1. Pilihlah 2000 Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang Anda tahu persis
akan menghasilkan nama Capres X lebih unggul dari Capres Y. Dari mana
Anda tahu Capres X yang akan menang di TPS tertentu? Karena Anda sering
atau pernah melakukan survei di wilayah tersebut!
2. Pilihlah
2000 Pekerja Lapangan atau orang yang akan melaporkan hasil dari 2000
TPS tersebut ke Lembaga Quick Count yang Anda miliki.
3. Mintalah
seluruhnya (2000 Pekerja Lapangan itu) atau sebagian besar (misal
setengahnya atau 1000 Pekerja Lapangan) melaporkan hasil dari 1 TPS
kepada lebih dari 1 Lembaga Quick Count, misal Lembaga A. B, C, D, E.
Akibatnya: Quick Count di Lembaga A, B, C, D, E hasilnya akan kurang
lebih sama.
4. Pikirkanlah bahwa ada beberapa Lembaga Quick Count
yang sebetulnya ada di bawah satu Manajemen (semacam Afiliasi atau
Sister-Company), jadi data dari lapangan sebenarnya sama, hanya nama
Lembaga Quick Count yang mengumumkannya akan kelihatan lebih dari satu
(bisa dua atau tiga).
5. Umumkankanlah beberapa hari sebelum Pilpres bahwa: “Kami akan menang, kecuali ada kecurangan!”
6. Umumkanlah pada hari Pilpres, sekitar jam 15 siang, di beberapa
stasiun TV bahwa berdasarkan hasil dari 5 sampai 8 Lembaga Quick Count,
Pemenang Pilpres adalah Capres X. Misalnya, dengan selisih suara 52 %
lawan 47 %.
Jangan lupa 'tambahkan klaim' bahwa 8 Lembaga Quick
Count ini paling Kredibel. Padahal, ambil contoh saja pada Pemilukada
Jatim 2008, hampir semua Quick Count berbeda dengan Real Count/ Hitung
Manual.
7. Nyatakanlah segera: ayo berkumpul jam 16 sore sampai
malam untuk merayakan “Kemenangan Rakyat” dengan jumlah massa besar di
Bundaran HI atau Tugu Proklamasi!
8. Lakukanlah semacam Ancaman:
Jika hasil Hitung Manual KPU berbeda dengan Quick Count 5 sampai 8
Lembaga yang Kredibel ini, maka itu berarti Capres X dicurangi atau KPU
sedang di bawah tekanan!
9. Aturlah juga bersama Pihak-Pihak
Investor Besar dan Kepentingan Asing untuk memperkuat Nilai Tukar Rupiah
dan Indeks Harga Saham Gabungan, sehingga kelihatan bahwa Dunia
Internasional mengawasi dan menyambut gembira hasil Quick Count!
Mengapa?, karena sebetulnya sebelum kampanye Pilpres dimulai, pihak
Investor Besar dan Kepentingan Asing sudah berkali-kali menyatakan:
"kalau Capres X menang maka Nilai Tukar Rupiah akan menguat dan Harga
Saham akan naik sekian-sekian. Sebaliknya kalau Capres Y yang menang,
maka Nilai Tukar Rupiah akan melemah, Harga Saham turun, dan ekonomi
Indonesia akan memburuk".
Bapak, Ibu, dan rekan Mahasiswa yang
baik. Perhatikanlah latar belakang Lembaga-Lembaga Quick Count yang
mengumumkan hasilnya. Apakah mereka dari dulu memang sudah mempromosikan
Capres X? Baik melalui medianya. Atau karena kepentingan Ideologis.
Atau karena didukung dana Pengusaha tertentu.
Atau bahkan pada
Lembaga yang sama (melalui Divisi Konsultan Politiknya) sedang menjadi
Tim Sukses Capres X! Bahkan Pimpinan sebuah Lembaga Quick Count itu
sudah pernah dilaporkan ke Bawaslu karena menyatakan “Tidak boleh Capres
Y terpilih” sambil dia membagi-bagikan uang kepada publik.
Sekarang, kami yakin, Bapak & Ibu serta rekan-rekan sudah paham
bahwa Quick Count itu bisa direkayasa demi kepentingan pihak-pihak
tertentu, seperti: Investor Besar, Kepentingan Asing, Media dengan
Ideologi Tertentu dan sebagainya. Tapi kita tetap harus DAMAI, dan
tenang. Kita harus mendesak semua Lembaga Quick Count membuka Metodologi
serta TPS sampel dan Pekerja Lapangannya dalam Sidang Terbuka untuk
Publik. Sambil kita tetap menunggu Hasil Hitung Manual KPU 22 Juli
dengan damai!
Kesimpulan: TIDAK BENAR bahwa jika Hitung Manual
KPU berbeda dengan 5 sampai 8 Lembaga Quick Count maka itu selalu
berarti “Rakyat Dicurangi” atau “KPU di bawah Tekanan”!
YANG
BENAR TERJADI adalah: Kita semua yaitu Rakyat dan KPU, sudah berhasil
mempertahankan diri dari Intervensi Asing atau Ideologi tertentu!
Lalu sampai kapan Anda bangga dibodoh-bodohi bisnis lembaga survey?
Apakah orangtua anda menyekolahkan anda untuk menjadi orang bodoh?
Jawabnya pasti tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar