PENGANTAR
• Sejak bulan Mei 2005, pengusaha asal Rote (NTT), Jusuf Merukh
berusaha merintis pertambangan emas di Pulau Lembata, Flores Timur,
melalui perusahaannya, PT Pukuafu Indah. Untuk itu, “raja kontrak karya
pertambangan emas” yang memiliki saham di belasan perusahaan tambang
yang beroperasi dari Aceh sampai ke Pulau Wetar, Maluku Tenggara,
menggandeng beberapa mitra dari Jerman (Kupfer Produkte GmBH; Thyssen
Krup Fordertechniek, dan Norddeutsche Affinerie AG), Polandia (KGHM
Polska Meidz) dan Australia (OAM Australia). Hampir separuh dari luas
Pulau Lembata yang 126.638 hektar direncanakan akan ditambang. Namun
sejak Desember 2006, rakyat di berbagai desa menolak rencana
pertambangan itu, yang dikhawatirkan akan menghancurkan alam dan
lingkungan hidup mereka. Kekhawatiran ini antara lain didorong oleh
pengalaman mereka dengan tambang baroid yang dilakukan oleh PT Baroid
Indonesia dan PT Sumber Alam Lembata. Bertolak dari keprihatinan bersama
rakyat di Pulau Lembata, pada tanggal 27 Agustus 2007 terbentuklah
Koalisi Jakarta Untuk Tolak Tambang di Lembata, yang beranggotakan
beberapa lembaga dan organisasi, yakni JPIC-OFM, PADMA Indonesia,
Institute of Ecosoc Rights, PMKRI, Ikatan Mahasiswa Nusa Bunga Jakarta
(IMNBJ) dan Keluarga Besar Lembata Jakarta (KBMJ).
• Dalam makalah singkat ini, penulis berusaha menempatkan dukungan
dan penolakan terhadap rencana pertambangan emas di Pulau Lembata ini,
dalam bingkai ekonomi politik, dibekali teori ketergantungan ilmuwan
Brazil kelahiran Jerman, Andre Gunder Frank. Ada dua konsep yang akan
dimanfaatkan secara khusus, yakni konsep “kelas komprador domestik” dari
Thomas J. Biersteker (1981), yang telah dimodifikasi oleh penulis,
serta konsep “de-linking” dari Marta Fuentes dan Andre Gunder Frank
(1989).
ASAL USUL KONSEP KELAS KOMPRADOR DOMESTIK
• Dalam literatur teori ketergantungan dipakai istilah strata,
kelaskelas, atau kelompok-kelompok “borjuis komprador”, yang kepentingan
dan kegiatannya sejajar dengan kepentingan maskapai-maskapai
transnasional yang menanamkan modalnya di negara-negara Dunia Ketiga.
• Istilah comprador, yang dalam bahasa Portugis berarti “pembeli”,
awalnya digunakan dalam pembahasan tentang perdagangan, dan diterapkan
terhadap para pedagang perantara, yang mengurus masuknya para pedagang
asing ke pasaran setempat. Dalam kasus investasi masakapai-maskapai
minyak asing ke Nigeria, negara kaya minyak di Afrika, ada hubungan
segitiga antara maskapaimaskapai transnasional, komprador swasta, dan
komprador negara, yakni birokrat-birokrat yang mengfasilitasi masuknya
perusahaan-perusahaan asing itu. • (lihat Biersteker 1981).
Dominasi Maskapai-maskapai tambang AS di Nusantara, baik tambang mineral maupun tambang migas
Mulai dari perusahaan tambang tembaga-perak-emas Freeport McMoran di
Papua Barat, perusahaan tambang emas Newmont di Minahasa (Sulut) &
Sumbawa (NTB), perusahaan tambang migas ChevronTexaco (d/h Caltex) di
Riau dan juga menguasai produksi geothermal di Jawa Barat (setelah
Unocal lebur ke dalam ChevronTexaco), s/d perusahaan tambang migas
ExxonMobile yang sudah menguras Aceh kini diizinkan menghisap kekayaan
Blok Cepu. Kegiatan eksplorasi perusahaan-perusahaan tambang itu
didukung oleh perusahaan-perusahaan jasa konstruksi industri migas AS,
seperti kelompok Halliburton (Kellog, Brown & Root) yang bermitra
dengan PT PP Berdikari milik yayasan-yayasan Soeharto, dan McDermott,
yang bermitra dengan Bob Hasan, seorang kroni Soeharto.
Kelas Komprador Pertambangan di Nusantara
• • • • Orang-orang Kunci di bidang Pertambangan, di luar Menteri
Pertambangan dan aparat formalnya, adalah: – Seksi Ekonomi Kedubes AS,
yang merupakan pelobi kepentingan perusahaan-perusahaan migas AS, yang
berperan dalam alokasi konsesi migas ConocoPhillips di Celah Timor; –
IMA (Indonesian Mining Association), lama dikuasai oleh Benny Wahyu dari
INCO; – Jantje Lim Poo Hien (Yani Haryanto), pemimpin Harita Group,
kroni mendiang Presiden Soeharto (tetangga di seberang rumah Soeharto di
Jl. Cendana), pemilik 10% saham dalam PT Kelian Equatorial Mining
(KEM), mitra Rio Tinto & penyandang dana bagi Kent Bruce Crane,
bekas operator CIA dan pemasok senjata api kecil bagi pemerintah AS dan
negara-negara lain; – Jusuf Merukh, bergelar “Raja Kontrak Karya Emas”,
pemegang saham minoritas dalam belasan kontrak karya tambang emas dari
Aceh s/d Maluku Tenggara; pernah dekat dengan Megawati Soekarnoputri. –
James Riady, boss Lippo Group yang mengfasilitasi masuknya pompa bensin
Shell pertama di kompleks Lippo Karawaci.
• •KABINET INDONESIA BERSATU = KABINET PEDAGANG MIGAS BERSATU
Paling tidak tiga orang di antara segelintir decision maker ekonomi
Indonesia atau keluarga dekat mereka ikut mengeruk rezeki berlimpah dari
minyak dan gas bumi, sebelum mereka bergabung ke dalam Kabinet
‘Indonesia Bersatu’ pimpinan SBY. Di puncak anak tangga tentunya perlu
disebutkan Wakil Presiden M. Jusuf Kalla sendiri, yang keluarganya
adalah pemilik Nuansa Group. Menantu JK, Soesanto (“Tono”) Soepardjo,
yang menikah dengan putri tertua Jusuf Kalla, Muchlisah Kalla, diserahi
memimpin PT Kalla Inti Kalla Nuansa Group, salah satu investor yang
tertarik menggarap sumur minyak di Blora, Jawa Tengah. – Di luar urusan
Blok Cepu, kelompok Bukaka yang dipimpin oleh Ahmad Kalla, adik kandung
sang Wakil Presiden, punya hubungan bisnis dengan salah satu raksasa
migas dari AS, ConocoPhillips. Berkongsi dengan perusahaan daerah Batam,
PT Bukaka Barelang Energy sedang membangun pipa gas alam senilai 750
juta dollar AS – setara Rp. 7,5 trilyun – untuk menyalurkan gas alam
dari Pagar Dewa, Sumatera Selatan, ke Batam. Nama perusahaannya, PT
Bukaka Barelang Energy. Gas alamnya sendiri berasal dari ladang
ConocoPhillips di Sumatera Selatan.
•Selanjutnya, ‘parade artis migas’ itu meliputi Menko Ekuin Aburizal
(“Ical”) Bakrie, Menaker Fahmi Idris, dan mantan Menteri Urusan BUMN
Sugiarto. Di masa kediktatoran Soeharto, adikadik Ical ikut membangun
perusahaan-perusahaan perdagangan minyak anak-anak dan adik sepupu
Soeharto di Hong Kong dan Singapura, di bawah nama “Mindo”, “Permindo”,
dan “Terrabo”. Setelah Soeharto dilengserkan oleh gabungan kekuatan IMF,
tentara, dan gerakan mahasiswa, Ical dan adik-adiknya melepaskan diri
dari kelompok Mindo itu, setelah Pertamina menutup keran
perusahaan-perusahaan tersebut. Belum jelas apakah perkongsian antara
keluarga Bakrie dan keluarga Soeharto di pabrik pipa PT Seamless Pipe
Indonesia Jaya, di perusahaan perkebunan PT Bakrie Sumatra Plantations,
dan di Bank Nusa, juga telah berakhir.
•Sebelum berakhirnya era kepresidenan Soeharto,Bakrie Bersaudara
sudah berhasil membangun imperium bisnis migas mereka sendiri. Indra
Usmansyah Bakrie, adik Ical, tercatat sebagai Presiden Komisaris Kondur
Petroleum S.A., perusahaan swasta yang berbasis di Panama. Perusahaan
itu dimiliki oleh PT Bakrie Energi, yang 95 % milik Bakrie Bersaudara
dan 5% milik Pan Asia, yang pada gilirannya milik Rennier A.R. Latief,
CEO dan Presdir Kondur Petroleum SA. Di Indonesia, perusahaan ini
bergerak di bawah nama PT Energi Mega Perkasa Tbk., yang sejak tahun
2004 terdaftar di Bursa Efek Jakarta, dan juga dipimpin oleh Renier
Latief. Perusahaan ini sekarang menjadi perusahaan migas swasta nasional
kedua terbesar setelah Medco Group. Di mancanegara, kendaraan bisnis
minyak Bakrie bersaudara ini tetap bergerak dengan nama Kondur Petroleum
SA, dan beroperasi di Kroasia, Uzbekistan, Yaman dan Iran. Tapi
sebelumnya, sebagai operator Kawasan Production Sharing Selat Malaka
(KPSSM), Kondur telah berbisnis dengan Shell, yang menampung minyak
mentah itu untuk dimurnikan di Australia. Selain di Kondur Petroleum SA,
Bakrie Bersaudara juga memiliki saham dalam PT Bumi Resources Tbk, yang
sedang mengalihkan usahanya dari sektor perhotelan ke pertambangan,
khususnya pertambangan migas dan bahan baku enerji yang lain. Hampir 22%
saham perusahaan itu milik Minarak Labuan, maskapai minyak milik Nirwan
Dermawan Bakrie, yang telah menanamkan 33 juta dollar AS di Yaman.
Diversifikasi usaha itu dilakukan dengan membeli 40% saham Korean
National Oil Corporation (KNOC), yang menanam 4,4 juta dollar AS dalam
unit pengolahan minyak TAC Sambidoyong di Cirebon. Selain di Indonesia,
KNOC melakukan eksplorasi migas di sebelas negara lain, termasuk Libya,
Afrika Selatan, Yaman, Vietnam, Venezuela, Peru dan Argentina. Dominasi
ekonomi politik Aburizal Bakrie, walaupun sudah digeser dari Menko Ekuin
ke Menko Kesra, dapat kita lihat dari alotnya penyelesaian ganti rugi
bagi korban-korban lumpur PT Lapindo Brantas, yang sahamnya sebagian
milik PT Energi Mega Persada. Sebagian lagi sahamnya milik kelompok
Medco, yang akan dibahas sebentar lagi.
•••
Fahmi Idris, yang sekarang Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
adalah anggota Grup Kodel (“Kelompok Delapan”), yang berkongsi dengan
perusahaan migas AS, Golden Spike Energy. Kodel sendiri juga bergerak
dalam bidang pertambangan migas, melalui anak perusahaannya, PT FMC
Santana Petroleum Equipment Indonesia, yang berkongsi dengan kelompok
Nugra Santana milik keluarga Ibnu Sutowo almarhum. Sebelum perombakan
kabinet SBY-JK yang terakhir, Sugiarto, yang waktu itu menjabat sebagai
Menteri Urusan BUMN, adalah mantan Direktur Keuangan PT Medco Energi
Internasional Tbk, perusahaan swasta Indonesia terbesar di bidang migas,
milik Arifin Panigoro dan keluarganya. Kelompok Medco itu pada awalnya
ikut berkembang karena perkongsiannya dengan besan Soeharto, Eddy Kowara
Adiwinata (mertua Siti Hardiyanti Rukmana) dan salah seorang Menteri,
yakni Siswono Judohusodo. Ekspansinya ke negara-negara Asia Tengah
eks-Uni Soviet dilakukan dengan membonceng ekspansi pengusaha muda yang
waktu itu masih termasuk keluarga Cendana, yakni Hashim Djojohadikusumo.
