ads

Senin, 17 November 2014

Mafia LSM NGO Pemecah-Belah Bangsa

1. Kelompok Sipil, NGO/LSM

Sebenarnya LSM/Ornop, Kelompok Sipil itu diperlukan dalam membangun modal social (social capital) dalam sebuah negara. Mereka berperan dalam peningkatan peran masyarakat di ruang publik di sebuah negara demokrasi modern.

Hanya saja, kini LSM memiliki wilayah abu-abu yang kemudian bisa menjadi sebuah senjata politik yang mematikan bagi suatu pemerintahan. Ia tidak lagi menjadi suatu katalis pembentukan modal social, melainkan menjadi pembuka pergantian rejim (regime change).

Jika anda masih tidak percaya dengan adanya kerja abu-abu, kerja clandestine (underground work) dari Ornop, perhatikan bagan di bawah ini.


===Cara kerja LSM, pasti ada Undergroun Work===

Setiap front di atas bekerja sinergis demi mencapai tujuan bersama, yaitu perubahan kebijakan (policy change) dan bahkan perubahan rejim (regime change), seperti yang ditegaskan oleh Katherine Anne Isbester ketika mengkaji pola gerakan Ornop di Amerika Latin,

“NGOs can drive policy change and regime change. National NGOs can operate with either supportive foreign agencies or be part of an international non-governmental organization (INGO) sharing ideas, resources, and personnel.” (Isbester, 1962:20).

Ideologi Pan-Internasionalisme inilah yang membuat Ornop semakin sukar disentuh dan dikendalikan.

Dan tahukah anda, setiap kerja Clandestine (underground work) hampir dipastikan selalu melibatkan Operasi-Psikologis atau operasi intelijen, hatta aktornya Ornop sekalipun. Mengapa ? Karena sebagai pendesak perubahan kebijakan, mereka memerlukan beberapa elemen demi memuluskan cita-cita, salah satunya adalah OPINI.

Model terbaru peran Ornop dalam penggulingan pemerintahan yang sah terdapat pada Revolusi Warna di Eropa Timur dan Arab Spring di Timur Tengah. Dalam era baru ‘revolusi warna’, banyak gerakan-gerakan sipil yang berakhir dengan pergantian rejim terindikasi sebagai benih yang-didanai dan dalam beberapa kasus yang dijalankan oleh LSM-LSM maupun yayasan-yayasan seperti Freedom House dan Open Society Institute(George Soros), bersama dengan National Democratic Institute (NDI)- Deplu dan termasuk juga National Endowment for Democracy (NED). Selain itu, LSM seperti USAID yang sekarang dikenal sebagai front mutlak bagi operasi CIA di seluruh dunia.

Di Serbia, dikenal gerakan bernama OPTOR! Yang dirintis di Serbia oleh Ivan Marovic dan Srdja Popovic, keduanya memainkan kunci peran dalam menggulingkan Presiden Serbia, Slobodan Milosevic dalam aksi yang didukung CIA, dimana manual “perubahan rezim” yang mereka gunakan adalah , From Dictatorship to Democracy yang ditulis oleh profesor Harvard Gene Sharp dan sering disebut sebagai Injil Revolusi Warna. Sharp memiliki Albert Einstein Institution yang sebagian didanai oleh National Endowment for Democracy dan Open Society Foundation.

A. Mesir dan Tunisia
OPTOR! kemudian berevolusi di Musim Semi Arab, terutama di Mesir dan Tunisia dengan nama baru tetapi pola sama : CANVAS (Centre for Applied Nonviolent Action and Strategies), organisasi yang memiliki jaringan dengan Soros.

Tokoh dan skema yang terlibat dalam penggulingan Husni Mubarak terlihat dalam bagan di bawah ini.

B. Bersih 3.0 Malaysia
Gerakan Bersih 2.0 dan 3.0 tentu saja telah diakui didanai oleh Departemen Luar Negeri AS melalui National Endowment for Democracy (NED). Menurut laporan Insider Malaysia pada tanggal 27 Juni 2011, Tokoh Bersih Ambiga Sreenevassan mengakui Bersih menerima uang dari dua organisasi AS : National Democratic Institute (NDI) dan Open Society Institute (OSI) untuk melancarkan proyek-proyek lainnya, yang ia tekankan tidak berhubungan dengan aksi demo massa 9 Juli 2011.

Gerakan Bersih di Malaysia ini berusaha mengembalikan Anwar Ibrahim ke tampuk kekuasaan. Paman Sam cukup memiliki alasan untuk menempatkan seorang globalis seperti Anwar Ibrahim, karena Amerika punya skenario menahan kepentingan China di Selat Malaka.

Tidak hanya di Malaysia, NED juga bergerak di Thailand dan berhasil menciptakan kegaduhan politik yang sama-sama telah kita ketahui.

Menurut catatan Mark Weisbrot, dari Center for Economic and Policy Research (CEPR), NDI terlibat penggulingan Presiden Haiti yang terpilih secara demokratis, Jean-Bertrand Aristide. Terlibat pula dalam mendestabilisasi rejim Hugo Chavez di Venezuela dan terakhir kudeta di Honduras.

C. Reformasi Mei 98 dan Kejatuhan Soeharto
LSM atau kelompok sipil berperan besar dalam menjatuhkan Soeharto pada Mei 1998 lalu. Salah satu LSM yang menonjol di era tersebut yaitu YLBHI, dan TIFA Foundation. TIFA Foundation memperoleh dukungan dana dari George Soros dalam melancarkan gerakan Pro-Reformasi /Pro-Demokrasi.


D. Upaya Rusia Menjegal Politik Ornop
Juli tahun lalu, L.A Times mencoba memuat berita tentang diloloskannya Undang-undang baru Rusia, seperti dalam sebuah artikel yang berjudul, “Majlis Rendah Rusia Menyetujui pembatasan internet, media dan aktivis,” menunjukkan bahwa pada kenyataannya UU baru tersebut menuntut transparansi LSM yang diduga secara “retoris” berusaha melemahkan Rusia atas nama masyarakat yang lebih “terbuka”.

Rusia tampaknya bercermin kepada langkah terbaru Mesir awal tahun lalu, dimana pemerintah Mesir, kemudian di bawah kendali komando militer SCAF, mengusir ratusan karyawan LSM dan kemudian mendakwa 43 orang karena ‘menanamkan perbedaan pendapat dan ikut campur dalam kebijakan domestik‘ dalam awal kebangunan gerakan protes Musim Semi Arab (Arab Springs) di Tahir Square dan tempat lain. Mereka yang diusir termasuk warga negara dari Amerika Serikat, Jerman, Norwegia, Serbia dan Yordania. Mesir kemudian memperingatkan LSM untuk tidak bekerja di dalam negara mereka tanpa lisensi khusus.

Tidak heran apabila di banyak Negara kini ada pandangan bahwa menjamurnya LSM-LSM dan organisasi HAM sebagai potensi yang tidak diinginkan karena menjalankan mekanisme kerja rahasia di dalam tubuh organisasi mereka.

Rusia punya banyak alasan untuk bersikap sinis dalam persoalan ini, khususnya setelah pemilihan Presiden terakhir yang luasnya peliputan media asing dan pernyataan pedas datang dari Washington yang menuduh Partai Rusia Bersatu pimpinan Putin telah ‘memperbaiki’ hasil pemilu, termasuk pernyataan Hillary Clinton yang mengklaim bahwa Rusia membutuhkan ‘reformasi demokrasi’ dengan menyatakan pada saat itu, “Pemilih Rusia pantas melakukan penyelidikan penuh atas kecurangan dan manipulasi pemilu.“

E. Mega Korporasi Dibalik Ornop
Apapun dalih dan koar-koar kampanye lembaga donor maupun ornop internasional tentang demokrasi, HAM, kesetaraan, hukum dan lainnya, mereka tetap tidak dapat lepas dari kepentingan para donaturnya. Para donatur inilah yang sebenarnya yang menjadi inti kepentingan dibalik program-program ornop dan lembaga-lembaga donor. Siapa pendonor itu? Silahkan amati bagan ini.

Kebohongan dan ketertutupan yang disengaja tersebut memungkinkan NED dan setiap lembaga yang disebut LSM tidak hanya menumbangkan Rusia, tetapi negara-negara di seluruh dunia, membohongi orang-orang beritikad baik yang bergabung ke dalam dengan “perjuangan” mereka. Jika mereka – para aktivis demokrasi itu, mengetahui bahwa tokoh-tokoh oposisi Presiden Rusia Vladimir Putin terdiri dari organisasi yang sepenuhnya didanai, diarahkan, dan sering bepergian ke luar negeri untuk bertemu dengan DepLu AS, tentu mereka akan berpikir ulang untuk bergabung dengan gerakan “demokratisasi”. Para tokoh oposisi itu mampu membentuk opini anti-Putin yang cukup jelas dan solid, hingga agenda Barat hegemoni global sedikit demi sedikit tercapai.

NED telah gagal membuka keran informasi kepada publik tentang kepentingan dari para donaturnya, bukan isu-isu “demokrasi”, “HAM”, “supremasi sipil” dan lainnya. Inilah salah satu contoh dari kerja clandestine yang saya singgung di awal tulisan ini.

Jadi  seindah apapun bungkus “isu demokrasi”, “hak-hak sipil” yang digelontorkan LSM, toh mereka tetap membonceng kepentingan para pemodal yang ada dibelakangnya sebagai funding/donatur. Karena itula wajar jika kita lihat setiap fenomena penggulingan rejim yang disponsori LSM, maka rejim penggantinya selalu yang berorientasi Barat, Pro Pasar, dan over-welcome pada investasi asing/liberalisasi.

Sofyan Ahmad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar