Hal yang perlu diwaspadai untuk meraih simpati para pemilih, selain
dengan “politik pencitraan” ada pula yang melancarkan “politik
dizolimi” alias strategi play victim atau strategi memfitnah diri
sendiri yakni strategi “menyakiti diri sendiri dan kemudian menyalahkan
orang lain sebagai pelakunya”
Strategi Play Victim
adalah seolah-olah dirinya sebagai korban yang selalu di dzolimi,
ditindas, mau dibunuh, minoritas, tidak berdaya dan membuat seakan-akan
mereka orang yang paling menderita di muka bumi ini sehingga dia akan
mendapat simpati orang lain yang kasihan sama dia.
Tujuan
lain Play victim adalah mengarahkan opini orang lain agar menyalahkan
seseorang atau suatu kelompok yang seakan-akan menjadi penyebab dibalik
semua kemalangan si tokoh player victim yang seakan-akan dia orang
baik yang tertindas orang jahat.
Saat orang bersimpati
kepadanya, dia akan membuat pengembangan sebesar-besarnya dan
sebebas-bebasnya bahkan melakukan pelanggaran hanya untuk mencapai
tujuannya. Tentu saja hal ini tidak akan dicurigai oleh orang-orang yang
bersimpati kepadanya, karena dia selalu dianggap orang baik yang jadi
korban.
Kita jangan lupa untuk mewaspadai Zionisme hingga akhir zaman sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
Telah
menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada
kami Ya’qub bin Abdurrahman dari Suhail dari ayahnya dari Abu Hurairah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Kiamat tidak terjadi
hingga kaum muslimin memerangi Yahudi lalu kaum muslimin membunuh
mereka hingga orang Yahudi bersembunyi dibalik batu dan pohon, batu
atau pohon berkata, ‘Hai Muslim, hai hamba Allah, ini orang Yahudi
dibelakangku, kemarilah, bunuhlah dia, ‘ kecuali pohon gharqad, ia
adalah pohon Yahudi’.” (HR Muslim 5203)
Sebagaimana yang telah disampaikan dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2014/04/28/catatan-buat-capres/
bahwa siapapun penguasa negeri yang mengusik kaum Yahudi atau yang
kita kenal sekarang Zionis Yahudi maka mereka akan terkena “gempuran”.
Salah satu “gempuran” adalah melalui kekuatan media massa yang telah mereka kuasai.
Protokol Zionis yang ketujuh,
“Kita
harus memaksa pemerintahan bukan-Yahudi untuk menerima langkah-langkah
yang akan meningkatkan secara luas rencana yang telah kita buat yang
telah kian dekat dengan tujuannya dengan cara meletakkan tekanan pada
pendapat umum yang telah kita agendakan yang harus didorong oleh kita
dengan bantuan apa yang dinamakan ‘kekuatan besar’ pers. Dengan sedikit
perkecualian, tak perlu terlalu dipikirkan, kekuatan itu telah berada
dalam genggaman kita”.
Protokol Zionis yang kelimabelas
…Dibawah
pengaruh kita, pelaksanaan hukum kaum non_yahudi harus dapat diredusir
seminim mungkin. Penghormatan kepada hukum harus dirongrong dengan
cara interpretasi sebebas mungkin sesuai dengan apa yang telah kita
perkenalkan pada bidang ini. Pengadilan akan memutuskan apa yang kita
dikte, bahkan dalam kasus-kasus yang mungkin mencakup prinsip-prinsip
dasar atau isu-isu politik melalui jalur pendapat surat kabar dan jalur
lainnya.
BIN: Rakyat Jangan Terpengaruh Intervensi Asing
Sumber: http://www.wartabuana.com/detail.php?id=44170
***** awal kutipan *****
JAKARTA, WB – Banyak pihak menyimpulkan adanya intervensi pihak asing dalam proses Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014.
Untuk
mengantisipasi kemungkinan terburuk, Kepala Badan Intelijen Negara
(BIN) Marciano Norman menghimbau masyarakat mewaspadai pemberitaan
menyesatkan oleh jurnalis asing.
Beberapa hari jelang
pemungutan suara, menurut Kepala BIN, mulai beredar isu-isu dan rumor
yang mendiskreditkan Aparatur dan Lembaga negara, serta mengarah pada
upaya adu domba antar kelompok masyarakat. Isu ini disebarkan oleh oknum
jurnalis asing.
"Sehubungan dengan masih adanya
berita-berita di beberapa media yang mengait-kaitkan BIN dengan isu
ketidaknetralan, money politic dan adanya pernyataan jurnalis asing
tentang operasi rahasia Kopassus dan BIN untuk mempengaruhi hasil
Pemilu, saya menegaskan bahwa itu sama sekali tidak benar dan sangat
menyesatkan," kata Kepala BIN dalam rilis yang diterima wartabuana.com,
Senin (7/7/2014).
BIN menegaskan, seharusnya apa yang
disampaikan pihak penyebar berita harus berdasarkan bukti nyata, bukan
berdasarkan asumsi, rumors yang diangkat menjadi komoditas isu bagi
kepentingan tertentu. “BIN menghimbau seluruh masyarakat untuk tidak
begitu saja mempercayai isu-isu yang akan merugikan,” tegas Marciano.
"Mari
kita songsong hari pemungutan suara dengan damai dalam suasana yang
menyejukkan. Silahkan memilih pemimpin yang diyakini mampu membawa
bangsa ini menuju masa depan Indonesia yang lebih baik dari waktu-waktu
sebelumnya," tambahnya.
Agar Pilpres berjalan sesuai
harapan seluruh rakyat Indonesia, Marciano mengesakan, seharusnya KPU
dan Bawaslu perlu mendapat dukungan agar mereka dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik. Untuk masalah keamanan, lanjutnya, percayakan
kepada TNI/Polri yang sudah mengantisipasi dan mempersiapkan segala
sesuatunya, untuk menjamin terlaksananya Pilpres yang aman dan damai.
Keterlibatan
pihak asing juga menjadi perhatian dan catatan Nurjaman Center for
Indonesian Democracy (NCID). Menurut Direktur Eksekutif NCID Jajat
Nurjaman, Pilpres kali ini sarat intervensi asing. Berbagai upaya
dilakukan oleh orang asing di Indonesia dan di luar negeri untuk
memenangkan pasangan Jokowi - JK.
“Selama dua bulan
terakhir, saya monitor dan terus kumpulkan bukti intervensi asing di
Pemilu Presiden 2014. Ini membuktikan bahwa yang terjadi bukanlah
spontanitas, tetapi terkoordinasi dengan baik oleh sebuah kekuatan
besar. Mereka benar-benar tidak ingin Prabowo jadi Presiden RI
menggantikan SBY” ungkap Jajat, Selasa (8/7/2014).
Berikut indikasi intervensi asing dalam Pilpres 2014 versi NCID:
1)
Pernyataan keberpihakan dari Majalah TIME dan Majalah The Economist.
Kedua majalah ini secara terbuka mengatakan bahwa Prabowo tidak boleh
sampai jadi Presiden RI.
2) Kemunculan penulis asal
Amerika Allan Nairn dengan tulisan yang memojokkan Prabowo. Di kalangan
diplomat Indonesia, Allan dikenal memiliki rekam jejak menulis berita
palsu tentang TNI. Mantan Duta Besar Indonesia untuk AS Dino Patti
Djalal mengatakan “dia (Allan Nairn) sejak dulu selalu mencari peluang
untuk memecah belah Indonesia.”
3) Adanya intimidasi
kepada WNI yang hendak memilih di depan KJRI Perth, Australia oleh WNA
yang mengkampanyekan kemerdekaan Papua. Mereka meminta WNI untuk memilih
Joko Widodo dan mengatakan hanya orang bodoh yang memilih Prabowo.
Tercatat beberapa WNI yang tinggal di Perth melaporkan kejadian ini
melalui media sosial.
4) Pernyataan keberpihakan kepada
Joko Widodo oleh artis-artis asal Amerika dan Inggris seperti Jason
Mraz, Sting dan Akarna, serta bintang porno Vicky Vette. Pengumuman
yang dilakukan H-1 menjelang pemilihan dengan penyeragaman agar jelas
menunjukkan adanya koordinasi, bukan aksi spontanitas.
5)
Kemunculan iklan yang mempromosikan Joko Widodo dan mendiskreditkan
Prabowo Subianto di Google, YouTube dan jaringan iklan AdSense. Padahal
di situsnya sendiri secara eksplisit Google melarang segala jenis iklan
politik untuk ditayangkan di Indonesia.
6) Penutupan
secara serentak beberapa akun yang secara terbuka tidak mendukung Joko
Widodo, tidak lama setelah pertemuan Joko Widodo dengan direktur politik
Twitter Peter Greenberger di Jakarta.
7) Pemberitaan
palsu oleh Bloomberg mengenai transaksi saham MNC Group yang
mendiskreditkan pasangan Prabowo-Hatta. Pada 20 Juni 2014, Bloomberg
mengatakan bahwa Prabowo-Hatta memborong saham MNC Group. Padahal
transaksi tersebut tidak pernah terjadi.
8) Pernyataan
Duta Besar Amerika untuk Indonesia Robert Blake pada 23 Juni 2014. Ia
mengatakan kepada Wall Street Journal bahwa Pemerintah RI harus mengusut
dugaan kasus HAM Prabowo. Pernyataan terbuka ini memicu reaksi keras
dari DPR karena merupakan bukti konkret campur tangan Amerika dalam
Pemilu Presiden Indonesia.
****** akhir kutipan ******
Berita di atas mengingatkan kita kepada pesan Bung Karno untuk mewaspadai intervensi asing
"Ingatlah... ingatlah... ingat pesanku lagi:
"Jika
engkau mencari pemimpin, carilah yang dibenci, ditakuti atau
dicacimaki asing, karena itu yang benar. Pemimpin tersebut akan
membelamu di atas kepentingan asing itu.
"Dan janganlah kamu memilih pemimpin yang dipuji-puji asing, karena ia akan memperdayaimu."
Ir Soekarno
Dari
Ummu Salamah radliallahu ‘anha berkata, telah bersabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, “akan terjadi sesudahku para penguasa yang
kalian mengenalinya dan kalian mengingkarinya. Barangsiapa yang
mengingkarinya maka sungguh ia telah berlepas diri. Akan tetapi siapa
saja yang ridha dan terus mengikutinya (dialah yang berdosa, pent.).”
Maka para sahabat berkata : “Apakah tidak kita perangi saja mereka
dengan pedang?” Beliau menjawab : “Jangan, selama mereka menegakkan
shalat bersama kalian.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya).
An-Nawawi
rahimahullah mengatakan, “Di dalam hadits ini terkandung dalil yang
menunjukkan bahwa orang yang tidak mampu melenyapkan kemungkaran tidak
berdosa semata-mata karena dia tinggal diam, akan tetapi yang berdosa
adalah apabila dia meridhai kemungkaran itu atau tidak membencinya
dengan hatinya, atau dia justru mengikuti kemungkarannya.” (Syarh Muslim
[6/485])
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda “Barang siapa melihat kemungkaran, maka hendaknya ia merubah
dengan tangannya, jika tidak mampu, maka hendaknya merubah dengan
lisannya, jika tidak mampu, maka dengan hatinya. Dan yang demikian
itulah selemah-lemahnya iman”. (HR. Muslim)
Jadi boleh
jadi kemudharatan yang menerpa kaum muslim di berbagai belahan dunia
dapat diakibatkan karena para ulamanya melihat kemungkaran seperti
penguasa negeri bersekutu dengan kaum yang dimurkaiNya namun berdiam
diri, tidak membencinya dengan hatinya atau malah justru mereka
mengikuti atau meridhai kemungkarannya.
Firman Allah ta’ala yang artinya
“Tidakkah
kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai
Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan
(pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan
kebohongan, sedang mereka mengetahui“. (QS Al Mujaadilah [58]:14 )
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman
kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak
henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa
yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa
yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh
telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya” ,
(QS Ali Imran, 118)
“Beginilah kamu, kamu menyukai
mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada
kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata
“Kami beriman”, dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung
jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada
mereka): “Matilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah
mengetahui segala isi hati“. (QS Ali Imran, 119)
Apa pun pilihan kita dalam pilpres nanti, akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak
Tidak memilihpun (golput) adalah sebuah pilihan yang akan dipertangung jawabkan pula di akhirat kelak
Kewajiban kaum muslim untuk memilih pemimpin atau penguasa negeri.
Rasulullah
bersabda : “Tidak boleh bagi tiga orang berada dimanapun di bumi ini,
tanpa mengambil salah seorang diantara mereka sebagai amir (pemimpin) ”
Diriwayatkan
dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda: “Barangsiapa memilih seseorang
menjadi pemimpin untuk suatu kelompok, yang di kelompok itu ada orang
yang lebih diridhai Allah dari pada orang tersebut, maka ia telah
berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman.” (HR.
Hakim)
Fatwa Ijtima’ Ulama di Padang Panjang tahun 2009
1.
Pemilihan Umum dalam pandangan Islam adalah upaya untuk memilih
pemimpin atau wakil yang memenuhi syarat-syarat ideal bagi terwujudnya
cita-cita bersama sesuai dengan aspirasi umat dan kepentingan bangsa.
2. Memilih pemimpin dalam Islam adalah kewajiban untuk menegakkan imamah dan imarah dalam kehidupan bersama.
3. Imamah dan Imarah dalam Islam menghajatkan syarat-syarat sesuai dengan ketentuan agar terwujud kemaslahatan dalam masyarakat.
4.
Memilih pemimpin yang beriman dan bertakwa, jujur (siddiq), terpercaya
(amanah), aktif dan aspiratif (tabligh), mempunyai kemampuan
(fathonah), dan memperjuangkan kepentingan umat Islam hukumnya adalah
wajib.
5. Memilih pemimpin yang tidak memenuhi
syarat-syarat sebagaimana disebutkan dalam butir 4 (empat) atau tidak
memilih sama sekali padahal ada calon yang memenuhi syarat hukumnya
adalah haram.
Sebagaimana informasi dari http://mui.or.id/mui/homepage/berita/partisipasi-pemilih-jangan-sampai-menurun.html
bahwa pemimpin yang selayaknya dipilih adalah pemimpin yang beriman,
bertaqwa, jujur, amanah, aspiratif, mampu, berakhlakul karimah dan
memiliki komitmen kenegarawanan dan kebangsaan yang tinggi.
Sebagaimana
yang disampaikan oleh Anggota Komisi Fatwa MUI Pusat K.H Sholahuddin
al-Ayyubi bahwa memilih pemimpin dilalui dengan berjerih payah, termasuk
dalam memelihara imamah dan imarah. Oleh karenanya, kalau tidak ada
yang ideal maupun yang mendekati ideal, MUI berpaku pada kaidah
Fiqhiyyah “akhaffu al dhararain” “Misalnya, kalau kita memilih “A”
berisiko ada kerusakan dan memilih “B” juga mempunyai risiko, maka kita
harus memilih seseorang yang dampak risiko (kerusakan)nya sekecil
mungkin,”
Jadi berdasarkan tuntunan Majelis Ulama
Indonesia maka kaum muslim dapat memilih capres yang terbaik dan paling
kecil mudharatnya di antara pilihan yang ada.
Sebagaimana yang telah disampaikan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2014/06/30/di-belakang-petugas-partai/
bahwa pokok permasalahan atau keberatan yang disampaikan oleh beberapa
ulama adalah terhadap orang-orang dibelakang Jokowi-JK terutama partai
pendukung utamanya yakni PDI-P. yang membuat kebijakan yang akan
dijalankan oleh Jokowi sebagai “petugas partai”
Hal yang
harus kita ingat bahwa partai pendukung utama Jokowi-JK adalah PDIP
yang merupakan fusi (gabungan) dengan partai-partai non muslim.
Sebagaimana yang telah disampaikan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2014/07/03/yang-bukan-radikal/ bahwa boleh kita bergaul dengan non muslim asalkan yang bukan radikal
Non
muslim yang radikal adalah non muslim yang memerangi agama Islam atau
anti Islam atau Islam Phobia atau pendukung deislamisasi
Firman
Allah Ta’ala yang artinya, “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat
baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena
agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah [60]:8 )
Dikalangan petinggi PDIP yang merencanakan dan membuat kebijakan ada pula yang non muslim
Firman
Allah Ta’ala yang artinya “Dan sabarkanlah dirimu beserta orang-orang
yang menyeru Rabbnya di waktu pagi dan petang dengan mengharap
keridhaan-Nya, dan janganlah kamu palingkan wajahmu dari mereka hanya
karena kamu menghendaki perhiasan dunia, dan janganlah kamu ikuti
orang-orang yang telah Kami lalaikan hatinya dari mengingat Kami, dan
menuruti hawa nafsunya, dan adalah keadaannya sangat melewati batas.”