Sesudah berakhirnya masa kepresidenan Soeharto, manuvermanuver politik
Arifin Panigoro, yang spontan mendukung gerakan reformasi, menyelamatkan
kelompok bisnis ini, yang muncul sebagai penyandang dana PDI-P dan
berhasil mengorbitkan Megawati Soekarnoputri ke kursi RI-1. Setelah
pudarnya bintang Megawati Soekarnoputri, Arifin Panigoro keluar dari
PDI-P dan mendirikan partai baru, Partai Demokrasi Pembaruan (PDP)
bersama Laksamana Sukardi. Sementara itu, Medco semakin berkembang, dan
berusaha melakukan diversifikasi ke sektor pembangkitan tenaga listrik
geothermal maupun tenaga nuklir, setelah berkongsi dengan Pertamina
menyadap sumber-sumber migas di Sulawesi Tengah dan sedang mengambil
ancang-ancang menjadi produsen migas No. 2 terbesar di Nanggroe Aceh
Darussalam (NAD). Dengan demikian, kelompok Medco dan unit-unit migas
dari kelompok Bakrie, dapat digolongkan sebagai maskapai transnasional
(TNC) juga.
•••• Mantan Menteri Perhubungan & Telekomunikasi yang kini
menjabat sebagai Sekretaris Negara, M. Hatta Rajasa, pernah menjadi
eksekutif Medco (1980-3), sebelum mendirikan perusahaan konsultan
manajemen, PT InterMatrix Bina Indonesia, yang bekerja sama dengan
Pertamina dan perusahaan-perusahaan perminyakan asing. Sebagai anak
Palembang, Insinyur Pertambangan lulusan ITB itu tidak asing dengan
dunia perminyakan. Mertuanya salah seorang staf Stanvac, ketika Hatta
jatuh cinta kepada Okke, dokter gigi yang kini sebagai isterinya.
• Menteri ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) sendiri, Purnomo
Yusgiantoro, adalah Wakil Pemimpin Perusahaan PT Resource Development
Consultant, di mana M.S. Kaban, Menteri Kehutanan, menjadi konsultan.
Entah apa bidang bisnis PT itu. Namun embelembel “resource development”
jatuhnya tidak jauh dari sumber-sumber daya energi juga.
• Bagaimana dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri?
Kedekatan SBY dengan Letjen (Purn.) T.B. Silalahi, staf ahli Presiden
bidang sekuriti, sangat rentan dimanfaatkan oleh Tomy Winata, pimpinan
kelompok Artha Graha. Soalnya, T.B. Silalahi orang kunci di Artha Graha.
Kenyataannya, Artha Graha, yang sebagian saham banknya milik Yayasan
Kartika Eka Paksi, lengan bisnis TNI/AD, juga ikut mengadu untung di
Blok Cepu. Dalam rush para pelaku bisnis top di Indonesia untuk mendapat
bagian dalam pengeboran minyak bumi di blok Cepu di perbatasan Jawa
Tengah dan Jawa Timur, nama Tomy Winata. Selain dia, pengusaha yang
sudah menampakkan minatnya untuk ikut menggarap blok Cepu adalah Surya
Paloh, melalui perusahaannya, PT Surya Energi Raya, Ketua Dewan
Penasehat Partai Golkar, yang digandeng oleh PT Asri Dharma milik Pemkab
Bojonegoro; Dahlan Iskan, boss Grup Jawa Pos; serta Ilham Habibie,
putra sulung mantan presiden B.J. Habibie; Letjen (Purn.) A.M.
Hendropriyono, mantan Kepala BIN (Badan Intelijen Negara); Hartati
Murdaya, pimpinan kelompok CCM (Central Cakra Murdaya); Laksdya Sudibyo
Rahardjo; serta Susanto (“Tono”) Supardjo, menantu Jusuf Kalla.
••Hampir semua nama itu merupakan tokoh lama di bidang politik dan
ekonomi. Sudibyo Raharjo, mantan Dubes R.I. untuk Singapura dan mantan
penasehat Otorita Batam, adalah mertua Thareq Kemal Habibie, putra kedua
B.J. Habibie. Setahu saya, purnawirawan perwira TNI/AU itu tidak
terlalu dekat dengan SBY. Berbeda halnya dengan ‘trio’ Hendropriyono,
Tomy Winata, dan Hartati Murdaya. Trio itu punya pertalian bisnis yang
berputar di seputar keluarga Hendropriyono. Di masa jayanya sebagai
Kepala BIN, Hendropriyono juga masuk dalam kelompok Artha Graha, karena
menjadi Presiden Komisaris PT Kia Motors Indonesia (KMI), yang termasuk
kelompok Artha Graha. Tomy Winata pribadi, menjadi salah seorang
pemegang saham PT KMI. Sedangkan seorang putera Hendro, Ronny
Narpatisuta Hendropriyono, menjadi salah seorang direktur PT KMI,
bersama Fayakun Muladi, putera mantan Menteri Kehakiman Muladi. Ronny,
pada gilirannya, juga komisaris PT Hartadi Inti Plantations, penguasa
areal konsesi kelapa sawit seluas 52 ribu hektar di Kabupaten-kabupaten
Buol dan Toli-Toli di Sulawesi Tengah. Berarti, keluarga Hendropriyono
punya hubungan bisnis yang cukup erat dengan Tomy Winata maupun dengan
Hartati Murdaya. Melihat kenyataan itu, boleh jadi trio
Hendropriyono-Tomy Winata-Hartati Mudaya akan bekerjasama untuk
mendapatkan bagian dari mega proyek blok Cepu itu. Dengan mengungkap
semua kaitan bisnis migas keluarga dan konco-konco Presiden, Wakil
Presiden dan para Menteri, baik yang sudah terwujud maupun yang sedang
dijajagi, kita dapat memahami kepentingan mereka untuk menaikkan harga
BBM, yang naik sangat tidak proporsional dengan kemampuan kocek rakyat.
Bayangkan saja, harga bahan bakar minyak (BBM), yang rata-rata naik
125%, mulai 1 Oktober lalu, jelas-jelas menunjukkan bias ke arah
kepentingan kelas menengah dan atas. Bensin premium ‘hanya’ naik 87,5%
dari Rp 2400 menjadi Rp 4500 per liter. Solar naik 105% dari Rp. 2.100
menjadi Rp 4.300 per liter. Sedangkan minyak tanah naik 186% dari Rp 700
menjadi Rp 2000 per liter!
•••
Dari data di atas terlihat bahwa ada Menteri yang bisnis keluarganya
punya kaitan dengan Shell, yakni Aburizal (“Ical”) Bakrie. ‘Kebetulan’,
Ical juga penyandang dana Freedom Institute, yang ‘kebetulan’ memasang
iklan kontroversial di harian Kompas, tanggal 26 Februari tahun lalu.
‘Kebetulan’, Freedom Institute dipimpin oleh Rizal Mallarangeng, yang
abangnya, Alfian Mallarangeng, ‘kebetulan’ salah seorang jurubicara
Presiden SBY. Lalu, betulkah semua ‘kebetulan’ itu memang ‘kebetulan’?
Ataukah tangan-tangan Shell memang begitu kuat mencengkeram ke dalam
berbagai celah pemerintah dan masyarakat sipil di Indonesia? Siapa
pelobi masuknya Shell ke pemasaran BBM? Ini dapat ditelisik dari lokasi
pendirian pompa bensinnya yang pertama, yakni di depan Hypermart Lippo
Karawaci di Tangerang. Tanah di mana SPBU Shell itu berdiri, adalah
bagian dari kota satelit Lippo Karawaci seluas 500 hektar, milik PT
Lippo Karawaci Tbk. James T. Riyadi (lahir di Jakarta, 7 Januari 1957),
adalah pemegang saham utama perusahaan itu. Ia memimpin kelompok Lippo
di Indonesia dan di AS. Sedangkan ayahnya, Mochtar Riady, memimpin usaha
kelompok Lippo di Tiongkok. Kerjasama ayah dan anak ini pernah
menimbulkan kontroversi di AS, ketika kelompok Lippo menyumbang satu
juta dollar AS untuk dua kali pemilihan Presiden William (Bill) Clinton.
Kedekatan mereka dengan Bill Clinton membuahkan hasil yang lumayan
menguntungkan: sebuah pembangkit listrik raksasa yang dibangun kelompok
Lippo di Tiongkok, mendapat pinjaman dari Bank Exim AS, yang sejatinya
hanya meminjamkan dana kepada perusahaan-perusahaan AS.
••Tidak banyak orang yang masih ingat peranan kelompok Lippo dalam
skandal korupsi Bill Clinton itu, berkat kelihaian strategi human
relations kelompok itu, yang menyasar kelas menengah-atas keturunan
Tionghoa yang beragama Kristen. James Riady telah menyumbang pembangunan
banyak gereja di berbagai kawasan pemukiman mewah di Indonesia. Kapela
(gereja kecil) di kampus UKSW, Salatiga, juga merupakan sumbangan Lippo.
Ayah James, Mochtar Riady, bahkan duduk dalam kepengurusan yayasan
pengelola perguruan tinggi Kristen itu, yang telah memecat Arief
Budiman, cendekiawan keturunan Tionghoa, yang sangat kritis terhadap
perkembangan konglomerat di Indonesia. Selain itu, kelompok Lippo
dikenal sebagai salah satu donor PDI-P. PDI-P sendiri tidak dapat
diharapkan mewakili aspirasi rakyat yang tidak setuju dengan kenaikan
harga BBM, maupun penunjukan ExxonMobil sebagai pengelola Blok Cepu. Ini
tidak terlepas dari dominannya peranan Megawati Soekarnoputri dan
suaminya, Taufik Kiemas, di fraksi terbesar di DPR-RI itu. Padahal
keluarga ini merupakan pedagang BBM yang semakin berjaya di wilayah DKI.
Dengan memiliki 13 SPBU, keluarga Mega-Taufik sangat berhasil di bidang
pemasaran BBM, dan masih terus berniat membuka pompa bensin baru,
dengan merek Pertamina maupun yang lain. Akhir tahun lalu, semua SPBU
milik keluarga Mega-Taufik sudah berhasil menjual lebih dari 15 ribu
liter gabungan premium, pertamax dan solar. Bahkan salah satu di
antaranya, yaitu yang berlokasi di kawasan Pluit, Jakarta Barat, mampu
menjual 90 ribu liter sehari. Makanya, mereka sangat diuntungkan dengan
keputusan pemerintah menaikkan harga BBM tahun lalu. Padahal, keluarga
Taufik Kiemas bukan satu-satunya anggota parlemen yang berjualan minyak.
Lalu, untuk apa mereka mau menentang masuknya maskapai migas asing,
mulai dari hulu sampai ke hilir?
••POSISI KELAS KOMPRADOR DOMESTIK DALAM SIRKULASI KEKUATAN TEORI KETERGANTUNGAN
Cara-cara “de-linking”
• Andre Gunder Frank dan kolaboratornya, Marta Fuentes, optimis
melihat dampak politis gerakan lingkungan terhadap proyek-proyek
pembangunan skala besar yang sangat merusak lingkungan di negara-negara
Selatan, seperti Brazil. Dalam tesis ketujuh dari tulisan mereka tentang
sepuluh tesis gerakan-gerakan kemasyarakatan (social movements),
mereka menyuarakan harapan bagi negara-negara belahan bumi Selatan.
Negara-negara Selatan tidak perlu membebek pada pola pembangunan
negaranegara Utara, karena gerakan-gerakan kemasyarakatan dapat “melepas
kopling” (delinking) negara-negara Selatan dari negaranegara
Utara. Bahkan, menurut Fuentes dan Frank, gerakan-gerakan ini
mengfasilitasi transisi negara-negara Selatan menuju sosialisme.
• Pertanyaannnya adalah: bagaimana cara “melepas kopling” itu? Di
samping lewat perjuangan bersenjata, sebagaimana yang dilakukan gerakan
Maois di Nepal, delinking dari sistem kapitalisme dunia dapat
diperjuangkan oleh gerakan-gerakan kemasyarakatan melalui tiga
mekanisme: pasar, hukum, dan parlemen. (perlawanan bersenjata?)
•Contoh penggunaan mekanisme hukum adalah gugatan Oceanic Oil,
perusahaan migas yang berbasis di Denver, Colorado, AS, terhadap
ConocoPhillips. Oceanic Oil menuduh ConocoPhillips “mencuri” konsesi
minyaknya di Laut Timor dengan menyogok pejabat Pertamina (ketika Timor
Leste masih dijajah Indonesia), mantan PM Timor Leste, Mar’ie Alkatiri
serta anggota kabinet dan parlemen yang berasal dari partai Fretilin.
