ads

Rabu, 17 Desember 2014

Di Balik Turunnya Harga Minyak Dunia

AS dan negara-2 Eropa, hingga menjelang penurunan tajam harga minyak dunia, masih belum sembuh dari krisis ekonomi yang melanda mereka sejak 2007. Sementara Indonesia dan beberapa negara Asia relatif masih tumbuh cukup baik, diukur dengan indikator-2 ekonomi ciptaan neolib.
AS akhirnya melakukan langkah pamungkas dengan menyedot migas dari dalam perut buminya sendiri secara besar-besaran, yang selama puluhan tahun sengaja didiamkan. Akibatnya, aktifitas perusahaan-2 minyak di AS membuka lapangan-2 kerja baru, ekonomi AS pun mulai menggeliat.
Peningkatan suplai migas akibat eksploitasi migas di AS tersebut mengakibatkan turunnya harga minyak dunia dengan sangat tajam. Rendahnya harga BBM membuat ekonomi di AS tambah menggeliat, seiring dengan turunnya biaya produksi dan meningktnya daya beli masyarakat, sebagai akibat penurunan harga BBM yang tajam di sana. Peningkatan ekonomi AS akhirnya membuat dolar AS menguat terhadap hampir semua mata uang negara lainnya.
Penguatan nilai tukar dolar AS, secara teoritis, akan melemahkan daya tawar barang ekspor mereka, yang selanjutnya akan menekan laju produksi pabrik-pabrik di AS. Kenyataannya ternyata tidak. Mengapa itu bisa terjadi..?
AS, sebagai lokomotif neo-kolonialisme, memiliki sumberdaya ekonomi tidak hanya di negaranya, tetapi di seluruh dunia, melalui perusahaan-perusahaan multinasionalnya. Merekalah yang menjadi bumper efek negatif penguatan dolar AS.
Sumberdaya ekonomi negara-negara neo-kolonial yang sangat besar di luar dari negara-negara mereka tersebut, tidak terlalu terperhatikan, karena indikator pembangunan ekonomi suatu negara lebih mengedepankan GDP, yaitu indikator jumlah total produksi di dalam suatu negara. Sementara total produksi seluruh warga suatu negara masuknya di indikator GNP. Mengapa lembaga-lembaga ekonomi dunia lebih mengedepankan GDP, daripada GNP?
Karena:
(1) Mereka ingin menyebunyikan total produksi warga negara mereka banyak yang berasal dari kegiatan di luar negara mereka (baca: eksploitasi sumber daya ekonomi negara lain/koloni)
(2) Mereka ingin menyenangkan negara-2 koloni mereka dengan indikator GDP, dimana seolah-olah ekonomi negara koloni tersebut berkembang, padahal perkembangan tersebut lebih banyak diakibatkan oleh kegiatan produksi perusahaan-perusahaan multinasional, bukan perusahaan-perusahaan nasional.
Arus keluar sumber daya ekonomi negara koloni menjadi tidak terperhatikan...!!
Bagaimana dengan Indonesia..?
Di saat ekonomi negara-negara Barat masih dilanda krisis, seyogyanya Indonesia menggunakan kesempatan ini untuk menggenjot industri dalam negerinya, meningkatkan konsumsi masyarakat, meningkatkan ekspor (kalau bisa), dan mengurangi impor.
Menaikkan harga BBM jelas mengakibatkan biaya produksi meningkat, harga barang-2 naik, konsumsi masyarakat menurun. Kontradiktif dengan pengembangan industri nasional. Belum lagi, pemerintah meningkatkan impor dengan menambah kuota sapi impor dari Australia > 100%, membeli 1500 kapal dari China, padahal kita punya industri nasional perkapalan yang tangguh. Jangan dilupakan juga, bahwa pemerintah akan membuka keran investasi asing sebesar-besarnya.
Mengapa pemerintah sebegitu bodohnya?
Mereka tidak bodoh, tapi kitalah yang bodoh, jia tidak bisa melihat skenario besar di dalamnya. Apa itu?
(1) Pengurangan tingkat kemiskinan dengan cara mengurangi jumlah penduduk miskin secara harfiah..!! Hidup tambah susah, akibatnya manusia menjadi lebih bodoh, lapar, sakit-sakitan, frustrasi. Yang bodoh dan lapar akan mengekor pemerintah, yang sakit-sakitan akhirnya mati, yang frustrasi bisa bunuh diri atau gila atau melakukan tindakan kriminal, yang selanjutnya mengirim mereka ke liang kubur atau penjara.
Itulah cara SUKSES mengurangi tingkat kemiskinan ala neo-kolonial..!!!
(2) Kemerosotan ekonomi Indonesia yang memicu pelemahan rupiah, mengakibatkan aset-aset negara, termasuk Sumber Daya Alam menjadi murah bagi perusahaan-2 asing...!! OBRAL..!!!
(3) Krisis moneter dan fiskal bisa saja terjadi, jika pelemahan rupiah tidak terkendali. Akibatnya lembaga-lembaga donor akan semakin mencengkram dan melemahkan kedaulatan Indonesia, yang memang sudah sangat lemah, sejak era orde baru hingga sekarang..!!
Dari semua ulasan di atas, sudah jelas siapa yang akan diuntungkan dan apa yang akan dialami oleh kita, jika para antek neo-kolonial masih tetap menguasai pemerintahan kita..!!

Cinta Ibu Pertiwi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar