1. Kelompok Sipil, NGO/LSM
Sebenarnya
LSM/Ornop, Kelompok Sipil itu diperlukan dalam membangun modal social
(social capital) dalam sebuah negara. Mereka berperan dalam peningkatan
peran masyarakat di ruang publik di sebuah negara demokrasi modern.
Hanya
saja, kini LSM memiliki wilayah abu-abu yang kemudian bisa menjadi
sebuah senjata politik yang mematikan bagi suatu pemerintahan. Ia tidak
lagi menjadi suatu katalis pembentukan modal social, melainkan menjadi
pembuka pergantian rejim (regime change).
Jika anda masih
tidak percaya dengan adanya kerja abu-abu, kerja clandestine
(underground work) dari Ornop, perhatikan bagan di bawah ini.
===Cara kerja LSM, pasti ada Undergroun Work===
Setiap
front di atas bekerja sinergis demi mencapai tujuan bersama, yaitu
perubahan kebijakan (policy change) dan bahkan perubahan rejim (regime
change), seperti yang ditegaskan oleh Katherine Anne Isbester ketika
mengkaji pola gerakan Ornop di Amerika Latin,
“NGOs can
drive policy change and regime change. National NGOs can operate with
either supportive foreign agencies or be part of an international
non-governmental organization (INGO) sharing ideas, resources, and
personnel.” (Isbester, 1962:20).
Ideologi Pan-Internasionalisme inilah yang membuat Ornop semakin sukar disentuh dan dikendalikan.
Dan
tahukah anda, setiap kerja Clandestine (underground work) hampir
dipastikan selalu melibatkan Operasi-Psikologis atau operasi intelijen,
hatta aktornya Ornop sekalipun. Mengapa ? Karena sebagai pendesak
perubahan kebijakan, mereka memerlukan beberapa elemen demi memuluskan
cita-cita, salah satunya adalah OPINI.
Model terbaru peran
Ornop dalam penggulingan pemerintahan yang sah terdapat pada Revolusi
Warna di Eropa Timur dan Arab Spring di Timur Tengah. Dalam era baru
‘revolusi warna’, banyak gerakan-gerakan sipil yang berakhir dengan
pergantian rejim terindikasi sebagai benih yang-didanai dan dalam
beberapa kasus yang dijalankan oleh LSM-LSM maupun yayasan-yayasan
seperti Freedom House dan Open Society Institute(George Soros), bersama
dengan National Democratic Institute (NDI)- Deplu dan termasuk juga
National Endowment for Democracy (NED). Selain itu, LSM seperti USAID
yang sekarang dikenal sebagai front mutlak bagi operasi CIA di seluruh
dunia.
Di Serbia, dikenal gerakan bernama OPTOR! Yang
dirintis di Serbia oleh Ivan Marovic dan Srdja Popovic, keduanya
memainkan kunci peran dalam menggulingkan Presiden Serbia, Slobodan
Milosevic dalam aksi yang didukung CIA, dimana manual “perubahan rezim”
yang mereka gunakan adalah , From Dictatorship to Democracy yang ditulis
oleh profesor Harvard Gene Sharp dan sering disebut sebagai Injil
Revolusi Warna. Sharp memiliki Albert Einstein Institution yang sebagian
didanai oleh National Endowment for Democracy dan Open Society
Foundation.
A. Mesir dan Tunisia
OPTOR!
kemudian berevolusi di Musim Semi Arab, terutama di Mesir dan Tunisia
dengan nama baru tetapi pola sama : CANVAS (Centre for Applied
Nonviolent Action and Strategies), organisasi yang memiliki jaringan
dengan Soros.
Tokoh dan skema yang terlibat dalam penggulingan Husni Mubarak terlihat dalam bagan di bawah ini.
B. Bersih 3.0 Malaysia
Gerakan
Bersih 2.0 dan 3.0 tentu saja telah diakui didanai oleh Departemen Luar
Negeri AS melalui National Endowment for Democracy (NED). Menurut
laporan Insider Malaysia pada tanggal 27 Juni 2011, Tokoh Bersih Ambiga
Sreenevassan mengakui Bersih menerima uang dari dua organisasi AS :
National Democratic Institute (NDI) dan Open Society Institute (OSI)
untuk melancarkan proyek-proyek lainnya, yang ia tekankan tidak
berhubungan dengan aksi demo massa 9 Juli 2011.
Gerakan
Bersih di Malaysia ini berusaha mengembalikan Anwar Ibrahim ke tampuk
kekuasaan. Paman Sam cukup memiliki alasan untuk menempatkan seorang
globalis seperti Anwar Ibrahim, karena Amerika punya skenario menahan
kepentingan China di Selat Malaka.
Tidak hanya di
Malaysia, NED juga bergerak di Thailand dan berhasil menciptakan
kegaduhan politik yang sama-sama telah kita ketahui.
Menurut
catatan Mark Weisbrot, dari Center for Economic and Policy Research
(CEPR), NDI terlibat penggulingan Presiden Haiti yang terpilih secara
demokratis, Jean-Bertrand Aristide. Terlibat pula dalam mendestabilisasi
rejim Hugo Chavez di Venezuela dan terakhir kudeta di Honduras.
C. Reformasi Mei 98 dan Kejatuhan Soeharto
LSM
atau kelompok sipil berperan besar dalam menjatuhkan Soeharto pada Mei
1998 lalu. Salah satu LSM yang menonjol di era tersebut yaitu YLBHI, dan
TIFA Foundation. TIFA Foundation memperoleh dukungan dana dari George
Soros dalam melancarkan gerakan Pro-Reformasi /Pro-Demokrasi.
D. Upaya Rusia Menjegal Politik Ornop
Juli
tahun lalu, L.A Times mencoba memuat berita tentang diloloskannya
Undang-undang baru Rusia, seperti dalam sebuah artikel yang berjudul,
“Majlis Rendah Rusia Menyetujui pembatasan internet, media dan aktivis,”
menunjukkan bahwa pada kenyataannya UU baru tersebut menuntut
transparansi LSM yang diduga secara “retoris” berusaha melemahkan Rusia
atas nama masyarakat yang lebih “terbuka”.
Rusia tampaknya
bercermin kepada langkah terbaru Mesir awal tahun lalu, dimana
pemerintah Mesir, kemudian di bawah kendali komando militer SCAF,
mengusir ratusan karyawan LSM dan kemudian mendakwa 43 orang karena
‘menanamkan perbedaan pendapat dan ikut campur dalam kebijakan domestik‘
dalam awal kebangunan gerakan protes Musim Semi Arab (Arab Springs) di
Tahir Square dan tempat lain. Mereka yang diusir termasuk warga negara
dari Amerika Serikat, Jerman, Norwegia, Serbia dan Yordania. Mesir
kemudian memperingatkan LSM untuk tidak bekerja di dalam negara mereka
tanpa lisensi khusus.
Tidak heran apabila di banyak Negara
kini ada pandangan bahwa menjamurnya LSM-LSM dan organisasi HAM sebagai
potensi yang tidak diinginkan karena menjalankan mekanisme kerja
rahasia di dalam tubuh organisasi mereka.
Rusia punya
banyak alasan untuk bersikap sinis dalam persoalan ini, khususnya
setelah pemilihan Presiden terakhir yang luasnya peliputan media asing
dan pernyataan pedas datang dari Washington yang menuduh Partai Rusia
Bersatu pimpinan Putin telah ‘memperbaiki’ hasil pemilu, termasuk
pernyataan Hillary Clinton yang mengklaim bahwa Rusia membutuhkan
‘reformasi demokrasi’ dengan menyatakan pada saat itu, “Pemilih Rusia
pantas melakukan penyelidikan penuh atas kecurangan dan manipulasi
pemilu.“
E. Mega Korporasi Dibalik Ornop
Apapun
dalih dan koar-koar kampanye lembaga donor maupun ornop internasional
tentang demokrasi, HAM, kesetaraan, hukum dan lainnya, mereka tetap
tidak dapat lepas dari kepentingan para donaturnya. Para donatur inilah
yang sebenarnya yang menjadi inti kepentingan dibalik program-program
ornop dan lembaga-lembaga donor. Siapa pendonor itu? Silahkan amati
bagan ini.
Kebohongan dan ketertutupan yang disengaja
tersebut memungkinkan NED dan setiap lembaga yang disebut LSM tidak
hanya menumbangkan Rusia, tetapi negara-negara di seluruh dunia,
membohongi orang-orang beritikad baik yang bergabung ke dalam dengan
“perjuangan” mereka. Jika mereka – para aktivis demokrasi itu,
mengetahui bahwa tokoh-tokoh oposisi Presiden Rusia Vladimir Putin
terdiri dari organisasi yang sepenuhnya didanai, diarahkan, dan sering
bepergian ke luar negeri untuk bertemu dengan DepLu AS, tentu mereka
akan berpikir ulang untuk bergabung dengan gerakan “demokratisasi”. Para
tokoh oposisi itu mampu membentuk opini anti-Putin yang cukup jelas dan
solid, hingga agenda Barat hegemoni global sedikit demi sedikit
tercapai.
NED telah gagal membuka keran informasi kepada
publik tentang kepentingan dari para donaturnya, bukan isu-isu
“demokrasi”, “HAM”, “supremasi sipil” dan lainnya. Inilah salah satu
contoh dari kerja clandestine yang saya singgung di awal tulisan ini.
Jadi
seindah apapun bungkus “isu demokrasi”, “hak-hak sipil” yang
digelontorkan LSM, toh mereka tetap membonceng kepentingan para pemodal
yang ada dibelakangnya sebagai funding/donatur. Karena itula wajar jika
kita lihat setiap fenomena penggulingan rejim yang disponsori LSM, maka
rejim penggantinya selalu yang berorientasi Barat, Pro Pasar, dan
over-welcome pada investasi asing/liberalisasi.
Sofyan Ahmad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar