsirkan menurut keyakinannya masing-masing.
Ada yang menafsirkan Lebak Cawéné berada di lereng sebuah gunung. Ada juga yang mengatakan berada di petilasan Joyoboyo. Yang lain mengatakan berada di tempat yang ada guanya dan sebagainya membuat semakin tidak jelas saja letak Lebak Cawéné dimana. Tetapi apabila anda meyakini sebuah tempat merupakan Lebak Cawéné, maka bisa dipastikan anda akan memaksakan kehendak untuk menentukan 1 orang di daerah tersebut sebagai calon Ratu Adil. Wah jadi kasian pada orangnya kena sasaran.
Ketahuilah bahwa Prabu Siliwangi tidak menyebutkan Bocah Angon akan berhasil ditemukan di Lebak Cawéné. Di sisi lain Prabu Siliwangi juga tidak memberikan ciri-ciri Lebak Cawéné yang dia katakan sehingga mustahil Lebak Cawéné bisa diketahui sebelum Ratu Adil muncul, kecuali anda lebih sakti dari Prabu Siliwangi.

8. Gagak berkoar di dahan mati.
Dalam Uga Wangsit Siliwangi disebutkan “Semua mencari tumbal, tapi pemuda gembala sudah tidak ada, sudah pergi bersama pemuda berjanggut, pergi membuka lahan baru di Lebak Cawéné! Yang ditemui hanya gagak yang berkoar di dahan mati”. Kata Gagak berkoar mungkinkah memang burung Gagak yang suka berkicau, ataukah itu merupakan simbol saja.Banyak kemungkinan mengenai Gagak berkoar tersebut. Namun dalam naskah-naskah lain seperti yang diungkap Ronggowarsito dan Joyoboyo bahwa Bocah Angon sebelum menjadi Ratu Adil hidupnya menderita, dia sering dihina oleh orang. Apabila dikaitkan dengan hal tersebut maka Gagak berkoar itu bisa juga diartikan sebagai orang-orang yang suka menghina si Bocah Angon.Oleh karena hidupnya yang selalu saja dihina orang, maka akhirnya Bocah Angonpun pergi meninggalkan rumahnya. Kemudian dia bersama pemuda berjanggut menuju ke Lebak Cawéné untuk membuka lahan baru disana. Semua mencari tumbal bisa saja diartikan sebagai mencari berita dan ketika yang dicari si Bocah Angon sudah tidak ada, maka tidak bisa tidak mencari berita dari para Gagak yang berkoar tersebut.
9. Ratu Adil sejati.
Dalam Uga Wangsit Siliwangi disebutkan “Baik lagi semuanya. Negara bersatu kembali. Nusa jaya lagi, sebab berdiri ratu adil, ratu adil yang sejati. Tapi ratu siapa? darimana asalnya sang ratu? Nanti juga kalian akan tahu. Sekarang, cari oleh kalian pemuda gembala.” Kita disuruh Siliwangi untuk mencari Bocah Angon, karena dialah yang kelak akan menjadi Ratu Adil sejati.Sepertinya Prabu Siliwangi bermaksud memberikan pesan untuk berhati-hati dalam mencari Bocah Angon. Hal ini dikarenakan banyak sekali Bocah Angon palsu akan bermunculan di Jawa ini. Kemunculan Bocah Angon palsu bisa jadi karena dukungan orang lain akan dirinya sehingga dipaksa cocok menjadi Ratu Adil, tetapi juga bisa jadi karena terburu-buru meyakini dirinyalah si Bocah Angon.Lihatlah saat ini telah banyak terdengar dimana-mana dari Jawa bagian barat hingga Jawa bagian timur, orang-orang yang muncul diyakini sebagai Ratu Adil. Bahkan juga bermunculan dimana-mana orang yang mengakui dirinyalah Ratu Adil tersebut. Apabila dimintai bukti maka orang-orang tersebut akan mencocok-cocokkan diri dengan naskah-naskah yang ada untuk meyakinkan orang. Padahal kenyataan tidak semuanya cocok.Untuk itulah Prabu Siliwangi berpesan agar kita mencari Ratu Adil sejati, karena Ratu Adil sejati hanya satu sementara Ratu Adil palsu banyak sekali. Walaupun banyak Ratu Adil palsu, hal itu tidak akan mengubah kepastian munculnya yang asli. Apabila yang asli telah muncul maka semua akan terbukti mana yang asli dan mana yang palsu sesuai kata Siliwangi “Tapi ratu siapa? darimana asalnya sang ratu? Nanti juga kalian akan tahu. Sekarang, cari oleh kalian pemuda gembala.”Demikianlah beberapa hal mengenai Bocah Angon sesuai yang disebutkan dalam naskah Uga Wangsit Siliwangi. Prabu Siliwangi sengaja tidak begitu jelas menggambarkan si Bocah Angon dalam naskahnya sehingga sangat menyulitkan kita untuk menemukannya. Kesengajaan ini dimengerti karena memang akan banyak pihak-pihak yang tentunya menghalangi kemunculan Ratu Adil dengan berbagai alasannya.
Pada saat Prabu Siliwangi tidak memberikan gambaran yang jelas mengenai Bocah Angon. Di waktu yang sama pula kita disuruh untuk mencari si Bocah Angon tersebut, memangnya kita ini terlahir sebagai detektif semua. Namun yang pasti kelak akan diketahui juga mana Ratu Adil palsu dan mana Ratu Adil yang sejati tentunya setelah tiba waktu kemunculannya. Untuk itu baik ditunggu, dicari maupun tidak sama sekali sepertinya hasilnya tetap sama. Waktunya akan segera tiba.
Semoga Indonesia akan menemukan titik akhir tujuan, menjadi negara yang damai, tentram dan maju.......

Kadang Kala Perang Diperlukan Untuk Menciptakan Suatu Kondisi Yang Kondusif

“Kemenangan kita diperoleh dengan lebih mudah berdasarkan kenyataan bahwa dalam hubungan dengan mereka yang kita inginkan, kita selalu bekerja pada simpul-simpul yang paling peka pada pikiran manusia, pada rekening tunai, pada nafsu manusia, pada ketidakpuasan manusia akan kebutuhan materiel; pada setiap kelemahan manusiawi ini, ia sudah cukup untuk melumpuhkan prakarsa, karena ia menyerahkan kemauan manusia kepada disposisi dia yang telah membeli kegiatan-kegiatannya." -Protokol Zionis Pertama-

Bantuan Ekonomi Dan Kolonialisasi Gaya Baru
Di Asia Tengah, Balkan, dan Kaukasus, reformasi dan program privatisasi dari IMF dan Bank Dunia berjalan bergandengan tangan bukan hanya dengan agenda negara-negara Barat, tetapi juga dengan operasi intelijen CIA, yang dilakukan secara tertutup. Pengelolaan lembaga perang dan ekonomi dilakukan dengan interface satu dengan yang lain pada peringkat global. Jadi pada saat ini berbagai negara dilemahkan dengan konflik-konflik regional dan domestik yang dibiayai oleh dana keuangan Barat, baik secara terbuka maupun secara tertutup. Kosovo Liberation Army, Aliansi
Utara di Afghanistan, (GAM di Acheh?), hanyalah sekian contoh dari beberapa kasus, bagaimana gerakan insurgensi di suatu negara dibiayai oleh Barat.

Konflik-konflik yang dimanipulasi di Kosovo, Afghanistan, Acheh, dan lain-lain, terjadi karena terdapat sumber daya alam dalam jumlah yang strategis, minyak dan gas bumi, ladang ganja dan obat bius, yang oleh CIA dikelola secara tertutup. Pada gilirannya kepentingan ekonomi ini bermuara ke politik luar negeri resmi Amerika Serikat. Akhirnya ujung-ujungnya ke IMF, Bank Dunia, dan bank-bank regional dan invesyor swasta.

Perang Afghanistan adalah contoh nyata, adanya mata-rantai yang kuat antara agenda untuk untuk menguasai minyak yang ada di perut bumi Cekung Kaspia (Caspian Basin) dengan rancangan membangun hegemoni politik di Asia Tengah dalam rangka mengamankan kepentingan minyak dan gas bumi bumi tersebut.

Peristiwa serangan 11 September 2001 terhadap gedung-kembar WTC New York yang menewaskan lebih-kurang 6.000 jiwa adalah suatu rekayasa politik yang luar biasa kejamnya yang dilakukan oleh kelompok ‘rajawali’ Yahudi di bawah pimpinan Paul Wolfowitz di departemen pertahanan Amerika Serikat, yang bekerja-sama erat dengan dinas rahasia Israel Mossad, untuk mendapatkan dalih “menghukum” Afghanistan sebagai “kambing hitam”-nya.

Semuanya berkaitan sebagai suatu mata rantai. Kecurigaan bahwa serangan terhadap gedung-kembar itu merupakan sebuah rekayasa sangat rahasia oleh pihak Amerika Serikat sendiri yang dibantu oleh badan intelijen Israel Mossad, bukan hanya dikeluarkan oleh Alexander Gordon, seorang analis keamanan Amerika Serikat, tetapi juga dari ulasan koran the Guardian dan BBC London, kantor berita teve Amerika ‘Fox News’, Vision TV Kanada, koran the Washington Post, bahkan datang dari pemerintah Jerman, sekutu Amerika Serikat sendiri.

Mari dicermati institusi global ini: ada sistem PBB dengan missi konon untuk “memelihara perdamaian” yang pembentukannya diprakarsai oleh tokoh-tokoh Zionis; mereka memainkan perannya melalui negaranegara Barat, khususnya Amerika Serikat. Dari situ ada IMF, Bank Dunia, dan bank-bank pembangunan regional seperti ADB, Asian Development Bank, dan sebagainya. Di Eropa ada the European Bank for Reconstruction and Development, serta WTO. Lembaga-lembaga ini merupakan kekuatan utama mereka. Kadangkala perang diperlukan untuk menciptakan suatu kondisi yang
kondusif, dan kemudian lembaga-lembaga ekonomi produk kaum Zionis itu akan masuk untuk memberesi keadaan yang berantakan.

Sebagai misal, sesudah pemerintahan Taliban di Afghanistan jatuh, kelompok bankir Yahudi ini mengusulkan dibentuknya semacam ‘Marshall Plan’ untuk “membangun kembali” infra-struktur negeri itu yang sudah hancur berantakan. Atau sebaliknya, IMF sendiri yang melakukan destabilisasi ekonomi
seperti yang mereka lakukan di Indonesia. Mereka bersikeras menghapus subsidi pada berbagai kebutuhan publik di negara ini. Kini kebijakan itu berhasil melumpuhkan sebuah negara sebesar Indonesia yang terdiri lebih dari 17.000 pulau, dan berakhir dengan keterpurukan ekonomi yang kacau-balau. Keadaan geografinya dan persebaran sumber daya-alamnya yang tidak merata membuat ekonomi nasionalnya bukan menjadi sumber kesejahteraan, tetapi berubah menjadi suatu
malapetaka. IMF meninggalkan kondisi ekonomi-keuangan negara kepulauan ini dalam keadaan berantakan dengan cara yang belum pernah dihadapi oleh orang Indonesia.

Apa Yang Telah Diperbuat Oleh IMF Di Indonesia?
Mereka bersikeras memotong uang yang seharusnya ditujukan untuk mensubsidi pemerintahan di daerah, misalnya di bidang pendidikan, dan sebagainya. Kebetulan mereka melakukan hal yang serupa di Brazil. Mereka mendestabilisasikan suatu negara, karena untuk menguasai suatu negara harus ada kesamaan fiskal, suatu sistem untuk transfer fiskal.

Jadi di suatu tempat seperti di Indonesia, mereka mendorong setiap daerah melalui kebijakan otonomi daerah yang infra-strukturnya tidak disiapkan lebih dahulu, masing-masing akihirnya berperilaku menjadi semacam negara bagian (dalih pemekaran daerah). Dan tentu saja gagasan untuk masing-masing berdiri-sendiri menjadi sangat menarik bagi berbagai kelompok etnik di daerah yang berbeda-beda .

Tentu saja mereka (yakni perancangnya di IMF) sadar sekali tentang hal ini – mereka melakukannya berulangkali. Mereka hanya mendorong saja gagasan yang sudah ada. Hal itu terjadi di Yugoslavia, terjadi di Brazil; hal itu bahkan terjadi di bekas Uni Sovyet, dimana daerah-daerah dilepaskan begitu saja, karena Moskow tidak mampu memberi mereka uang. Kalau hal itu terjadi dimana rakyat dimelaratkan, mereka mulai saling membunuh. Terjadi pada setiap kelompok, pada kelompok-kelompok etnik, agama, dan kedaerahan, seperti di Indonesia.

Namun hal yang sama bisa saja terjadi, seperti di Somalia, dimana tidak ada kelompok-kelompok etnik, tetapi skema IMF tetap berjalan. Tidaklah diperlukan adanya masyarakat multi-etnik untuk agenda memecah belah suatu bangsa, untuk melakukan Balkanisasi. Skema ini didasarkan pada agenda ‘rekolonialisasi’.

Negara dan Teritori
Negara-negara diubah menjadi teritori-teritori, persisnya koloni gayabaru. Apa beda negara dengan teritori?
Negara memiliki suatu pemerintahan, memiliki lembaga-lembaganya, ada anggaran, negara memiliki perbatasan ekonomi, dan memiliki lembaga seperti bea-cukai.

Sebuah Teritori, hanya memiliki pemerintahan secara nominal yang dikendalikan oleh IMF. Tidak ada lembaga-lembaga yang otonom dan berdaulat, baik dari pemerintahan maupun swasta, karena telah
diperintahkan tutup oleh IMF dan Bank Dunia. Tidak ada perbatasan, karena WTO telah memerintahkan pasar-bebas. Tidak ada industri atau pertanian, karena sektor-sektor ini telah didestabilisasikan sebagai akibat meningkatnya suku-bunga sampai 60 % per annum, dan hal itu
akibat dari program IMF juga. Angka 60% itu bukan mengada-ada; di Brazil angka itu lebih tinggi.

Pada tahun 1998 Indonesia mengalami hal serupa, Botswana menghadapi hal yang sama. Suku-bunga seperti itu luar biasa tingginya. Untuk mencapai hal itu IMF memasang batas ceiling kredit. Sehingga orang tidak mungkin mendapatkan pinjaman bank; bank-bank tidak mampu menjalankan peran intermediasi mereka keadaan suku-bunga meningkat, dan tentu saja hal itu secara pasti membunuh ekonomi setempat. Di Indonesia, IMF menuntut pelaksanaan kebijakan uang ketat (‘austerity program’) dengan menaikkan suku-bunga obligasi bank sentral menjadi 17%, sehingga mendorong bank-bank komersial menaikkan suku-bunga kredit mereka. Untuk menambah keadaan menjadi lebih parah bank sentral Indonesia menuntut tiap bank yang ingin tetap hidup harus memiliki CAR (capital adequacy ratio) minimal 8%. Akibatnya bank-bank Indonesia berlomba-lomba mencari dana masyarakat, ketimbang menjalankan peran intermediasi mereka untuk mendorong kembali hidupnya ekonomi di sektor riel.

Untuk melawannya tidak mungkin dengan suatu gerakan topik tunggal. Tidaklah mungkin memfokuskan semata-mata pada lembaga-lembaga Bretton Woods, atau WTO, atau terhadap isu lingkungan, atau perekayasaan genetik. Perjuangan melawan “kolonialisme gaya-baru” itu harus dalam hubungan totalitas. Tatkala menggunakan totalitas orang akan mampu melihat hubungan penggunaan kekuatan. Di bawah sistem ekonomi seperti yang ada sekarang ini terhampar sendi sendi
orde kapitalis yang tertutup: industrial-military complex (catat; embargo Amerika Serikat terhadap peralatan militer Indonesia), kegiatan apparatus intelijen, dan kerja-sama dengan dan pengerahan
kejahatan terorganisasikan (organized crimes), termasuk perdagangan narkotika untuk mendanai konflik-konflik internal di suatu negara dalam rangka membukakan pintu negara-negara Dunia Ketiga tersebut ke bawah kontrol komplotan Barat-Zionis.

Kini zamannya telah beralih dari gunboat diplomacy ke missile diplomacy. Sebenarnya istilah missile diplomacy tidaklah tepat. Yang ada adalah pemboman secara kasar dan primitif, seperti halnya ancaman dari utusan presiden Bush kepada pemerintahan Emirat Islam Afghanistan pada tahun 1999, tatkala Bush menghendaki tampilnya kembali bekas raja Mohammad Zahir Shah di Afghanistan sebagai tokoh pimpinan pemerintahan boneka, dan konsesi eksploatasi atas minyak
dan gas bumi Afghanistan, serta pemasangan lintas pipa-minyak dari Turkmenistan ke Pakistan melalui wilayah Afghanistan dengan ancaman kasar, “Kalau anda setuju kami akan hamparkan ‘carpet of gold’, tetapi bilamana tidak, kami akan berikan anda ‘carpet-bombing’ “.

Taliban menolak, dan mereka mendapatkan ganjaran, ‘carpet-bombing’ yang dijanjikan itu.

Money-Politics dan Penguasaan Elit Politik
Sebagian dari birokrasi sipil dan aparat intelijen militer di Dunia Ketiga terdiri dari para gangster dan kriminal. Namun keadaan yang sebenarnya bila didalami jauh lebih rumit. Karena pada dasarnya para
gangster itu tidak lebih dari instrumen dalam jaringan-kerja dari para pemodal besar internasional (baca: Yahudi). Mereka tidak menghalanghalangi sistem yang ada. Para gangster itu adalah orang yang dengan mudah dapat dipergunakan, karena mereka tidak bertanggung-jawab kepada konstituensi mereka, atau kepada siapa pun. Karena itu penggunaan mereka sangat bermanfaat.

Ambil misalnya ketika begara-negara Barat mendudukkan Hacim Thaci (pemimpin ‘Tentara Pembebasan Kosovo’) dalam pemerintahan di Kosovo, atau Abdul Hamid Karzai di Afghanistan, mantan employee Unocal di India, yang ditempatkan sebagai perdana menteri Afghanistan untuk mengurus kepentingan Amerika Serikat pada umumnya dan pemasangan pipa minyak Unocal pada khususnya di Afghanistan. Jauh lebih mudah menempatkan gangster semacam mereka untuk memerintah negeri Kososvo atau Afghanistan, daripada mendudukkan seorang perdana menteri terpilih dengan integritas pribadi yang tinggi, yang bertanggung-jawab kepada konstituensinya. Yang terbaik adalah menempatkan seorang gangster-terpilih, seperti Boris Yeltsin, karena
cara itu yang terbaik. Cari dan tempatkan seorang gangster-terpilih. Di pemerintahan Amerika Serikat sudah beberapa kali menempatkan gangster terpilih. Mengapa? Karena gangster-terpilih lebih mudah
dikendalikan daripada seorang bukan-gangster yang diangkat.

Tetapi harus dimaklumi, para gangster ini merupakan kaki-tangan yang sangat menyolok – hal itu disebut sebagai kriminalisasi suatu negara. Sudah dapat dipastikan akan ada inter-penetrasi perdagangan yang legal maupun illegal. Dan perdagangan ilegal selalu berada dalam bisnis dan
keuangan berskala besar. Pemimpin yang mendapatkan dukungan luas dari rakyat oleh negara-negara Barat tidak dikehendaki. Sebagai contoh bekerjanya anasir Zionis melalui jaringan klandestin, baik melalui partai-partai politik yang korup, badan-badan LSM kiri, kelompok ‘theologi pembebasan’ Katolik Jesuit yang kekiri-kirian, serta kaum anarkis, telah berhasil menyingkirkan tokoh yang memiliki integritas dan kompetensi. Pemimpin yang memiliki integritas dari segi kepentingan Zionisme secara politik tidak-dikehendaki.

Itulah yang terjadi dengan nasib presiden B.J. Habibie dari Indonesia, yang ditendang keluar, bahkan oleh partainya sendiri.

Aspek penting dari kegiatan klandestin IMF adalah menciptakan kondisi untuk membiakkan perdagangan ilegal dan untuk mencuci uang di seluruh dunia. Hal itu sangat jelas, karena ketika ekonomi legal jatuh terpuruk akibat reformasi IMF, lalu apa yang tersisa. Yang tersisa adalah
ekonomi-kelabu, ekonomi kriminal. Hal itu mendorong perkembangan kekuatan ekonomi ilegal yang akan digunakan untuk menggantikan kekuatan ekonomi legal yang secara potensial lebih bertanggung-jawab.

Keruntuhan sistem ekonomi yang legal di suatu negara menciptakan juga kondisi untuk perkembangan insurjensi, destabilisasi pemerintah terpilih, penutupan lembaga-lembaga, dan perubahan negara menjadi sekedar sebuah teritori, yang kemudian dikendalikan layaknya sebuah
koloni. Indonesia dilihat dari berbagai indikasi obyektif, layak untuk dimasukkan ke dalam kartegori ‘koloni gaya-baru’ dari negara-negara Barat.

Kasus - “Suatu Model Membuka Kosovo untuk Modal Asing”.
Di daerah pendudukan Kosovo yang berada di bawah mandat pasukan penjaga-keamanan PBB, “terorisme oleh negara” dan kaum pembela “pasar-bebas”, berjalan bergandengan tangan. Kriminalisasi oleh lembaga-lembaga negara yang terus berlangsung bukannya tidak sesuai dengan sasaran-sasaran ekonomi dan strategi Barat di Balkan. Tanpa memperhitungkan kejahatan pembantaian rakyat sipil, pemerintahan KLA (Kosovo Liberation Army) yang memproklamasikan diri-sendiri telah memberikan komitmennya untuk membentuk suatu “pemerintahan yang aman dan
stabil” bagi para investor asing dan lembaga-lembaga keuangan internasional Yahudi.

Yang didukung oleh negara-negara Barat, dan lembaga-lembaga keuangan yang berbasis di New York dan London. Mereka telah melakukan analisis tentang konsekwensi bila suatu intervensi militer terjadi dengan akibat perlunya pendudukan Kosovo, hampir setahun sebelum terjadinya perang.

Konsep ini diulang kembali di Afghanistan pada tahun 2001. IMF dan Bank Dunia telah melakukan suatu ‘simulasi’ yang ‘mengantisipasi kemungkinan skenario darurat berlaku sebagai akibat ketegangan-ketegangan yang ada di Kosovo’. Tatkala pemboman masih berlangsung, Bank Dunia dan Komisi Eropa memperoleh sebuah mandat khusus guna ‘mengkoordinasikan para donor’ untuk bantuan ekonomi di Balkan.

Muatan ‘terms of reference’ tidak mengeluarkan Yugoslavia dari daftar penerima bantuan donor
tersebut. Hal itu dengan jelas menegaskan bahwa Belgrado berhak untuk mendapatkan pinjaman pembangunan “begitu keadaan politik disana berubah”. Sehubungan dengan Kosovo, alih-alih memberikan pinjaman untuk membangun kembali infra-struktur propinsi Kosovo, IMF dan Bank Dunia malah lebih memusatkan intervensinya dengan pemberian ‘bantuan dalam merancang rekonstruksi dan program recovery’ serta apa yang dinamakan ‘nasehat kebijakan dalam manajemen ekonomi’ dan ‘pembangunan kelembagaan’ khususnya ‘pemerintahan’. Dengan kata lain, sepasukan ahli hukum dan konsultan dikirimkan untuk menjamin transisi Kosovo ‘membangun suatu ekonomi pasar yang hidup, terbuka, dan transparan’.

Bantuan yang diberikan kepada pemerintahan sementara Kosovo akan diarahkan menuju ‘terbentuknya lembaga-lembaga yang transparan, efektif, dan berkelanjutan’. ‘Pemberdayaan lingkungan’ bagi investasi modal asing akan dibentuk sejajar dengan pembentukan ‘jaringan keselamatan sosial’ dan ‘program pengentasan kemiskinan’.

Sementara itu bank-bank milik negara Yugoslavia yang beroperasi di Pristina ditutup. Mata-uang Deutschmark ditetapkan sebagai alat tukar yang sah, dan sistem perbankan dialihkan kepada Commerzbank AG Jerman, yang menjadi pemegang saham tunggal swasta di dalam Micro Enterprise Bank (MEB milik Kosovo) yang dibentuk pada awal tahun 2000 dengan pemrakarsa International Finance Corporation (milik Bank Dunia), The European Bank for Reconstruction and Development
(EBRD), bersama dengan Nederlandse Financierings-Maatschappij voor Ontwikkelingslanden (FMO). Internationale Micro Investitionen (IMI milik Jerman), dan Kredit Anstalt fuer Wiederaufbau (KW juga
milik Jerman).

Jadi pihak Jerman (Commerzbank AG, milik Yahudi) akan menjalankan kontrol atas fungsi-fungsi perbankan untuk propinsi Kosovo termasuk tranfer keuangan dan transaksi luar negeri. Dalam karakter yang sama para komprador IMF di Indonesia tengah gencar-gencarnya menjual aset-aset publik yang selama ini berperan sebagai money-machine bagi Indonesia dengan harga obral-obralan,
seperti BCA, Telkom, Semen Gresik, Indosat, perkebunan kelapa sawit eks milik Salim Grup, dan lain-lain kepada pihak asing. Para bidder domestik dalam proses tender itu tidak digubris.

Tidak salah bila Prof.Chossudovsky memasukkan Indonesia ke dalam kategori “teritori”
dari kekuatan keuangan Zionisme.

Sumber: Zionisme: Gerakan Menaklukkan Dunia. Z.A Maulani. 2002.