(QS. Al-Kahf [18] : 28)
Tujuan berpolitik adalah meraih
kekuasaan, oleh karenanya sebaiknyalah umat Islam, apapun kelompok dan
ormasnya memilih pemimpin yang merencanakan, membuat dan menjalankan
kebijakan untuk kemasalahan umat Islam dan rakyat Indonesia pada umumnya
sebagaimana yang telah diuraikan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2014/06/14/berpolitik-meraih-kekuasaan/
Putra
pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar, Sarang Rembang KH Maimoen Zubair,
KH Muhammad Najih MZ secara tegas menolak bakal calon presiden dari
Partai Demokrasi Indonesia (PDIP) Joko Widodo atau Jokowi. Menurut Gus
Najih, panggilan akrabnya, tidak rela PPP berkoaliasi dengan partai kaum
abangan yang anti Islam. sebagaimana yang diberitakan pada http://fpi.or.id/119-KH-Muhammad-Najih-Tak-Rela-PPP-Berkoalisi-dengan-Partai-Anti-Islam.html
Hal serupa disampaikan oleh Sekretaris DPW PPP Jateng, Suryanto SH pada http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/05/02/092146/2571075/1562/sekretaris-dpw-jateng-mayoritas-warga-ppp-tak-ingin-koalisi-dengan-pdip
****** awal kutipan ******
“Saya
sekretaris DPW yang sering bertemu dengan konstituen di akar rumput
hingga para pengurus struktural dari tingkat paling bawah hingga di
tingkat pimpinan cabang maupun wilayah. Aspirasi paling kuat yang kami
tangkap adalah mereka tidak menginginkan partai ini (PPP -red)
berkoalisi dengan PDIP dalam Pilpres mendatang,” ujar Suryanto kepada
wartawan di Solo, Jumat (2/5/2014) pagi.
Menurut
Suryanto, ada berbagai alasan yang disampaikan oleh kader dan simpatisan
PPP terkait aspirasi tersebut. Diantara yang sering disampaikan adalah
sejumlah fakta bahwa selama ini PDIP dinilai kurang memperjuangkan
aspirasi umat Islam, terutama dalam keputusan-keputusan politik yang
diambil di parlemen. Sikap PDIP di parlemen itu dijadikan tolok ukur
penting bagi warga PPP karena selama 10 tahun terakhir PDIP berada di
luar pemerintahan sehingga kiprah perjuangan politiknya lebih banyak
dilakukan di parlemen.
“PDIP dinilai banyak mementahkan
UU yang mengatur kemaslahatan umat. PDIP sering menyampaikan sikap
bertentangan dengan PPP dalam hal pengesahan regulasi bagi kemaslahatan
umat. Hal-hal seperti itu menjadi catatan penting dan selalu diingat
oleh konstituen kami untuk dijadikan pertimbangan menentukan arah
pilihan dalam dukungannya terhadap bakal capres yang mengemuka saat
ini,” paparnya
***** akhir kutipan *****
Wasekjen
MUI Pusat, Ustadz Tengku Zulkarnaen menyatakan kekecewaannya karena
masyarakat awam banyak yang belum mengetahui bahaya Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan dan memilihnya dalam pemilu 2014 lalu. Ia juga
mengatakan bahwa PDIP adalah partai yang anti Islam.
“Ini partai anti Islam. Kenapa banyak yang tidak tahu? Kita semua harus ngomong,” jelas beliau.
Hal itu dibuktikan dari berbagai produk legislasi Islami yang coba dijegal oleh PDIP.
“Semua
RUU yang kita ajukan ke DPR dan berbau Islam, pasti PDI menolak. UU
Pendidikan mereka walk out, UU Bank Syariah, UU Ekonomi Syariah mereka
tidak setuju, UU Pornografi juga mereka tidak setuju. Nah, sekarang UU
Jaminan Produk Halal untuk makanan dan obat-obatan mereka juga tidak
setuju.” jelas beliau.
Ustadz Tengku Zulkarnaen juga
mengingatkan bahwa “Selain itu, dalam pemilu 2014 lalu, PDI-P memasang
52% caleg non Muslim dalam Daftar Caleg Tetap-nya. PDI-P sendiri
sebenarnya merupakan fusi dari partai Nasionalis dan partai Kristen
seperti IPKI, PNI, Murba, Partai Katolik, dan Parkindo (Partai Kristen
Indonesia)”
Uraian selengkapnya tentang mengapa PDIP dikenal sebagai partai yang cenderung anti Islam ada dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2014/06/27/parpol-anti-islam/
Selain
itu, hal yang perlu diwaspadai oleh kaum muslim adalah kaum liberal
dibelakang Jokowi-JK karena sudah ada fatwa Majelis Ulama Indonesia No:
7/MUNAS VII/MUI/II/2005 tentang kesesatan paham pluralisme, liberalisme
dan sekuarisme agama sebagaimana yang telah disampaikan contohnya pada
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2014/06/30/alasan-bicara-politik/
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830
Tidak ada komentar:
Posting Komentar