Sedangkan contoh penggunaan jalur parlementer adalah pembatalan proyek
pembukaan hutan Amazonia untuk proyek Polonoro-Este di Brazil serta
penurunan target transmigrasi di Indonesia demi penyelamatan hutan dan
penduduk asli Papua. Ini dimungkinkan berkat gencarnya kampanye selama
tiga tahun (1985-87), di mana para aktivis ornop Brazil dan Indonesia
bersama rekannya dari AS melobi Ketua Komisi Anggaran Senat AS, untuk
memotong alokasi dana bagi proyek Polonoro-este dan transmigrasi.
Berbagai mekanisme “de-linking” itu, merupakan kekuatan pengimbang bagi
kelas komprador domestik, seperti yang tergambar dalam sirkulasi
kekuatan dalam teori ketergantungan Andre Gunder Frank (lihat Skema
sebelumnya).
••KESIMPULAN
• Dalam setiap kegiatan advokasi pertambangan skala besar, dua
perangkat mekanisme perlu dipelajari, yakni, pertama, kelas komprador
domestik yang berada di balik rencana investasi tambang raksasa itu; dan
kedua, mekanisme-mekanisme “delinking” yang dapat digunakan untuk
memperjuangkan pembatalan rencana investasi itu.
• Misalnya, menghadapi rencana investasi tambang emas bermodal Jerman
dan Polandia di Pulau Lembata, yang diperantarai oleh Jusuf Merukh,
pengidentifikasian mitra-mitra asing maupun broker nasional itu dapat
membantu mengarahkan advokasi anti tambang itu dengan lebih cermat dan
efektif. Advokasi anti tambang itu dapat dilakukan dengan memanfaatkan
media, dapat juga dengan mengajak kerjasama Partai Hijau dan gerakan
lingkungan di Jerman, atau dengan mengajak kerjasama Gereja Katolik di
Polandia, yang punya sejarah dalam penyebaran agama Katolik di Nusa
Tenggara Timur (NTT).
Kepustakaan:
- Aditjondro, George Junus (2002). “Burung-burung Kondor Beterbangan
di atas Buni Sulawesi: Kapitalisme Ekstraktif, Imperialisme Mineral, dan
peranan Kelas Komprador Domestik dalam Industri Pertambangan di
Indonesia.” Kata Pengantar dalam Arianto Sangaji, Buruk Indo, Rakyat
Digusur: Ekonomi Politik Pertambangan Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, hal. Ix-xxii. ————– (2005).
- Disandera kabinet pedagang migas: Membongkar
kepentingan-kepentingan domestik dan internasional di balik kenaikan
harga BBM di Indonesia. Makalah untuk Diskusi Publik “Refleksi Sosial
Agamawan terhadap Kenaikan Harga BBM di Indonesia”, yang diselenggarakan
Centre for the Study of Religious and Socio-Cultural Studies (CRSD)
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Rabu, 23
November. ————– (2006).
- Penggadaian Aset Migas Rakyat, dari Hilir Balik ke Hulu: Dari Pompa
Bensin Shell sampai ke penguasaan Blok Cepu oleh Exxon Mobil. Makalah
pengantar diskusi untuk Seminar Nasional “Nasionalisasi Aset Untuk
Kesejahteraan Rakyat”, yang diselenggarakan BEM Universitas Muhammadiyah
Surakarta (UMS), hari Kamis, 11 Mei. Biersteker, Thomas J. (1981).
Distortion of Development? Contending Perspectives on the Multinational
Corporation. Cambridge: The MIT Press. Frank, Andre Gunder (1974).
Lumpenbourgeoisie: Lumpendevelopment: Dependence, class and politics in
Latin America. New York: Monthly Review Press. ——– (1982).
- On capitalist underdevelopment. Bombay: Oxford University Press.
Fuentes, Marta & Andre Gunder Frank (1989). “Ten theses on social
movement,” World Development, 17 (2), hal. 179-191. JPIC-OFM (2007).
Membaca Penolakan Warga atas Rencana Pertambangan Emas di Kabupaten
Lembata – NTT.
Kertas Posisi JPICOFM. Jakarta: Sekretariat JPIC-OFM. •
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut