ads

Jumat, 11 Juli 2014

Bagaimana Cara Lembaga Survey Merekayasa Quick Count?

1. Pilihlah 2000 Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang Anda tahu persis akan menghasilkan nama Capres X lebih unggul dari Capres Y. Dari mana Anda tahu Capres X yang akan menang di TPS tertentu? Karena Anda sering atau pernah melakukan survei di wilayah tersebut!
2. Pilihlah 2000 Pekerja Lapangan atau orang yang akan melaporkan hasil dari 2000 TPS tersebut ke Lembaga Quick Count yang Anda miliki.
3. Mintalah seluruhnya (2000 Pekerja Lapangan itu) atau sebagian besar (misal setengahnya atau 1000 Pekerja Lapangan) melaporkan hasil dari 1 TPS kepada lebih dari 1 Lembaga Quick Count, misal Lembaga A. B, C, D, E. Akibatnya: Quick Count di Lembaga A, B, C, D, E hasilnya akan kurang lebih sama.
4. Pikirkanlah bahwa ada beberapa Lembaga Quick Count yang sebetulnya ada di bawah satu Manajemen (semacam Afiliasi atau Sister-Company), jadi data dari lapangan sebenarnya sama, hanya nama Lembaga Quick Count yang mengumumkannya akan kelihatan lebih dari satu (bisa dua atau tiga).
5. Umumkankanlah beberapa hari sebelum Pilpres bahwa: “Kami akan menang, kecuali ada kecurangan!”
6. Umumkanlah pada hari Pilpres, sekitar jam 15 siang, di beberapa stasiun TV bahwa berdasarkan hasil dari 5 sampai 8 Lembaga Quick Count, Pemenang Pilpres adalah Capres X. Misalnya, dengan selisih suara 52 % lawan 47 %.
Jangan lupa 'tambahkan klaim' bahwa 8 Lembaga Quick Count ini paling Kredibel. Padahal, ambil contoh saja pada Pemilukada Jatim 2008, hampir semua Quick Count berbeda dengan Real Count/ Hitung Manual.
7. Nyatakanlah segera: ayo berkumpul jam 16 sore sampai malam untuk merayakan “Kemenangan Rakyat” dengan jumlah massa besar di Bundaran HI atau Tugu Proklamasi!
8. Lakukanlah semacam Ancaman: Jika hasil Hitung Manual KPU berbeda dengan Quick Count 5 sampai 8 Lembaga yang Kredibel ini, maka itu berarti Capres X dicurangi atau KPU sedang di bawah tekanan!
9. Aturlah juga bersama Pihak-Pihak Investor Besar dan Kepentingan Asing untuk memperkuat Nilai Tukar Rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan, sehingga kelihatan bahwa Dunia Internasional mengawasi dan menyambut gembira hasil Quick Count!
Mengapa?, karena sebetulnya sebelum kampanye Pilpres dimulai, pihak Investor Besar dan Kepentingan Asing sudah berkali-kali menyatakan: "kalau Capres X menang maka Nilai Tukar Rupiah akan menguat dan Harga Saham akan naik sekian-sekian. Sebaliknya kalau Capres Y yang menang, maka Nilai Tukar Rupiah akan melemah, Harga Saham turun, dan ekonomi Indonesia akan memburuk".
Bapak, Ibu, dan rekan Mahasiswa yang baik. Perhatikanlah latar belakang Lembaga-Lembaga Quick Count yang mengumumkan hasilnya. Apakah mereka dari dulu memang sudah mempromosikan Capres X? Baik melalui medianya. Atau karena kepentingan Ideologis. Atau karena didukung dana Pengusaha tertentu.
Atau bahkan pada Lembaga yang sama (melalui Divisi Konsultan Politiknya) sedang menjadi Tim Sukses Capres X! Bahkan Pimpinan sebuah Lembaga Quick Count itu sudah pernah dilaporkan ke Bawaslu karena menyatakan “Tidak boleh Capres Y terpilih” sambil dia membagi-bagikan uang kepada publik.
Sekarang, kami yakin, Bapak & Ibu serta rekan-rekan sudah paham bahwa Quick Count itu bisa direkayasa demi kepentingan pihak-pihak tertentu, seperti: Investor Besar, Kepentingan Asing, Media dengan Ideologi Tertentu dan sebagainya. Tapi kita tetap harus DAMAI, dan tenang. Kita harus mendesak semua Lembaga Quick Count membuka Metodologi serta TPS sampel dan Pekerja Lapangannya dalam Sidang Terbuka untuk Publik. Sambil kita tetap menunggu Hasil Hitung Manual KPU 22 Juli dengan damai!
Kesimpulan: TIDAK BENAR bahwa jika Hitung Manual KPU berbeda dengan 5 sampai 8 Lembaga Quick Count maka itu selalu berarti “Rakyat Dicurangi” atau “KPU di bawah Tekanan”!
YANG BENAR TERJADI adalah: Kita semua yaitu Rakyat dan KPU, sudah berhasil mempertahankan diri dari Intervensi Asing atau Ideologi tertentu!
Lalu sampai kapan Anda bangga dibodoh-bodohi bisnis lembaga survey? Apakah orangtua anda menyekolahkan anda untuk menjadi orang bodoh? Jawabnya pasti tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar